Chapter 001: Interview

39K 1.7K 99
                                    

DALAM TAHAP EDITING UNTUK RILIS EBOOK. AKAN DIRILIS DALAM JANGKA WAKTU DEKAT!

Hi semuanya!

Terima kasih udah mampir dan mau baca cerita baruku. Sebelum aku lanjut ke cerita, boleh dong ya aku minta kalian untuk vote alias tekan bintangnya. ku gak minta bayaran kok ke kalian, bahkan aku gak jadiin ceritaku paid story. Bagi yang bilang atau cap aku "pengemis vote", sekali lagi aku tegaskan bahwa aku gak minta sepeser pun uang dari kalian untuk ceritaku.

Akhir kata, please enjoy my story.

natsukibenibara

---

JAKARTA

Kara Humatari

Huh, ujan lagi! Pasti jalan ke arah rumah banjir lagi deh, keluh Kara ketika dia memandang ke luar jendela di sebuah gedung perkantoran bergengsi di pusat ibukota. Dia sedang menunggu giliran untuk wawancara pekerjaan. Sebenarnya dia tidak menyangka akan dipanggil wawancara di perusahaan ini, karena dia tidak memenuhi salah satu syarat utama untuk bisa bekerja di perusahaan multi nasional yang sepak terjangnya sudah terkenal di seluruh dunia ini. Dia bukanlah sarjana ekonomi atau bisnis. Dia memegang gelar sarjana sains, tepatnya fisika. Ya, fisika. Heran bukan kenapa ada orang yang mau ambil jurusan susah mendapat pekerjaan seperti Kara?

Sebenarnya Kara ingin menjadi seorang peneliti dan ilmuwan seperti Albert Einstein. Tapi demi mengejar cita-citanya itu, dia baru sadar bahwa di Indonesia belum banyak lapangan pekerjaan untuk orang seperti Kara. Kalau tidak di lembaga penelitian, ya bekerja sebagai guru. Setahun setelah lulus kuliah, Kara sulit mendapatkan pekerjaan di bidang yang ditekuninya itu. Hampir seluruh tempat dia melamar pekerjaan menginginkan orang yang sudah berpengalamana bekerja lebih kurang lima tahu. Ya ampun, lima tahun? Emang gue kuliah lima tahun gak cukup apa? Selalu saja Kara protes melihat persyaratan itu.

Putus asa karena tidak kunjung mendapat pekerjaan, akhirnya Kara nekat melamar di sebuah perusahaan besar, multi-national corporate atau disingkat MNC yang bergerak di berbagai sektor bisnis. Di sinilah dia sekarang, terdampar di antara empat calon pekerja lain yang duduk menunggu bersama dirinya.

Masih lama gak ya? Aku pipis dulu deh, kebelet banget! lalu Kara berdiri dan berjalan menuju meja resepsionis. "Maaf, Mbak, toilet di sebelah mana ya?" tanya Kara sopan kepada seorang petugas resepsionis yang cantik namun judes. "Oh, itu di belakang kamu. Kanan untuk laki-laki dan kiri untuk perempuan," tunjuk resepsionis itu tanpa senyum. Memaksakan senyum, Kara berbalik dan segera berjalan menuju toilet. Sabar, Kara, sabar! Kalo kamu udah kerja di sini baru deh bales judesin dia. Kara lalu masuk ke dalam toilet. Ada tiga bilik, dan bilik di tengah pintunya tertutup. Yah, ada orang lagi! Kara terbiasa mengambil bilik tengah karena alasan yang sangat sederhana. Kalau dia terjebak di dalam bilik karena pintu rusak atau macet, dia bisa melata ke bilik sebelahnya dengan leluasa. Namun karena sudah bisa ditahan lagi, akhirnya dia memilih bilik sebelah kiri. Leganyaaaaaaaa~ akhirnya Kara dapat menghela napas lega. Setelah bersih-bersih, dia melihat ke tempat tissue untuk mengambil tissue, yang ternyata isinya kosong. Pikiran pertama adalah dia Kara tinggal menyelipkan badannya ke bawah sekat dan mengambil tissue dari bilik sebelah. Begitu dia menundukkan badan dan hendak melata, dia melihat sepasang kaki. Langsung saja Kara menegakkan tubuhnya. GAWAAAAT! Duh, gimana ini! Kalo basah-basah langsung pakai celana, kan bisa berbekas, nanti malahan aku dikira ngompol. Kenapa sih nasib sial ini harus pas gue lagi interview? Kenapaaaaaaaa???

Akhirnya Kara memberanikan diri untuk mengetuk dinding bilik di sebelahnya. "Maaf, saya boleh minta tissue gak?" tanyanya. Diam. Tidak ada tanggapan. Hening.

Hey Boss Take Me, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang