Philophobia Part 12 : Beware of The Jealous Min Yoongi

Start from the beginning
                                    


DEG.


OH.

MY..

GOD!


Apa.. tadi Jungkook baru saja mengatakan apa yang selalu Namjoon impikan?

Ya, Namjoon selalu berharap –slash, bermimpi- Jungkook akan mengatakan kalimat terakhirnya untuknya dengan lembut, dengan Jungkook yang berada di ambang pintu Apartemennya sambil melambaikan tangannya dengan senyum di bibirnya setelah ia memberikan tas kerja Namjoon. Ya, Namjoon memimpikan Jungkook menjadi Istrinya yang selalu mengatakan kalimat itu saat Namjoon akan pergi bekerja. Oh, betapa indahnya hal itu jika semua itu menjadi kenyataan.

Tunggu, bahkan itu sudah menjadi kenyataan –minus Jungkook yang menjadi Istrinya-. Jungkook mengatakan kalimat impiannya –berlebihan memang- dengan nada lembut. Oh, Tuhan. Ini pasti hari keberuntungannya. Buang jauh-jauh Jurnal keuangan memuakkan di mejanya itu.

"H-Hyung?" panggilan Jungkook di seberang sana seakan membawakan kembali kesadaran Namjoon yang hampir menipis berkat kalimat yang membuatnya kesulitan bernafas itu.

"n-ne?"

"bisakah kau lebih cepat, Hyung? Kakiku terasa sakit."

"ah! Ne! Tu-Tunggu sebentar. Aku tutup teleponnya, ya. Aku segera kesana, tunggu aku."

"eum. Gomapta, Hyung."

"ne."

Beep.

Namjoon dengan tergesa menekan ikon unhold nya, membuat panggilan mereka terputus. Dengan cepat Namjoon menutup semua map dokumennya, menumpuknya menjadi satu di sudut meja, mematikan layar laptopnya, dan memasukkan penanya di laci mejanya.

Kemudian, ia langsung menyambar jas hitamnya yang tersampir di kepala kursi, dan kunci mobil yang tergolek di samping cangkir kopinya. Baiklah, ucapkan selamat tinggal untuk sesi lembur memuakkan, dan hello Jungkook yang cantik.


***


Jeon Jungkook terlihat tengah kesulitan membawa kotak besar di tangannya, kotak yang berisi perlengkapan kerjanya yang terpaksa harus ia angkut seluruhnya dari meja kerjanya pasca pemecatan tidak etiknya.

Dalam hati ia tak berhenti mengumpat pada kondisi bis yang ditumpanginya saat ini. Uh, mengapa bis bisa menjadi penuh-sesak seperti ini di tengah hari seperti ini? Padahal biasanya ia akan mendapati betapa kosong –luangnya kondisi bis yang akan membawanya menuju halte terdekat dengan rumah sewanya itu pada jam-jam seperti ini. Alhasil, Jungkook hanya bisa pasrah, berdiri berdesakkan di dalam bis dengan satu tangan memeluk kotaknya yang cukup berat, sementara tangan yang lain berpegangan pada handle yang sudah disediakan –tergantung di atasnya.

Jungkook menghela nafas lega kala menyadari ia hampir tiba di halte yang dituju. Dengan segenap perjuangan keras, Jungkook bergeser perlahan menuju pintu tengah yang akan membuatnya keluar dari tempat sesak itu.


Tap.


Philophobia (JiKook / MinKook)Where stories live. Discover now