Part 12

913 100 43
                                    

ENAM BULAN KEMUDIAN...

Memutar-mutar pena yang sedari tadi ku genggam, aku mendengarkan kepala direktur berbicara dihadapan karyawannya. Kami sedang membahas pemasaran film terbaru mereka yang akan dirilis awal tahun nanti. Ponselku bergetar didalam saku celana, ku lenturkan sedikit posisi dudukku sambil meraih ponsel.


"Greyson, semua barang yang kau pesan sudah tiba. Apa kau ingin membuka paketnya atau aku saja?"

Tulis Niall didalam pesan singkat itu.

"Aku akan tiba disana satu jam lagi," Balasku cepat. Sudah enam bulan berlalu sejak masa pengerjaan gedung sekolah musik ku itu dan hari ini alat-alat musik yang ku pesan tiba. Aku tahu, ini memang sedikit memakan waktu yang cukup lama. Itu semua karena aku harus menabung terlebih dahulu untuk membeli peralatan musik yang berharga cukup fantastis. Sejauh ini, aku sudah memiliki dua buah grand piano, tiga buah keyboard, dua buah biola, satu buah cello, satu buah drum yang hari ini tiba dan lima buah gitar. Ya jumlah gitar memang paling banyak dan itu semua karena Niall. Ia sangat terobsesi dengan gitar jadi, ia meminta ku untuk memperbanyak jumlahnya.

Bicara mengenai para guru yang akan mengajar nantinya, ada beberapa teman ku yang bersedia meluangkan waktu mereka untuk sekolahku. Guru gitar ku berikan pada Niall, guru biola bernama Jocelyn Violet, guru cello bernama Makenna Junk, guru drum—er temanku yang satu ini masih sulit ku hubungi, namun aku berusaha menghubunginya. Ia bernama Anton dan sekarang aku masih tidak tahu dimana keberadaannya, dan untuk guru piano aku sendiri yang akan mengajar. Usai rapat, aku segera menuju mobil ku. Hiruk pikuk jalanan sore hari di New York memang sangat menjengkelkan, namun aku tetap mencintai kota ini. Kota yang tidak pernah tidur.

Aku menyempatkan diri ke mini market untuk membeli beberapa kaleng bir dan makanan kecil. Setibanya diriku dilokasi, Niall sedang mengobrol dengan Jocelyn.

"Akhirnya bos besar datang juga," sapa Niall yang disusul tinjuan kecil pada pundakku.

"Kalian belum menyusun barangnya, 'kan?"

Jocelyn mengangkat kedua bahunya, "Belum, namun Makenna sudah tidak sabar."

Aku terkekeh, "Kita harus menunggu satu orang lagi,"

"Siapa?" tanya Niall yang bersamaan dengan berhentinya mobil sedan berwarna hitam didepan moses, "Itu orangnya," ujarku yang kemudian menghampiri orang itu, "Hey pemalas, sulit sekali menghubungi mu!" seru ku yang kemudian dibalasnya dengan pelukan singkat, "Maafkan aku, man, tapi aku kesini tidak sendiri. Kenalkan ia saudaraku, Leroy."

Laki-laki dengan snapback merah itu mengulurkan tangannya, "Leroy Sanchez,"

"Greyson Chance. Ayo masuk,"

Aku mengajak mereka semua berkumpul di aula. Entah mengapa, aku bahagia sekali mereka semua ada disini.

"Oke, teman-teman, sebelumnya aku mengucapkan terima kasih karena telah mau meluangkan waktu kalian untuk sekolah musik ini dan sebelumnya kalian sudah tahu pekerjaan kalian nantinya seperti apa—" Anton mengangkat tangan, "Greyson, saudara ku ini ingin menyalurkan pengetahuannya dalam bermusik, bisakah ia menjadi guru gitar?"

"Ya, tentu saja. Niall sudah mendapat rekan kerja," aku tersenyum, "Hmm.. sebenarnya aku sedikit mengalami masalah," wajah mereka berubah gelisah, "Aku belum menemukan nama yang tepat untuk sekolah musik ini. Apa kalian punya saran?"

Mereka nampak berpikir sampai akhirnya Makenna bersuara, "Chance School of Music?"

Aku mengernyit, "Sepertinya namaku tidak cocok disana,"

New Journey [Greyson Chance]Where stories live. Discover now