Part 10

960 105 38
                                    


Tumpukan berkas tak pernah absen dari pandanganku. Kedua mataku masih terpaku pada layar monitor, sedangkan tanganku tak hentinya memeriksa data-data diperusahaan ini. Tahun ini, Marvel akan merilis beberapa film terbaru mereka dan juga komik, yang mana membuatku sedikit kewalahan karena permintaan pasar yang meningkat pesat. Ku lepas kacamataku, lalu ku layangkan jemari ku untuk memijit keningku.

Hari ini aku tidak membawa Zachary maupun Quinn. Mereka berdua ku tinggal dirumah bersama Ayah dan Ibuku. Kebetulan sekali Ayahku datang dari OK untuk menengok cucunya. Beristirahat sejenak, ku tatap foto ku bersama anakku yang selalu terpajang rapi disudut meja kerjaku. Setiap harinya aku selalu berpikir, siapkah aku menjadi seorang Ayah yang selalu melindungi anaknya? Terlebih lagi aku memiliki seorang anak perempuan yang harus ku perhatikan. Aku tidak mau jika nantinya Quinn tumbuh menjadi gadis yang—err.. tidak baik.
Aku ingin Quinn tumbuh menjadi seorang gadis yang pintar, sopan dan anggun.

Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku.

"Mr. Chance, berkas yang kau minta sudah ku siapkan. Apakah kau ingin melihatnya?"

Mengerjapkan mata sejenak, ku mencoba mengusir rasa penat didalam pikiranku, "Ya, tolong."

Ku baca dengan teliti berkas yang diberikan oleh Kyle. Mencoba berkonsentrasi mencari kesalahan didalam data ini.

"Mr. Chance," Ku alihkan pandanganku kearah Kyle, "Kau terlihat lelah. Mengapa tidak beristirahat sejenak? Atau mau ku buatkan kopi?"

Kyle adalah seorang mahasiswa magang yang sudah satu bulan bekerja diperusahaan ini. Ia seorang pria yang cerdas dan berpenampilan menarik.

"Ugh, kau benar. Aku terlalu lelah hari ini," Aku dan Kyle keluar bersamaan dari dalam ruang kerjaku menuju pantry.

Aku membuat kopi hitam dengan sedikit gula. Aroma kopi hitam yang khas membuat pikiran ku sedikit tenang. Kyle bercerita sedikit tentang aktivitasnya selama dikampus dan bagaimana rasanya selama bekerja disini.
Sore harinya, aku memutuskan untuk pergi ke tempat gym, mengingat sudah beberapa bulan terakhir ini aku hanya melakukan olahraga dirumah. Demi menjaga sedikit bentuk tubuhku agar tetap ideal. Tiba dirumah dengan pemandangan yang tidak biasa, aku mengunci moses lalu melangkahkan kaki ku ke depan pintu.

"Akhirnya kau pulang, Nak." Sapa Ayah saat ia melihatku pulang.

"Kalian mau kemana?"

"Kami harus segera kembali ke OKC, karena Madge akan segera bertunangan. Kau tidak masuk kerja selama dua hari ini, bukan?" aku mengangguk dengan ekspresi datar, "Bagus sekali. Ibu akan pulang pada hari senin pagi," Ibu mengecup pipi ku, sedangkan Ayah mengusap pundak ku. Mobil Uber pesanan Ayah telah tiba. Mereka berpamitan pada Quinn dan Zachary. Aku menghela nafas diatas sofa setelah Ayah dan Ibu berangkat. Sementara kedua anakku, sedang sibuk bermain lego.

Jika tidak ada Ibu, rumah ini terasa sangat sunyi. Ku tanggal kan baju ku dan membiarkan diriku bertelanjang dada berjalan kearah dapur untuk mengambil sekaleng coke.
Meneguk minuman, mataku terarah keruangan dimana Elsa biasa menjahit baju-baju buatannya. Semua baju hasil rancangannya masih tersimpan rapi didalam lemari. Ia bahkan sudah membuatkan baju untuk acara prom Quinn dan Zachary.

"Daddy," suara Quinn memanggil. Ku longokkan kepalaku dari balik pintu, mencari dimana keberadaan Quinn, "Dad, aku mau main ditaman,"

"Tapi tidak boleh keluar dari pagar, mengerti?" Quinn mengangguk dan segera berlari ketaman bunga yang ada dihalaman rumahku. Ku amati mereka berdua, sesekali mataku melirik kearah rumah Niall yang sejak dari tadi terlihat sepi. Penasaran, ku telepon Niall untuk menanyai dimana keberadaannya.

New Journey [Greyson Chance]Where stories live. Discover now