Dia ingat Sehun tersenyum dan menunjukkan padanya kabinet lain di bawah bak cuci tempat dia menyimpan suplai makanannya, yang terdiri dari ramen dan makanan instan yang tidak akan busuk. Setelahnya, Baekhyun tidak pernah mengejek Sehun kapanpun ia makan dua kali lebih banyak daripada anak-anak lain di sekolah.

Tepat setelah ia berpikir segalanya mulai membaik di sekitar Sehun setelah Luhan setuju untuk berkencan dengannya, semua malah bertambah buruk.

Untung saja, saat ia dan Jongin mampir di apartemen Sehun, mereka menemukannya sedang melemaskan badan di taman bermain. Lagipula Sehun tidak pernah suka tinggal di rumah. Ketiganya membeli dukbokki dan kimbap di restoran terdekat dan Sehun-dengan senyum cerahnya-memaksa membayari makan malam mereka. Jongin dan Baekhyun tidak bisa apa-apa selain saling lirik sementara Sehun mengeluarkan uangnya kusut dari sakunya, menahan seluruh antrian saat ia membuka lipatan uangnya dan menghitungnya satu per satu.

Jongin menawarkan diri untuk menginap di tempat Sehun, yang membuat Baekhyun tenang karena dia tahu Sehun tidak akan menghabiskan semalam lagi dalam kesendirian dan ia bisa pulang secepatnya untuk mengecek kotak suratnya.

Selain di waktu-waktu Baekhyun menanti majalah game langganannya yang terbaru, ia tak pernah menunggu sesemangat ini demi sebuah surat. Ibunya juga tidak menduga, ia selalu berhenti di kotak pos dulu dan menyerahkan pada beliau tagihan-tagihannya. Lalu, ia akan menggigit amplop warna krem itu dengan giginya dan buru-buru ke kamar untuk membukanya.

Hari itu hari Selasa, berarti Chanyeol mengirimkan suratnya di akhir pekan. Ia mengecek kotak surat tiap hari, dan ada waktu-waktu di mana Baekhyun sengaja menunggu di luar dengan masih mengenakan piyama, menunggu tukang pos mengantarkannya surat-surat mereka.

Karena telepon tidak diperbolehkan di luar jam-jam saat Baekhyun tidak sedang belajar, dia dan Chanyeol saling berkirim surat satu sama lain, berharap itu akan mengurangi jarak yang mereka rasakan di hati mereka yang tak dapat diisi oleh apa pun bahkan orang lain. Meski kadang-kadang Baekhyun kesulitan membaca tulisan Chanyeol karena kesalahan ejaannya, dia sadar bahwa kemampuan Chanyeol semakin meningkat sedikit demi sedikit.

Dengan semangat, Baekhyun berbaring di atas perutnya dan menyobek amplop, menemukan surat Chanyeol dilipat tiga kali di dalam. Seperti biasa, halamannya terisi penuh dengan kata-kata sampai ke tepi kertas seolah Chanyeol berusaha keras memuat semua yang ingin ia katakan ke dalam ruang kecil yang tersedia. Dia bahkan menulis di baliknya dan menggambar sesuatu untuknya.

Untuk Byun Baekhyun,

Baekhyun, bagaimana kabarmu? Aku baik-baik saja! Aku rindu sekali padamu. Nyonya di sini bilang aku bisa bertemu denganmu segera, kalau aku menunjukkan peningkatan atau sesuatu. Menyenangkan, bukan? Aku ingin tahu kalau kaki Baekhyun sudah baikan sekarang. Aku masih khawatir. Aku rindu es krim yang kita makan dan saat aku bermain game dengan Baekhyun. Kuharap kita bisa main lagi! Itu akan menyenangkan. Teman-teman di sini baik padaku, tapi mereka bukan Baekhyun jadi aku sedih kadang-kadang karena aku ingin main denganmu lagi. Mereka bilang aku dapat bermain denganmu kalau aku belajar dengan baik. Aku ingin tahu kapan itu? Aku ingin tahu kalau Baakhyun merasa sedih karena aku tidak di sana untuk memberitahunya untuk tersenyum dan senang. Aku ingin sebanyak-banyaknya kesenangan untuk Baekhyun. Aku akan menulis pada Baekhyun, surat yang lebih panjang lain kali karena mereka hanya memberiku selembar. Aku sayang Baekhyun!

Super Chanyeol

(Di baliknya ada gambar kue yang sangat berantakan entah kenapa.)

Menyenangkan betapa Baekhyun dapat mendengar suara Chanyeol dalam kepalanya begitu ia membaca surat darinya. Tiap surat selalu ada yang berbeda dengan surat sebelumnya meskipun ia cenderung mengulang beberapa kata... tapi bagi Baekhyun, mereka semua unik karena ia hanya bisa membayangkan berapa lama yang dihabiskan Chanyeol untuk menulis setiap hurufnya dengan hati-hati seperti yang selalu ia lakukan.

Terkadang, Baekhyun menitikkan air mata saat membaca surat Chanyeol karena ia sangat merindukannya, tapi lebih sering ia tersenyum. Ia tersenyum dan menyobek salah satu halaman buku tulisnya untuk menulis surat balasan secepatnya juga.

Untuk Super Chanyeol,

Aku baik-baik saja, keke, aku rindu padamu juga, sangat... Menurutmu kau bisa datang saat Natal? Apa mereka akan mengizinkanmu mengunjungi kami, atau mungkin aku bisa datang mengunjungimu? Kadang-kadang aku agak khawatir, Chanyeol, karena aku mengikuti ujian masuk universitas bulan kemarin dan kupikir aku kurang baik mengerjakannya. Mungkin jika kamu di sini, kau akan memberitahuku bahwa tidak apa jika aku berakhir menjadi tukang angkut sampah atau apa. Keke, kapan kau akan pulang, kita bisa main game dan makan es krim semaumu, makanya, cepatlah pulang ya? Ibu bilang padaku bahwa kau mungkin bisa pulang sebelum tahun depan kalau kau bersikap baik... tapi kami masih berusaha memanggil pengacara. Apa kau tahu Yifan mencarikan kami pengacara yang akan membantu kami secara pro bono? Pro bono artinya gratis, omong-omong. Keke. Dan lagi, aku sangat merindukanmu. Tidak begitu menyenangkan di sini tanpamu... Omong-omong, di sana kau makan apa?

Byun Baekhyun

(Dia menggambar segelas susu di baliknya)

Ia mengirimkan suratnya sebelum berangkat sekolah keesokan paginya dan menunggu seminggu untuk balasannya, tapi di hari Selasa, dia pulang mendapati kotak surat yang kosong. Tentu masih ada surat-surat tagihan dan lain-lain, tapi amplop warna krem tidak ada di sana.

Ia menunggu seminggu lagi.

Tidak ada amplop krem.

.

.

Baby's BreathWhere stories live. Discover now