(namakamu): gak papa

Iqbaal: sorry...

Aldi: anjir iqbaal bilang sorry berarti ada apa-apa

Salsha: jgn kompor aldeehhh

Bastian: gue juga kepikiran sama kek aldi

Steffi: sepupu mah selalu solid

(namakamu): bubar aja, gue gak papa

Salsha: di balik gakpapa pasti ada apa-apa

Nadhine: setuju! Lo cerita aja ke gue dek kalo pkiran lo jd beban

(namakamu): oke kak

-chat end-

Ia melempar handphone-nya ke lantai. Ia tidak peduli dengan keadaan benda kecil itu lagi. Ia terlalu lelah. Terlalu capek untuk memikirkan hal-hal yang membuat batinnya tersiksa.

***

(namakamu) bangun dari tidurnya dengan keadaan pusing. Bagaimana ia tidak pusing, ia menangis selama hampir dua belas jam. Bisa membayangkan?

Memang menangis bukan hal yang mendatangkan solusi. Namun, ia menangis karena ia terlalu bingung dengan masalah yang di hadapinya sekarang.

(namakamu) berpikir masalahnya akan selesai jika Iqbaal mengakui bahwa foto itu palsu. Namun Iqbaal berkata sebaliknya.

Mungkin tidak ada jalan baginya untuk menyelesaikan masalah ini.

(namakamu) melirik jam dinding. Jam 05.00 WIB. Hari ini, ia ada jadwal untuk mengajar di kampus. Ia ingin membolos namun itu tidak mungkin, sama saja ia memakan gaji buta jika membolos.

Dengan berat hati, ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Membasahi dirinya dengan air. Dan dengan cara itu, ia berharap pikirannya akan tenang.

Setelah berpakaian, (namakamu) membuka pintu kamar. Saat melewati ruang keluarga, ia mendapati Iqbaal sedang tidur. Ia menarik nafas. Ia tidka ingin melihat wajah suaminya untuk saat ini.

Ketika ingin membuka pintu, ia mendengar suara riuh di luar pagar. Wartawan. Dugannya semalam benar.

Kini otaknya harus berpkir bagaimana caranya keluar dari rumah tanpa melewati wartawan itu.

Handphone-nya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Di layarnya tertera nama Bagas.

"Hallo," kata (namakamu).

"Hallo Miss, anda datang ke kampuskan?"

"Ya, tapi saya tidak bisa keluar dari rumah saya sendiri. Ad----"

"Saya tau miss, pasti banyak wartawan kan?"

"Begitulah.."

"Miss sekarang keluar lewat belakang saja,"

"Kamu bodoh? Tidak ada pintu di belakang,"

"Anda kan bisa memanjat miss. Saya akan menunggu di sana,"

Memanjat? Oh, ini merupakan hari yang menjengkelkan baginya.

"Oke, saya akan melakukan apa yang kamu perintah. Tapi tolong tunggu saya disana,"

"Oke miss, saya sudah menunggu disini,"

"Hah? Cep----"

Sambungan telponnya terputus sebelum (namakamu) melanjutkan kalimatnya. (namakamu) menggerutu sejenak lalu ia teringat bahwa ia harus segera keluar dari rumah ini.

Untung saja ia tadi tidak memakai rok jadi ia tak perlu berganti pakaian. (namakamu) terdiam sejenak setelah sampai di belakang rumahnya. Tembok ini menjulang dua kali lipat lebih tinggi dibanding tubuhnya.

Ia melihat sekeliling dan akhirnya mendapatkan benda yang di carinya. Tangga.

Setelah sampai diatas pagar. Ia melihat Bagas yang berada di bawah.

"Bagaimana saya turun?" tanya (namakamu) pada Bagas.

Bagas nampak berpikir.

"Lompat saja Miss, nanti saya tangkap,"

"Jangan bercanda di situasi seperti ini,"

"Saya tidak bercanda Miss, lompatlah, saya akan menangkap anda,"

"Tidak. Lebih baik kamu carikan saya tangga,"

"Tidak ada Miss, tidak ada tangga di sini,"

(namakamu) mendengus kesal. Begini kah berat beban hidupnya?

Ia akhirnya memutuskan untuk melompat. Tidak mungkin jika ia mengambil tangga yang atdi dipakai untuk naik. Itu terlalu berat.

"Siap-siap saya akan segera melompat," kata (namakamu).

"Saya sudah siap Miss,"

(namakamu) melompat dengan pelan dan hap! Bagas menangkap tubuh ramping milik (namakamu).

Bagas terkekeh ketika melihat dosennya itu menutup mata.

"Miss, buka mata anda," katanya.

(namakamu) membuka matanya dengan perlahan, ia mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Sudah di bawah ya? Eh, tolong turunkan saya," kata (namakamu) yang tersadar bahwa dirinya masih berada di gendongan Bagas.

Bagas menurunka (namakamu) dan segera menarik pergelangan tangan (namakamu) menuju mobil. Kemudian ia melajukan mobilnya menuju kampus.

"Bagas," panggil (namakamu) di dalam perjalanan. Bagas menoleh.

"Terimakasih atas bantuanmu," kata (namakamu).

Bagas tertawa kecil, "Saya akan sellau siap jika nada membutuhkan saya, Miss"

Bersambung...

Heol! Bagaimana part ini? kasih kritik dan saran ya,

Pokoknya vommentsnya jangan lupa, wkwkwkwk

Maaf juga late post dan ngaret banget.

Doain gue ya, nanti pas ulangan matematika gue bisa negrjain soalnya, heheh.. gue udah parno sama ulangannya nih, soalnya gue gak bakat di mapel itu.

Big thanks for you all

Salam Alovers,

Ayu indarti

x5iH8MrRQ

Little Family ❤ [IDR] - CompletedWhere stories live. Discover now