"Ini aneh. Benda itu tidak mungkin jauh-jauh menghilang dari pemiliknya," komentar Elliot.

Elena mengusir cokelat-cokelat katak yang melompat-lompat di sofa beludru berwarna biru gelap. "Aku punya firasat kalau benda itu dicuri," duganya.

"Oleh siapa?"

"Entahlah," Elena mengedikkan bahu. "Mungkin Arabella."

"Bagaimana bisa?" Elliot mengalihkan pandangan dari buku-buku yang berdebu ke arah adiknya.

"Karena hanya dia satu-satunya orang yang tidak menyukai Bumble bee."

Di waktu yang sama, di sudut yang berbeda, Emily dan Lumpa-lumpa menjelajahi ruang bawah tanah sebagaimana yang ditugaskan Nyonya Eveline. Mereka juga sama letihnya, tidak dapat melihat tanda-tanda benda yang dicari. Kendati demikian, walaupun tidak ada cokelat-cokelat katak yang melompat di bawah tanah, Lumpa-lumpa dengan senantiasa memberi sepotong roti berisi lendir siput kepada Emily. Karena makhluk itu paham, tidak akan ada sarapan pagi sebelum benda yang dicari ditemukan.

Berpindah ke lantai paling atas, tepatnya di atap gudang, ada Arabella dan paman Elijah yang juga sama-sama mencari. Arabella tidak mengerti mengapa dirinya terlibat ke dalam pencarian ini. Namun, dia juga merasa tidak sampai hati jika hanya duduk diam menanti benda yang dicari ditemukan. Sesekali dia menangkap paman Elijah yang mengedikkan leher ke arahnya, tak mengerti apa maksudnya. Merasa tidak nyaman, dia pun bergeser dari tempatnya.

Gudang itu gelap. Satu-satunya cahaya berasal dari semburat mentari pagi yang belum sepenuhnya muncul, yang bersumber pada jendela tunggal di tengah gudang. Karena kurang berhati-hati, Arabella tersandung sebuah kotak kardus yang mengakibatkan dia terjatuh. Paman Elijah segera menghampirinya, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk menolongnya berdiri.

"Tidak apa-apa," katanya. "Aku hanya tersandung."

Dia mengalihkan pandangan dari paman Elijah ke kotak kardus berdebu yang tergeletak di tengah-tengah. Cokelat-cokelat katak yang melompat-lompat di atasnya berubah warna menjadi abu-abu karena terpapar debu. Arabella menyingkirkan cokelat-cokelat itu, dan menarik kotak kardus agar lebih mendekat. Paman Elijah berlutut dihadapannya, sama-sama penasaran.

Arabella terkejut ketika mengetahui benda-benda yang berada di balik kardus. Rasanya dia pernah melihat benda-benda itu sewaktu kecil dulu. Sangat familiar alih-alih asing. Dia mengangkat sebuah kotak musik berbentuk piano berwarna putih. Paman Elijah tersentak ke belakang begitu alunan Bethoven menguar dari benda kecil itu saat dibuka.

Senyuman mengembang dari sela-sela wajah Arabella. Jujur saja dia sudah lama tidak mendengarkan alunan musik klasik. Jelas benda-benda yang ada di dalam kotak kardus itu merupakan mainan kesangannya dulu. Tetapi mengapa mainan-mainan itu disimpan di gudang keluarga Waterhouse? Bahkan dia sendiri pun lupa kalau pernah membawanya kemari.

Sesaat kemudian, sinar matahari mulai menampakkan auranya. Arabella tahu bagaimana rasanya kehilangan benda yang sangat berharga. Dia bukannya hanya satu kali kehilangan benda kesayangan. Sepertinya sudah beberapa kali. Setiap kali kehilangan, keesokan harinya sang ayah dengan segera mengganti kotak musik atau benda lainnya yang bebentuk sama persis dari yang sebelumnya. Tetapi lambat laun ia sadar, bahwa kotak musik atau benda lainnya yang di dapat sang ayah merupakan benda baru, bukan benda-benda yang hilang entah kemana.

"Bumble bee tidak hilang, tetapi dicuri." Ketika mendongkak, paman Elijah sudah menghilang, melebur bersama pekatnya udara pengap di atap gudang.

***

Gelisah. Tuan Evanders terus meraba-raba benda yang bersembunyi dibalik saku celananya. Pandangan matanya tidak sedikit pun beralih dari langit kelabu yang terbentang luas tanpa batas. Sudah sekitar satu jam lebih dia berdiri di depan salah satu jendela di ruang kerjanya, dengan perasaan yang campur aduk.

Arabella & The Waterhouse FamilyWhere stories live. Discover now