Part 12

6.8K 556 48
                                    


Bagas menurunkan (namakamu) dan segera menarik pergelangan tangan (namakamu) menuju mobil. Kemudian ia melajukan mobilnya menuju kampus.

"Bagas," panggil (namakamu) di dalam perjalanan. Bagas menoleh.

"Terimakasih atas bantuanmu," kata (namakamu).

Bagas tertawa kecil, "Saya akan selalu siap jika anda membutuhkan saya, Miss"

"Hahaha, sok banget kamu Gas," (namakamu) tertawa.

Bagas menatap lekuk wajah dosennya dari sudut ekor matanya. Ia tersenyum sekilas.

"Miss, berita di internet bener ya?" tanya Bagas setelah beberapa saat.

(namakamu) tampak terkejut mendengar pertanyaan dari Bagas. Jujur, ia bingung harus menjawab apa. Jika ia menjawab 'iya' sama saja ia membeberkan aib keluarganya. Namun, jika ia menjawab 'tidak' sama saja ia membohongi dirinya sendiri dan ia mendapat dosa.

Ah, dia dilema.

"Menurut kamu?" ujar (namakamu) dengan senyum kecutnya.

Bagas mendadak menjadi canggung. Ia merasa pertanyaannya mungkin menimbulkan perih di hati dosennya.

"Hehe, lupain aja Miss," ujar Bagas dengan tawa garingnya.

"Oh ya Gas, nanti bisa antar saya ke rumah sakit?"

"Bisa Miss. Ke rumah sakit biasanya kan?" tanya Bagas. (namakamu) mengangguk.

"Ada pasien ya Miss?"

"Iya. Nanti kamu juga bisa meneliti disana. Oh ya, wisuda kamu dua minggu lagi kan?" (namakamu) menghadapkan badannya ke arah Bagas.

"Iya Miss. Anda datangkan pas saya wisuda?"

(namakamu) tampak berpikir.

"Miss, datang ya.. Kan anda orang yang sangat berjasa bagi saya Miss," ujar Bagas dengan wajah memohonnya.

(namakamu) memukul pelan lengan Bagas, "Kamu itu ya, orang yang berjasa itu ya orang tua kamu dan diri kamu sendiri. Saya hanya memberikan materi saja, kamu yang menyerap dan mengekspresikannya."

"Tapi tetep saja Miss. Kalo anda waktu itu nggak bantu saya buat bangkit pasti sekarang saya sudah hancur,"

"Duh Gas, sejak kapan kamu jadi bijak gini?" gemas (namakamu).

"Sejak ketemu anda, Miss,"

Kalimat yang di lontarkan Bagas mampu membuat (namakamu) tersipu. Pipinya memerah karena menahan malu dan senang mendapat kalimat yang cukup manis walau pun kalimat itu hanya sederhana.

***

Sedari tadi, laki-laki ini hanya mondar-mandir. Sesekali ia juga mengintip ke arah jendela. Dimana di luar sana sudah ada banyak sekali wartawan yang menunggunya keluar.

Ia tidak mungkin keluar saat ini. ia tidak mungkin melakukan wawancara dengan topik bahwa dirinya selingkuh. Itu akan mempengaruhi reputasinya yang ia bangun selama bertahun-tahun. Ia tidak mau karirnya hancur.

Ia mengutuk dirinya sendiri. Mengapa ia terlalu bodoh dan terlalu terbuai dengan wanita lain padahal ia sendiri sudah mempunyai istri yang sangat baik padanya. Ia berpikir bahwa dirinyaterllau maruk. Ia juga mengakui dirinya sangat hancur saat ini.

Saat bangun dari tidurnya ia mendapati suara rusuh diluar sana. Ketika itu, hatinya mencelos. Ia kemudian menuju kamar untuk melihat istrinya. Ternyata istrinya juga tidak ada.

Little Family ❤ [IDR] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang