"Mengapa bisa terlambat?" tanya seseorang ditenga-tengah lari kecilku

"S-Sehun?" tanyaku tidak percaya

"Hm." Ucapnya, Dia berlari kecil di sebelahku dan menyamai langkah kakiku

Sungguh dia sangat terlihat tidak baik-baik saja. Ingin rasanya aku berhenti dan menanyakan semuanya. Namun persetan dengan guru ketertiban yang memiliki netra penglihatan bak cctv. Tidak peduli yang penting setelah ini aku ingin dia jujur padaku.

"Setelah ini kutunggu di kantin." Ucapku kemudian meningkatkan kecepatan laju lariku.

-o0o-

Sesuai janji, aku telah melaksanakan hukuman yang telah diberikan padaku dengan senang hati dan ikhlas tentunya. Iya aku senang, senang karena bisa dihukum dengan orang yang kusayang. Oke, anggap saja aku mulai gila.

Setelah semuanya selesai aku bergegas menuju kantin, tak lupa aku memungut tasku yang dibuang seenaknya oleh beliau-guru kedisiplinan. Kemudian diikuti olehnya-Oh Sehun dibelakangku.

"Apa yang kau lakukan kemarin saat pulang sekolah?" tanyaku langsung sembari berusaha membuka tutup botol minumku

"Tidak ada, aku langsung pulang. Waeyo?" tanyanya. Seketika aku berhenti melakukan aktifitasku dan memandangi raut wajahnya. Dia berbohong. Dapat kulihat kebohongan yang dia ucapkan lewat gerak-gerik matanya.

"Kau berbohong." Jawabku singkat sembari mengalihkan pandanganku dan meneguk minumanku

"Tidak. Aku tidak berbohong sepulang sekolah aku langsung pulang." Dia berbohong lagi. Jelas-jelas aku tau benar bahwa itu adalah suaranya.

"Kemarin, hujan turun sangat deras kem-" ucapanku terpotong tatkala dia menyela ku

"Benar, kemarin memang hujan deras aku pulang dengan keadaan basah kuyup." Sambungnya

"Dengar. Jangan potong pembicaraanku! Aku belum selesai!" bentakku, kemudian dia hanya diam dan mengisyaratkanku untuk melanjutkannya.

"Saat itu, aku pulang melewati bangunan yang sedang dibangun di kawasan kompleksu. Dan entah sengaja atau tidak, aku melihat seorang pekerja sedang dimarahi oleh atasannya," aku memberi jeda sebelum melanjutkannya

"Dan pekerja itu adalah kau," aku meliriknya sekilas kemudian kembali dengan botol minumku. Aku yakin dia masih enggan mengakuinya

"Benar. Yang kau lihat adalah aku." Jawabnya singkat membuatku terkejut dan tersedak

"Mwooo?!" aku terkejut bukan main karena ternyata itu benar adanya

"Aku adalah pekerja disana, dan aku melakukannya karena aku butuh uang." Sambungnya lagi

"Apa uang saku yang diberikan ayahmu tidak cukup? Dia adalah pemiliki sebuah perusahaan ternama dan kau adalah pewarisnya. Mau ditaruh dimana muka mendiang ayahmu tatkala mengatahui bahwa anaknya seperti ini?"

"Apa pedulinya? Dia sama sekali tidak pernah memperdulikanku dan ibuku." Disaat itu, aku merasa tidak sendirian. Ternyata tidak hanya aku yang kurang kasih sayang orang tua.

"Lalu mau kau apakan uang itu?" tanyaku

"Macam-macam. Untuk keperluan sekolah, membantu ibuku, dan obat." Jawabnya

"Obat?" tanyaku memastikan

"Ah, itu maksudku obat ibuku," dan dapat kudengar nada kebohongan lagi disana. Obat apa yang kau perlukan Oh Sehun? Mulutmu berkata seakan itu adalah obat ibumu, namun mengapa yang kudengar seolah itu bukan obat biasa? Kumohon, jangan permainkan ku dengan permainan gilamu lagi Oh Sehun.

"Apa aku bisa mempercayaimu?" tanyaku

"Mengapa tidak?" tanyanya

"Kulihat ibumu baik-baik saja," sambungku

"Apa kau pernah menemuinya?" tanyanya lagi

"Pernah sekali," Jawabku jujur

"Mungkin saat itu beliau masih baik-baik saja." Entah mengapa, saat dia berkata seperti itu tiba-tiba aku mengalihkan pandanganku ke arahnya.

Dapat kulihat wajahnya yang melas. Dia semakin kurus. Seperti tidak terawat. Namun bagiku dia tetap terlihat tampan bagaimanapun keadaanya. Aku memegang satu pipinya, kemudian menatap mata hazelnya ke kanan, kiri, kanan lagi. Seolah aku sedang mencari sebuah kebohongan disana. Dan aku bisa merasakannya.

"Sehun-ah, kumohon jangan bohongi aku lagi. Ceritakan jika kau tidak bisa menahannya. Jangan simpan itu sendirian." Jelasku

"Lalu bagaimana denganmu? Kau bahkan memendam perasaanmu padaku sendirian. Tanpa ada satupun orang yang tau kecuali sahabatmu, hingga akirnya kau sendiri yang mengatakannya padaku." Jawabnya

"Bodoh, itu karena aku sudah tidak tahan lagi dengan sikapmu!" aku menatapnya jengah

"Cheonsa-ya, berjanjilah padaku apapun yang terjadi kau tidak akan meninggalkanku sendirian." Dia meminta hal aneh itu lagi padaku, bahkan apa maksud dari kalimat itu sendiri aku tidak tahu

"Aku tidak bisa berjanji, namun aku akan berusaha semampuku."

"Aku membutuhkan dirimu untuk mengembalikanku seperti sedia kala. Karena aku-" dia memberi jeda sebelum melanjutkannya

"Karena aku sedang berada di jalan yang salah." Kemudian dia beranjak dari duduknya, mengusap rambutku halus setelah nya meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan ditempat sembari memberikan senyuman manisanya.

Deg.

Aku terkejut bukan main mendengar jawabannya barusan. Benar. Sesuatu telah disembunyikan padaku. Jalan yang salah? Apa maksudnya? Inikah hubungannya dengan obat yang dia katakan tadi? Jadi sebenarnya apa yang dia sembunyikan padaku lagi? Aku lelah jika harus mencarinya sendiri. Semoga bukan perkara obat yang membuatnya berada di jalan yang salah. Aku hanya tidak ingin, jika obat itu adalah obat terlarang.

TBC
Haii kakakk aku kembalii^^
Maaf untuk chapter ini tidak memuaskan, karena aku memang memunculkan konflik baru untuk next part, jadi jangan bosan menunggu yaa^^
Pls jangan siders, kalo kalian siders aku gabisa mikir dengan baik:3
Okeee sekiannn jangan lupa tinggalkan jejakkk ❤

Selamat menunaikan ibadah puasa ❤
Salam hangat,
Dinda alea

Impossible Love [ EXO SEHUN ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant