Part 7; Present

2.8K 320 12
                                    

"Oh, I'm good at keepin' my distance. I know that you're the feelin' I'm missing

You know that I hate to admit it. But everything means nothin' if I can't have you."

If I Can't Have You by Shawn Mendes.


Rey mengembuskan napasnya dengan panjang. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa Tuhan harus mengambil nyawa Ayahnya ketika dia sedang menikmati waktunya bersama sang pujaan hati. Apakah Tuhan tidak mengerti jika Rey membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk dapat menghabiskan malam bersama wanitanya? Mengapa Tuhan tidak mencabut nyawa Ayahnya di keesokan harinya saja?

Nayla, sang istri sekaligus Ibu kandung Rey, baru saja terlelap. Ibunya tidak berhenti menangisi kepergian sang Ayah. Melihat Ibunya yang menangis seperti itu membuat Rey penasaran; mengapa Ibunya terus menangis ketika Ayahnya bukanlah seorang suami yang baik untuknya?

Adrian Barata baru saja meninggal akibat penyakit jantung yang menimpanya. Hal itu tentu saja membuat Rey semakin peduli akan kesehatannya. Namun, sebelum penyakit itu menyerang dirinya di kemudian hari, Rey harus memastikan telah mendapatkan sang pujaan hatinya terlebih dahulu. Ketika dia sudah mendapatkan wanitanya, dia tidak masalah jika penyakit keturunan dari sang Ayah akan menimpa dirinya.

Setelah memastikan Ibunya terlelap, Rey mengambil kunci mobilnya dan pergi ke salah satu kelab malam yang ada di daerah SCBD. Dia sudah memiliki janji untuk bertemu dengan salah satu temannya yang ia temui di tempat rehabilitas. Mereka cukup rutin mengikuti rehabilitas tersebut setiap dua minggu sekali, sebelum Rey memutuskan untuk berhenti ketika Debby meninggalkannya.

"Hei, bro!" Sapanya ketika melihat Rey duduk di hadapannya. "Gue turut berduka atas berita meninggalnya bokap lo."

Rey hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Dia menyibukkan diri untuk meracik minumannya sendiri dengan mengambil satu botol Roku Gin yang ada di meja dan menuangkannya ke dalam sebuah gelas. Tak lupa juga dia mencampur minuman tersebut dengan sedikit tonic-well, gin dan tonic adalah minuman favorit Rey.

"Segitu sedihnya lo kehilangan bokap?" Tanya pria yang ada di hadapannya ketika melihat Rey menegak habis minumannya dalam satu kali tegakan.

"Mau idup atau mati, itu orang beneran nyusahin gue. Demen banget bikin gue sengsara."

Suara tawa teman Rey terdengar sebagai respon. "Kenapa emangnya?"

Rey kembali menuangkan minuman untuknya dan menegaknya sedikit. "Beberapa jam yang lalu, gue masih ada di Aussie; ngabisin waktu sama cewek gue setelah sepuluh tahun pisah. Terus gue di telepon sama asisten bokap-and here I am. Harus ninggalin cewek gue dan ngurusin semua keperluan bokap. Damn! Gue bahkan belum kasih kecupan selamat pagi and told her about how amazing our sex is after ten years apart!"

Lagi-lagi, pria yang ada di hadapan Rey tertawa. Pria itu adalah Benjamin, atau biasa dipanggil Ben, pria yang tiga tahun lebih muda daripada Rey.

"TMI*, bro!" Tegur Ben terhadap Rey. "Terus urusan bokap lo udah selesai?"

"Udah. Semuanya diurus dan dibantu sama asisten bokap." Jelas Rey. "Minggu depan gue udah harus take over semua bisnis bokap, meanwhile urusan gue buat bikin cewek gue balik belum kelar."

"Hebat juga lo bisa tahan pisah jarak selama itu. Gue jadi lo sih, udah gue acak-acak seisi Australia buat bikin cewek gue pulang."

"Mau gue juga begitu. Tapi masalah gue lebih complicated daripada urusan lo sama Bella. Kalau gue pake cara brutal kayak yang lo saranin, yang ada cewek gue makin takut dan nggak mau ketemu gue."

IntoxicatedWhere stories live. Discover now