01

7.4K 985 71
                                    

Yerim tidak pernah menyukai hal-hal rumit. Hidup di keluarga yang memang berkecukupan membuat gadis itu tumbuh dengan segala kemudahan. Karena itu begitu ia memasuki SMA dan mendapati bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah, Yerim menjadi gadis yang selalu menghindari segala hal yang rumit walau hasilnya akan selalu bagus.

Gadis itu sedari dulu memiliki otak yang cerdas dan tak kenal takut, ia selalu berani untuk menyuarakan pendapatnya. Contoh yang baik untuk mengikuti lomba debat ataupun pidato, namun Yerim memilih untuk tidak melakukannya ketika ia diberitahu kalau ia harus ikut pelatihan yang begitu banyak dan banyak tahap yang harus ia lewati untuk sampai di tingkat nasional maupun internasional.

Di mata beberapa orang mungkin Yerim terlihat seperti anak orang kaya yang terlalu dimanja. Yerim sudah terlalu sering melihatnya bahkan mendengarnya. Itu membuat Yerim semakin tidak ingin mengikuti hal-hal yang membuatnya menonjol. Semua hal itu tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Dari dulu ia bersekolah di sekolah private namun, ayahnya tiba-tiba menyuruhnya ke SMA biasa. Ia harus belajar untuk hidup di lingkungan yang memang berbeda.

Karena itu begitu perkuliahan dimulai dan mendapati kampusnya benar-benar mirip dengan SMA nya dulu, Yerim kembali memulai untuk 'tidak terlihat'. Seperti saat ini, acara penyambutan mahasiswa baru di jurusannya sudah berlangsung sejak dua jam yang lalu tapi Yerim sama sekali tidak mencoba untuk berbaur dan mengenal satu angkatannya atau mungkin senior-seniornya.

Ia hanya duduk di pinggir ruangan dengan tangan yang sibuk di layar ponselnya. Ibu nya sedari tadi tidak berhenti menanyakan kabarnya dan apa dia sudah membuat teman. Yerim hanya membalas kalau ia sudah berteman dengan satu orang dan sudah akan pulang kembali ke asramanya.

Sebenarnya bukan berteman sih, tapi lebih ke mengenal dan sudah bertukar kontak saja. Namanya Suhyun dan masuk dari jalur prestasi karena sebelumnya ia tinggal di Mongolia. Yerim tidak percaya gadis yang terlihat sangat pemalu itu ternyata memiliki banyak koneksi di kampus ini, efek dari kakak kandungnya yang senior di jurusan mereka juga. Suhyun langsung meninggalkannya di detik acara makan malam dimulai.

Yerim melirik ke arah keramaian yang ada di tengah ruangan, teman-teman seangkatannya sedang asik bernyanyi dan menari bersama dengan senior-senior, sudah terlalu mabuk untuk menyadari mereka bahkan mulai bicara dengan informal. Selesai acara resmi di kampus, seluruh angkatannya serta panitia acara pergi ke restoran yang sebelumnya sudah dipesan, dan sejak itu sudah dua jam lebih mereka di tempat ini.

Yerim ingin pulang tapi, ia tak yakin ia bisa pergi sekarang karena belum ada yang beranjak dari tempat ini. Ia tidak ingin menjadi yang pertama karena itu akan membuatnya terlihat tidak sopan dan masalah-masalah lain pun akan menyusul. Yerim tidak bisa membayangkan betapa menyebalkanya hal itu nantinya. Ia hanya bisa menaruh harapan ada yang pulang duluan, entah satu angkatannya ataupun seniornya.

"Kau tidak minum?"

Yerim menoleh ke sumber suara, gadis berambut jingga dengan senyuman lebar yang ia ingat bernama Jiwoo itu menungu dengan botol soju ditangannya.

Yerim dengan cepat menaruh gelas kosongnya dibawah botol itu membiarkan Jiwoo mengisinya, "Terimakasih."

Dengan sekali teguk Yerim menyelesaikan minumannya dan kembali menghadap Jiwoo yang masih menegak soju dari gelasnya.

"Namamu Yerim, kan? Aku-"

"Jiwoo. Aku dengar tadi perkenalanmu, kok."

Jiwoo kembali tersenyum lebar, Yerim merasa gadis itu memang lebih cocok tersenyum dibanding berkespresi datar seperti dirinya.

"Dari tadi aku melihat kau tidak beranjak dari kursimu. Apa bokongmu tidak panas?"

"Sama sekali tidak dan aku memang bukan tipe yang mudah mengakrabkan diri."

WILD ; jungri [ NEW VERSION ]Where stories live. Discover now