Bagian 8

3.6K 380 18
                                    

Naruto terdiam dengan keringat dingin membasahi keningnya. Ia menyelimuti seluruh tubuh dan berbaring dengan gelisah. Cengkraman tanganya pada ponsel Sasuke makin mengerat seolah-olah ponsel itu akan remuk ditangannya. Nafasnya memburu dan bola matanya melebar tanpa kedipan.

Naruto bahkan tak sadar Sasuke kembali ke kamar dengan membawa sarapan. Telinganya seolah-olah tuli saat Sasuke dengan kasar meletakan menu sarapan mereka di meja kecil di lantai kamar.

"Apa yang dibaca si bodoh ini?" batin Sasuke.

Sasuke tiba-tiba merebut ponsel dari tangan Naruto. Naruto gelagapan bahkan tak sempat berteriak. Ia berusaha merebut ponsel dari tangan Sasuke namun Sasuke mengacungkan tangan tinggi-tinggi lalu menepis kasar tangan Naruto. Sasuke menatap paragraf demi paragraf di ponsel (touchscreen) itu dan membacanya dengan keras.

"Apa yang kau baca ini? Choi Yung Do meremas kasar rambut Kim Tan dan mendorong lelaki itu ke dinding untuk memulai permainan panas. Apa-apaan yang kau baca ini Naruto?"

Naruto menunduk menghindari tatapan mata interogasi Sasuke.

"Yung Do-yaa, oh-ah-oh-ah jangan begini, aku sudah memiliki Eun Sang, jangan, oh-ah-oh..." Sasuke membaca dengan mata melotot. "Apa ini?"

"Fanfic Korea..." jawab Naruto dengan suara yang lari kedalam tenggorokan.

Pucat pasi.

"Choi Yung Do merobek kemeja Kim Tan dan membentak lelaki itu, kau milikku Tan-aa.. aku ingin menjilati setiap inchi kulit lembabmu!" Sasuke membaca dengan ekspresi muak.

Naruto menghilang dalam selimut.

Dan Sasuke melempar ponselnya ke kepala Naruto dengan ratusan umpatan dalam satu tarikan nafas.

..

Seorang petugas kepolisian berjalan di koridor dengan tergesa dan membuka kasar pintu ruangan penyelidikan. Ia menuju salah satu meja dimana seorang petugas kepolisian dengan rambut perak melawan gravitasi sedang asyik memijit kepalanya yang pusing tujuh puluh keliling.

"Bos! Ada laporan tentang taksi hilang!"

Kakashi menjambak rambutnya sendiri, "Apa urusannya denganku? Aku sedang pusing menangani kasus parampokan bank!"

"Tapi bos, ini..."

Kakashi melotot marah, "Ini bukan tugas divisi reserse dan kriminal, berikan pada divisi Yamato."

"Kau keterlaluan sekali, Kakashi-senpai" Yamato entah muncul dari mana dan sudah berada dalm ruangan. Ia berjalan mendekati Kakashi dan berdiri dihadapan meja kerja Kakashi. "seharusnya kau mendengar penjelasan anak buahmu dulu."

Kakashi menggaruk kepalanya dengan kasar, "Pergilah, Junior! Aku sedang punya kasus besar!"

Yamato mengambil berkas dari petugas itu dan menyerahkannya pada Kakashi. Dengan muka sebal, Kakshi membuka berkas itu dan membaca dengan cepat. Mata Kakashi terbuka lebar.

"Kau yakin ini ada kaitannya?" tanya Kakashi dengan tegas.

"Ya.. aku rasa begitu, " Jawab Yamato, "Taksi itu dilaporkan hilang oleh perusahaannya di hari yang sama dengan hari perampokan bank. Sopirnya di duga membawa lari taksi itu. Lokasi GPS taksi ada di blok yang sama saat kejadian perampokan"

"Atau mungkin..." Kakashi menganalisa, "Pelaku perampokan naik ke taksi tersebut dan menyandera sopir taksi.. bagaimana dengan kemungkinan pembunuhan?"

"Tidak ada laporan tentang penemuan jasad tak dikenal dijalanan."

"Kau sudah punya idenditas sopir taksi itu?"

"Ya, senpai, perusahaan taksi itu sudah mengirim biodata sopir taksi itu, kita harus menemukan taksi itu ataupun sopirnya, mungkin bisa jadi petunjuk tentang keberadaan perampok bank itu."

Kakashi menggebrak meja. "Ayo mulai penyelidikannya!"

..

Sasuke makan dengan tenang tanpa dentingan sendok beradu dengan piring. Namun Naruto yang duduk dihadapannya makan dengan rakus dan menimbulkan suara. Sasuke diam saja dan sesekali melirik ke arah Naruto yang begitu menikmati sarapannya.

Sasuke tak berhasil mendapatkan ramen, namun sebagai gantinya ia membawakan bubur yang membuat mata Naruto berbinar-binar melahapnya.

"Sasuke, ini enak sekali.. apa namanya tadi, kacang hijau? Aku belum pernah makan ini!"

Sasuke menikmati makanya dengan pelan, "Ini adalah makanan yang ada di Asia Tenggara. Disana makanan seperti ini sangat familiar..."

"Ah benar!" Naruto yang kini memakai jaket Sasuke sebagai penutup badan mengacungkan sendok, "Tanah mereka sangat subur. Aku jadi ingat pisang, karena buah itu hanya mahu tumbuh di Asia Tenggara. Mereka mengekspornya ke seluruh penjuru dunia, tapi kenapa kacang hijau tidak?"

"Pisang? Aku tidak suka pisang."

"Kenapa?" tanya Naruto.

"Aku suka tomat."

"Benarkah kau tak suka pisang?"

Naruto Menjilati sendok itu dengan dramatis sambil menatap Sasuke.

Sasuke terdiam menyaksikan bagaimana Naruto dengan wajah manisnya mengoleskan lidah merah basah itu ke sendok.

Plup.

Naruto terdiam.

Tangan Sasuke yang besar menempel di pipinya. Ia memandang Sasuke yang menatap ke arah bibirnya. Naruto berusaha meneguk ludah, namun untuk bernafas saja ia susah.

Jari Sasuke menghapus bubur yang melekat di samping bibir Naruto, "Makanlah dengan bersih dan tenang..."

Naruto baru mengenal Sasuke kurang dari empatpuluh delapan jam dan untuk pertama kalinya ia mendengar Sasuke mengeluarkan kata-kata dengan nada lembut. Tanpa cacian dan makian serta bentakan. Naruto mengangguk pelan dan nervous setengah hidup. Saat Sasuke hendak menjauhkan tangannya, Naruto menahan telapak tangan itu dengan tangannya.

Lagi.

Mereka bertukar pandang dalam diam.

"Sasuke.. setelah ini kita mau kemana?" tanya Naruto sedih. Ia tersadar bahwa status mereka adalah buronan.

"Belanja."

"Haah?"

Run Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang