" Selamat pagi.." sapa Alex sambil mengamati Kanit yang mulai membuka mata.

Kanit membuka mata dan tersenyum, ia memiringnya tubuhny agar bisa melihat Alex. " Selamat pagi. Jam berapa sekarang?"

Alex melirik jam di meja nakas, " Masih jam 6.. Kau bisa lanjutkan tidurmu.." ucap Alex.

Kanit menggeleng pelan. "Aku harus kekantor hari ini. Kau juga bukan? Sudah 3 minggu kau bolos kerja.."

" Aku kan bosnya. Begitupun juga denganmu. Kita masih bisa bermalas – malasan sebentar.."

Kanit tersenyum. " Tidak Tuan Rafe, aku akan bangun dan siapkan sarapan untukmu.." Kanit berputar pelan dan turun dari tempat tidur, ia berjalan keluar kamar dan mulai membuat sarapan.

" Sangan lezaat.." puji Alex tulus sambil meletakkan sendoknya. Piringnya sudah bersih, tanpa tersisa sebutir nasipun.

" Kau berlebihan.."

" Kemampuan masakmu sudah mulai berkembang.." ucap Alex.

Kanit cemberut. " Jadi, dulu masakanku tidak enak?"

" Bukan.. bukan begitu.. sebelum kecelakaan, nafsu makanku menurun. Aku tidak bisa makan makanan apapun, aku sering mual saat menciup aroma yang lezat.."

" Benarkah? Apa sekarang masih?" Kanit terdengar cemas. Alex bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati kursi Kanit, dirinya berdiri disamping kursi Kanit.

" Sudah tidak. Berkat masakanmu yang enak.." ucapnya, membuat pipi Kanit memerah. " Aku akan mengantarmu.." lanjutnya.

" Ya.."

$$$

Kanit sedang memberesi beberapa berkas pembangunan baru dan laporan pembangunan yang merupakan kerja sama dengan perusahan Dominic.Corp. Hari ini kondisinya benar – benar baik. Moodnya baik dan bayinya juga tidak rewel. Kanit menghentikan aktifitasnya dan mendaratkan sebelah tangannya di perut. Ia akan memberitahu Alex segera, pikirnya sambil tersenyum, membanyangkan bagaimana reaksi Alex kalau tahu dirinya akan menjadi seorang Ayah.

Suara ketukan pintu membuat Kanit mendongak, " Masuk.." teriaknya.

Pintu terbuka dan Luna, berdiri disana. " Maaf bu Kanit.."

" Luna.. Ada apa? Kemarilah.." ucapnya

Luna berjalan mendekat dan menyerahkan sebuah laporan padanya. " Ini laporan barang – barang yang ada digudang."

Dengan seksama ia melihat laporan itu. " Kau yakin, persediakan digudang tinggal ini?"

" Saya hanya meminta laporan dari petugas gudang. Saya tidak mensurvei kesana.."

Kanit terdiam sejenak sambil mengamati angka – angka dilembar laporan itu. " Aku akan kesana siang nanti. Tolong siapkan jadwalku nanti siang.."

" Baik Bu. Saya permisi sebentar.."

Kanit mengangguk. Luna berjalan keluar ruangan.

Kanit langsung menghubungi Alex. " Hai.." ucapnya saat Alex sudah mengangkat panggilannya. " Aku tidak bisa makan siang bersama. Maaf.." Kanit diam mendengar Alex. " Apa tidak masalah? Aku harus pergi ke gudang persedian untuk mengecek barang – barang....Cukup jauh..... Apa tidak apa kalau kau kesana?..... baiklah, sampai ketemu nanti.."

$$$

" Seperti yang Anda duga, Bu Kanit akan mengunjungi gudang.." bisik Luna di ponselnya. Luna terdiam dan mendengar dengan seksama apa yang lawan bicaranya katakan. " Apa benar tidak apa – apa? Bagaimana kalau-" belum sempat Luna menyelesaikan kalimatnya lawan bicaranya memotong. " Baiklah. Saya percaya Anda Tuan.." setelah mengatakan itu, Luna menutup sambungan, ia mendongak dan menatap sedih kearah pintu ruang kerja bosnya. Bu Kanit.

