TMAL : (8) Terlalu Manis

56.8K 4.6K 207
                                    

Langkahku terseret-seret menuju meja makan dimana Mama dan Daniel sudah duduk manis di sana. Aku menguap, duduk, lalu mengambil roti sandwich isi daging asap yang sudah Mama siapkan. Pagi ini aku terbangun dengan kepala berdenyut-denyut dan aku tak mau memikirkan etika makan sekarang.  

"Danies, kamu gak apa-apa?" tanya Mama cemas.  

Aku menggelengkan kepala, menyandarkan kepala ke bahu Daniel yang langsung mengernyit. "Cuman pusing."  

"Beneran gak apa-apa?" Mama kembali memastikan dengan wajah cemas.  

Sebelum aku kembali menyahut, Daniel mencerocos. "Itu gara-gara Danies mabok jus jeruk yang pahit itu, Ma. Lagian ngeyel, dibilang jangan diminum, malah di abisin sekali teguk."  

Aku mengirimkan tatapan membunuh pada Daniel, tapi dia hanya mengangkat bahu. Perlahan, kejadian kemarin malam berputar di otakku. Saat ingatanku pulih, mataku langsung melotot.  

"Maukah kau mengajariku tentang cinta?"  

Astaga, kenapa aku bisa bertanya hal seperti itu?! Untung saja, setelahnya Cam menginterupsi kami sehingga aku belum mendengar jawaban Aaron. Karena aku sangat malu, akhirnya saat kembali ke pekarangan rumah, aku mengambil jus jeruk pahit dan menghabiskannya sekali teguk. Setelah itu, aku tak mengingat apa-apa dan berakhir di kasur kamarku.  

"Kamu kan gak kuat minum jus jeruk, yang pahit lagi," komen Mama seolah aku tak mengerti satu tambah satu sama dengan dua  
Oke, ini lah kelainanku. Di saat semua orang akan mabuk jika meminum vodka berlebihan, aku akan mati jika meminum jus jeruk pahit sepuluh botol.  

"Aduh, Mama, mana aku tau itu jus jeruk?" aku memijit pelipisku, "kayaknya aku butuh aspirin."  

"Jangan, nanti tiap pusing kamu ketergantungan obat itu gimana?" mulai lagi kan, Mama cemas berlebihan.  

"Tapi, Ma--"  

"Oh, iya. Hari ini, Mama mau kamu ketemu sama calon suami Mama." Dengan lihai Mama mengalihkan topik yang semakin membuat kepalaku pusing.  

Aku tahu bukan Aaron yang akan menjadi saudara tiriku, tapi tetap saja ketika Mama memintaku bertemu dengan calon ayah tiri (dan mungkin saudara tiri), aku bisa gila. Aku tak ingin keluarga kecil kami harus direcoki orang baru. Apalagi jika saudara tiriku nanti mulai memasuki teritorial alias kamarku dan mengacak semua barang-barang.  

"Mama bikin makin pusing ah," kataku kesal.  

Daniel memutar bola matanya, "jangan lebay."  
"Seriusan," aku cemberut.  

"Kamu pasti seneng kok kalo udah kenalan sama mereka," bujuk Mama.  

"Mereka? Jadi, aku nanti punya saudara tiri?" tatapan horror langsung kuhadiahkan pada Mama.  

Anggukan Mama membuat otot-ototku lemas seketika. "Iya, ada ... Lima saudara. Mereka baik-baik, kok."  

LIMA?! Mulutku langsung melongo. Aku kira, maksimal hanya ada dua saudara tiri. Kenapa harus ada lima ...  

"Cewek semua kan?" tanyaku harap-harap cemas.  

Mama mengangkat kedua bahunya, "kebalikannya, Sayang."  

Pernahkah aku bilang hidupku penuh dengan kejutan?  

"Kita gak akan tinggal bareng ama mereka kalo Mama sama duda itu nikah 'kan?" aku merubah posisi duduk supaya nyaman, meski nyatanya itu sama sekali tidak berfungsi.  

Mama tertawa pada pertanyaan bodohku, "don't be silly. Hari ini juga mereka bakal pindah ke sini untuk sementara waktu."  

Tunggu, siapapun, bisakah kau membangunkanku dalam mimpi buruk ini?

ST [6] - Teach Me About Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن