Fault

188 20 6
                                    

    Kala itu jarum jam menunjukkan pukul 08.30 pagi, dan Cassie masih saja duduk di depan meja riasnya untuk menata rambutnya agar terlihat lebih indah. Hari ini dia ingin kelihatan beda dari hari lainnya. Entah apa sebenarnya maksud dan tujuannya melakukan hal yang membuang waktu itu, yang jelas ia sudah pasti telat datang ke sekolah dan akan mendapatkan hukuman berat dari guru piket.

    "Cass, c'mon! It's almost 9 a.m!"panggil Fraddy, kakak tertua Cassie. Ia langsung menyeret Cassie agar bisa lepas dari catokan rambutnya dan cermin besar yang dipandangnya sejak 2 jam yang lalu.

    "Bentar, ada yang ketinggalan."Cassie menarik laci kecil di meja riasnya dan meraih jepitan ungu bermotif bunga-bunga.

    "Wait, what??"Fraddy melepas lengan adik bungsunya itu dan meneliti penampilannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia merasa heran dengan dandanan Cassie yang terkesan lebih feminim dari stylenya yang biasanya. Biasanya ia akan mengenakan baju seragam yang dikeluarkan serta rok pendeknya yang dipadukan dengan sneakers warna warni dengan gelang yang menumpuk di pergelangan tangannya. Rambutnya acak-acakkan dan memakai headphone dengan volume maksimal.

    Benar-benar berbanding terbalik kali ini. Ia memakai baju seragam rapih lengkap dengan blazer dan name tag. Rambutnya yang kini berganti warna lagi menjadi warna merah maroon, disisirnya dan dibiarkan terurai dengan lurus. Tidak ada lagi headphone yang sering bertengger di kepalanya, benda favoritnya itu digantikan dengan jepitan ungu yang membuatnya terlihat lebih manis. Wajahnya yang sering terkesan 'dark' karena lingkaran hitam di sekitar matanya telah sirna. Sekarang wajahnya tampak ceria dan berseri-seri.

    "Lo gak bakal pergi sekolah dengan tampilan kayak gini kan? Atau lo lagi sakit?"tanya Fraddy dengan bahasa Indonesia yang masih kaku.

    "Iya, emang napa? Udah cepetan anterin gue..."Cassie mendorong kakaknya keluar  dari kamarnya dan segera berangkat.

    Sesampainya di sekolah, dilihatnya wajah Bu Hudani yang sedang menunggu di bawah pohon mangga dengan tampang horornya. Wajah suram itu selalu membuat murid-murid kehilangan harapan hidup ketika melihatnya.

    "Pagi Bu, seneng banget yak, jadi penunggu pohon?"sapa Cassie sambil cengengesan. Mencoba bertahan dengan ekspresi Bu Hudani yang kelewat horor.

    "Penunggu? Kamu pikir saya penampakan apa?"tanya Bu Hudani dengan suara yang meninggi.

    "Buseet.. Galak amat bu, baru pagi-pagi juga, udah marah-marah. Nanti jadi tua loh. E salah maksudnya TAMBAH tua loh.."Randi yang juga baru tiba di halaman langsung nyeletuk dan membuat Bu Hudani makin emosi meratapi dua anak manusia yang memasang wajah tak berdosa.

    "Pagi? Kamu bilang sekarang masih pagi?! Lihat ini sudah jam berapa, sudah jam 08.45. Bentar lagi bakal istirahat dan kalian dengan santainya baru dateng ke sekolah! Bosan saya, tiap hari terus aja liat muka kalian, ibu gak tau lagi harus kasi kalian hukuman kayak apa..."omel Bu Hudani sampai muncrat ke wajah Randi. Randi yang sadar terkena curah hujan dari guru galak itu hanya bisa melapnya dengan tabah.

    "Eh, kamu! Gak liat apa? Yang terlambat harus baris di sini, kamu malah nyelenong aja, masuk ke dalam!"bentak wanita paruh baya itu pada seorang murid yang diam-diam melewati mereka dengan santainya.

    "Saya bu?"tanya Andira sambil menunjuk dirinya sendiri.

    Melihat kelakuan Andira yang super bego itu, Bu Hudani jadi tak tahan dengan cobaan hidup itu. Disuruhnya ketiga mahluk kecil nan unyu itu untuk masuk ke dalam ruang kelas dan akan menghadapnya setelah bel pulang sekolah nanti.

*

    "Uuuuhhh. Pegal pantat gue duduk 4 jam dalem ruang OSIS."kata Thalia yang ikut bergabung dengan gank TROS yang lagi ngumpul di kantin.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang