Leave

57 5 0
                                    

"Hari ini memang mendung, dan mulai terlihat rintik - rintik hujan yang mulai membasahi permukaan daun-daun. Bersama hujan ku ikut menangis tanpa satupun yang menemani. "

Ya, disinilah seorang gadis sedang berdiri di tempat kakek dan neneknya yang sudah menutup matanya dan tak kan pernah bangun.

Tak lama seorang wanita cantik berpakaian serba hitam dan membawa payung hitam datang menghampiri gadis yang sedang menangis, menatapi kedua nama di batu tersebut.

"Sudahlah, jangan menangis terus. Ayo kita pulang sekarang. Sepertinya hujan akan turun deras"

"Aku pulang? Aku harus pulang kemana? Aku sudah tak punya rumah untuk pulang."

"Apa yang kau bicarakan? Kau masih memiliki ibu. Ibu selalu disini untuk menjadi rumahmu "

"Ibu? Aku sudah tak punya ibu sekarang. Bagiku ibu adalah nenekku yang sekarang sudah tiada. Dan kaupun tidak pernah peduli padaku. Jangankan peduli mungkin kau tak pernah ingat padaku. Kau bukan ibuku Kayle."

Mata mereka yang biru bertemu saling menatap satu sama lain. Dan semua yang baru saja dikatakan oleh gadis itu, seperti sambaran petir bagi wanita yang dipanggil Kayle itu.

"Remila Moryta! Jaga sikapmu, aku ini ibumu. Kau harus pulang sekarang!"

Tak lama dua laki-laki dengan menggunakan jas hitam, berkacamata dan memakai alat komunikasi di telinganya menghampiri gadis yang dipanggil Remila itu dan membawanya dengan paksa ke dalam mobil. Awalnya dia sempat protes dan sedikit memberontak, tapi percuma saja ia tak dapat melepaskannya karena terlalu kuat.

-justdoubt-

Di rumah nenek dan kakeknya pun mereka masih saja bertengkar. Bahkan para maid yang bekerja di rumah itu sampai tergoda untuk mengintip apa yang sedang diributkan oleh ibu dan anak tersebut.

"Pokoknya aku tetap tinggal disini dan jangan pernah memaksaku untuk pindah dari sini! " protes Remi

"Sudah kubilang kau harus ikut bersamaku ke Jakarta. Dan kau harus tinggal bersamaku ! "
Bentak Yena, ibunya.

Lama mereka berdebat dan akhirnya Remi mengalah untuk ikut dan tinggal dengan ibunya ke Jakarta. Walaupun sebenarnya ia enggan meninggalkan rumah ini karena terlalu banyak kenangan. Sedari kecil ia tinggal disana bersama kakek dan neneknya yang sekarang sudah tiada.

Setelah Remi selesai berkemas ia berkeliling rumah sekali lagi hanya sekedar mengucapkan terimakasih kepada semua pembantu rumah tangga yang kerja di tempat itu dan mengenang semua yang teerjadi di sana. Setelah itu dia masuk ke dalam mobil pertama, sementara ibunya masuk ke dalam mobil yang ada di belakangnya.

"Huh... kalian terlalu menuruti semua kata-katanya. Disuruh ini, disuruh itu, bahkan disuruh membawaku paksa juga dituruti "
Gumamnya kesal. Sepanjang jalan ke bandara ia hanya diam menatap ke luar kaca mobil dan memerhatikan wajah kedua laki-laki yang duduk di depannya, atau lebih tepatnya pengawalnya untuk sekarang. Yang satu mengemudi dan satu lagi seperti sedang mengutak atik tabletnya.

-justdoubt-

Hy guys.. this is my first story. Kependekan ya? Commentsnya jangan lupa guys. Maklum anak bawang nih baru nulis. Wkwkwk....

Only DoubtWhere stories live. Discover now