Bagian 2

4.5K 444 41
                                    


Naruto membawa laju kendaraannya ke luar kota. Sepanjang perjalanan Naruto tak henti-hentinya mengintip spion tengah.

"Berhentilah menatapku..." tegur pemuda itu dengan nada yang sudah tak sekeras tadi.

"Kau cukup tampan.. seharusnya kau bisa menjadi model dengan wajah seperti itu, bukannya malah menjadi penjahat..." ucap Naruto.

"Cukup tutup mulutmu."

Naruto akui, wajah pasi dengan rambut ravet dengan poni panjang di kedua sisi membingkai wajah berpola angkuh itu. Tidak ada gentar tersirat, hanya ketenangan dan kerutan dahi pertanda bahwa pemuda tampan itu sedang berpikir keras.

"Namamu... siapa?" tanya Naruto.

"Uchiha Sasuke..."

"Oh.. Aku Uzumaki Naruto..."

"Aku tidak bertanya."

"Mulutmu kasar sekali..." maki Naruto dengan suara selembut desisan angin. Sangat sangat pelan.
Naruto kini tak tahu apa yang ia rasakan. Takut, kesal, jengkel, dan sedikit perasaan senang menyelinap di hatinya.

Tunggu?

Senang?

Naruto menggelengkan kepala berkali-kali. Menepis perasaan yang ada diurutan terakhir tadi.

"Jadi..." Naruto dipenuhi penasaran, "Apa yang kau lakukan hingga kau dikejar polisi? Tadi itu... setelah kau masuk aku mendengar sirine polisi?"

"Maling ayam..." jawab Sasuke acuh.

"Kalau kau maling ayam, seharusnya tiga kantong plastik hitam itu bergerak..."

Sasuke menghela nafas berat, "Berhentilah bertanya, aku akan membayarmu jika kita sampai di kota Oto, dan tenang saja, aku akan memberikanmu bonus 2 kali lipat dari biaya argo untuk uang tutup mulutmu."

"Tapi aku hanya bisa mengantarmu hingga perbatasan..." ujar Naruto.

"Kenapa?"

"Taksi kuning ini hanya memiliki izin seluruh rute kota Iwa, kau harus berganti taksi nanti dengan taksi biru yang memiliki izin rute di kota Oto.." tukas Naruto.

"Ck!" decihan kesal kembali meluncur dari mulut Sasuke. Pemuda itu membuka jaket tebal yang membungkus tubuhnya. Naruto meneguk ludah saat melirik bentuk tubuh proposional Sasuke dari spion.

Mengenakan kaos ketat warna hitam dengan lengan pendek, tubuh atletis Sasuke tercetak jelas. Naruto merasakan kepalanya panas saat melihat bagaimana lebarnya jarak bahu Sasuke, dada Sasuke yang begitu bidang dan lengan kekar berotot itu membuat Naruto harus menggelengkan kepala berkali-kali.

"Kubilang berhentilah menatapku, kuning sialan!" bentak Sasuke dari bangku penumpang.

Naruto tersadar dari lamunannya dan kembali fokus mengendarai mobil. "Mulutmu sekotor tong sampah!" maki Naruto dengan suara pelan dan ia yakini hanya telinganya sendirilah yang mendengar.

Bugh!

"AWW!" jerit Naruto saat mendapat satu pukulan lagi dikepala.

"Aku mendengarnya, idiot! Kenapa denganmu? Apa kau iri dengan bentuk tubuhku?" tanya Sasuke dengan bentuk bibir mencemooh, "Beginilah bentuk tubuh laki-laki.. lihatlah dirimu.. kurung cengkring seperti perempuan..."

Sasuke mencodongkan setengah badannya kedepan dan mencengkram wajah Naruto dengan satu tangan, "Ya tuhan.. lihatlah betapa manisnya wajahmu.. bahkan aku bisa meremukkan rahamu dengan sekali tekan..."

Naruto menepis tangan Sasuke dengan kasar dan membentak marah, "Kau mau mati? Tak lihat aku menyetir?"

"Bahkan bentakanmu terdengar lembut di telingaku..."

Naruto memutar bola matanya mendengar ejekan Sasuke. Satu decak kesal kecil menyeruak disela-sela bibirnya.

"Lihatlah ini, " Sasuke tiba-tiba meremas dada Naruto dari belakang, "Apa ini? Datar seperti triplek!"

"Wuaa!" Naruto kehilangan kendali dan membanting setir ke kanan dan ke kiri. Secara reflek ia mengerem mendadak. Wajahnya merah padam dan tubuhnya menggigil.

Beberapa mobil yang berada dibelakang taksi Naruto ikut mengerem mendadak untuk menghindari tabrakan beruntun.

Sasuke terkejut dan terombang ambing karena perubahan arah acak yang mendadak dilakukan Naruto. "Kenapa dengannmu?"

"Sa-sasuke..." nafas Naruto terengah, dan matanya berair. "Kumohon.. jangan pernah sentuh dadaku.. kumohon.." Naruto menoleh kebelakang dengan wajah memerah penuh tekakan darah yang melonjak ke otaknya.

"Papan penggilasan itu?" Sasuke menunjuk ke dada Naruto lalu menggelengkan kepala, "Aku tidak berminat."

.

.

.

Untuk beberapa saat, keduanya dipasung diam. Naruto lebih memilih fokus mengendarai mobil sementara Sasuke memejamkan mata dan menyandarkan kepala ke jendela.

"Kau sepertinya jauh lebih tenang..." Ujar Sasuke memecah diam.

"Lalu apalagi yang bisa kulakukan.. asal aku selamat.." jawab Naruto.

"Kau cukup pintar, kuning..." Sasuke menyandarkan punggungnya dengan santai, "Berhentilah di minimarket depan, belilah beberapa minuman dan rokok untukku."

Naruto menepikan mobil di depan sebuah minimarket. "Mana uangnya..."

Sasuke kembali mendaratkan pukulan ringan dikepala Naruto. "Pakai uangmu dulu!"

"Arrgh! Berhentilah memukul kepalaku!" Naruto berteriak kesal.

Naruto keluar dengan sumpah serapah dimulutnya dan masuk kedalam minimarket. Dentuman keras pintu menandakan Naruto benar-benar kesal. Sasuke adem ayem melihat tingkah Naruto. Ia meregangkan persendian yang terasa lelah dan menutup mata, mencoba untuk tidur. Ia bahkan belum mengosongkan pikiran sebelum dering ponsel terdengar nyaring didalam mobil. Sasuke mencondongkan badan ke depan dan melihat ponsel Naruto tertinggal di jok sopir.

Raut wajah mencibir Sasuke berpadu dengan garis wajah yang memang angkuh saat melihat telepon genggam jadul milik Naruto. "Zaman sekarang masih ada yang pakai ponsel lipat?"

Sasuke menatap layar mungil pada sisi luar ponsel, "Sarutobi-jiji?" dan entah kenapa Sasuke membyuka flip dan berkata, "Halo?"

Tcb

the role still same~ see you soon

Run Run!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang