7 - Perasaan

25.8K 1.3K 6
                                    

Hari ini Sania dan Eza ditugaskan untuk pergi ke sebuah seminar bersama. Mereka berdua keluar dari salah satu gedung. Di mana seminar yang mereka ikuti baru saja selesai. Mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe yang ada di sebelah gedung untuk makan siang.

Eza bangkit dari tempat duduknya, "Kamu pesan makanan duluan, ya. Aku mau ke toilet sebentar." Mereka berdua sudah sepakat untuk berkata aku kamu bukan saya lagi. Karena Eza pikir agar lebih terdengar friendly. Kemudian Eza meninggalkan Sania sendirian di meja.

Sania yang fokus membaca menu makanan tak menyadari kehadiran seseorang telah duduk di sampingnya.

"Kamu cepat banget dari to.." ucap Sania tiba-tiba terputus ketika melihat Gibran sudah duduk manis di hadapannya.

"Eh saya pikir Eza. Eh Pak Eza maksudnya. Anu... Pak Gibran kok bisa ada di sini?" Gibran sempat melirik Sania lalu membaca menu makanan. Ia tidak menjawab pertanyaan Sania

"Saya pesan jus apel aja." ujarnya kepada pelayan cafe.

"Saya lapar. Jadi saya pergi ke sini." Gibran menyandarkan badannya di punggung bangku. kemudian melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Kalau lapar kenapa pesannya cuma jus?" mulut Sania rasanya gatal ingin terus bertanya.

"Saya lagi diet." Jawabnya pendek.

"Tadi bilangnya lapar sekarang diet. Yang benar yang mana sih, Pak?" Sania hanya terkekeh.

"Sejak kapan kamu sama Eza jadi... sedekat ini?" Tanya Gibran penasaran.

Sania mengerutkan dahi ketika mendengar pertanyaan bosnya itu, "Eh... Emangnya gak boleh, Pak?"

"Sebelumnya, saya belum pernah melihat Eza sedekat ini dengan teman kerjanya." Jawab Gibran sambil memainkan ponselnya.

"Saya tidak tahu kalau di perusahaan Anda ada larangan untuk karyawan yang memiliki hubungan satu kantor." Lagi-lagi Sania berani mengatakan itu pada Gibran.

Gibran tersenyum pendek, "Saya tidak bilang seperti itu.."

Tak lama kemudian, Eza kembali ke meja Sania duduk. Dia pun bingung mengapa bosnya bisa ada di sini. Ikut makan siang dengan mereka berdua.

"Sedang di sekitar sini juga, Pak? Sudah pesan makanan?" Eza mulai basa-basi terhadap atasannya itu.

Gibran tak menghiraukan pertanyaan Eza, "Jadi menurut kalian seminar yang tadi ada manfaatnya untuk perusahaan kita?"

"Ada, Pak. Seminar tadi bagus untuk divisi kita. Kami juga mendapat informasi baru tentang cara mengedit yang efektif dan efisien, tanpa memakan waktu banyak." Eza dengan teratur menjelaskan kepada Gibran.

"Kalau begitu, Sania, tolong kamu catat di journal hari ini tentang seminar tadi." Pak Gibran kembali menyuruh perempuan itu.

"Baik, Pak." Sania mengangguk.

Tak lama makanan mereka pun datang. Tidak ada yang mencoba membuka pembicaraan lagi selain suara sendok dan garpu yang menghiasi kecanggungan mereka. Apalagi Gibran yang awalnya hanya memesan jus Apel, sekarang sedang melahap nasi goreng.

Katanya diet tapi makannya banyak. Dasar lelaki aneh. Pikir Sania.

***

Mereka bertiga kembali ke kantor. Gibran berpisah dengan Eza dan Sania yang harus turun dari lift terlebih dahulu. Sedangkan ia harus melewati dua lantai untuk menuju ruang kerjanya. Sania berjalan kembali ke bilik meja kerjanya. Perempuan itu langsung mengerjakan tugasnya sesuai yang diperintahkan oleh Gibran. Ternyata Bella mengirimkan sebuah email. Wanita itu meminta Sania untuk menolongnya mengerjakan kerjaannya. Karena kondisi Bella yang belum begitu pulih, sehingga pekerjaannya harus diselesaikan secepatnya.

Apply For LoveWhere stories live. Discover now