Maafkan saya bu Kanit.... bisik Luna dalam hati.

$$$

Kanit turun dari mobil. Dia tiba di gudang milik perusahaannya, ia datang sendiri karena Luna, sekretarisnya sedang tidak enak badan. Dan Arthur sedang ada kunjungan bisnis. Jadi dirinya harus bisa menyelesaikan ini sendiri.

" Pak Kim pergi saja. Nanti saya dijemput Tuan Rafe.." ucap Kanit pada sopirnya.

" Baik Nyonya.."

Kanit mengamati mobilnya yang perlahan sudah menghilang. Ia memperbaiki letak tasnya dan melangkah memasukki bangunan. Disana terlihat ada dua orang penjaga.

" Selamat datang Bu Kanit. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda.." sapa salah satu penjaga.

" Ya." Kanit tersenyum kecil. " Kalian sudah mendengarnya bukan? Aku akan mengecek persedian barang digudang. Bisa kalian berdua antar aku kesana?"

" Tentu saja.." kedua penjaga itu berkata bersamaan.

Kanit tersenyum. " terima kasih.."

" Mari Bu.."

Ketiganya berjalan bersama. Dan Kanit berhenti didepan sebuah bangun. " Disini?"

" Iya. Bu.." ucap salah satu penjaga. Penjaga satunya membukakan pintu gudang.

" Perlu saya temani?"

Kanit menoleh. " Kalian bisa menunggu diluar saja."

Kedua penjaga itu saling bertatapan. " Baiklah. Kami akan menunggu Ibu diluar.."

Kanit masuk kedalam bangunan. Ia berjalan diantara rak. Ruangan itu tidak terlalu besar. Seperti gudang – gudang lainnya. Ia lantas duduk didepan komputer diruangan itu. Ia menyalakan komputer dan mengakses beberapa data. Ia mencari data bulan ini dan tahun ini, tapi kenapa tidak ada data apapun. Yang ada hanya data 5 bulan lalu. Lalu dirinya ingat tadi yang dikatakan Luna, ia mendapatkan data laporan itu dari petugas gudang, lalu ia menyadari sesuatu, kenapa gudang ini dikunci? Dimana petugas gudang? Kenapa hanya 2 penjaga itu yang ada di gerbang utama.

Kanit mendongak dan segera mengambil tas.nya. Ia bangkit berdiri dan menemui kedua petugas itu. Dirinya hampir mencapai pintu saat tiba – tiba pintu itu tertutup.

" Buka pintunya!" teriak Kanit sambil menggedor – gedor pintu. " Kubilang buka pintunya! Penjaga! Kalian disana bukan? Penjaga!" Kanit masih saja menggedor. Ia tidak tahu bahwa dibelakangnya, sebuah asap muncul dari pojok ruangan.

Kanit berbalik dan merasakan sesak didadanya. Matanya melebar, buru – buru dikeluarkannya ponsel dari dalam tasnya. Alex.. pikirnya. Ia menempelkan ponselnya. " Alex..." seru Kanit ketakutan. " Tolong aku... Aku digudang. Seseorang mengunci pintu dari luar. Dan sekarang.. sekarang ada asap disini..Alex tolong aku.. Ya.." ucapnya sambil mengangguk, dimasukkannya ponsel kembali kedalam tas. Kanit berjalan perlahan mendekati sumber asap. Ia harus memadamkan api, dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada apa, apa..

Ia harus bagaimana? Apinya mulai menjalar, ia mengambil saputangan dan menutup hidupnya, sambil sebelah tangan mengibas – ibaskan asap.

Alex... pikirnya..

Tolong aku..

Kanit terduduk. Ia mengatur nafas, dadanya mulai sakit dan sesak. Ia memeluk perutnya. Ayahmu akan segera datang.. kita akan selamat.. bisiknya..

$$$

Baby Wedding [TAMAT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon