Tiga Puluh Satu

16.4K 1K 12
                                    

Enjoy the story!!!

__________________________

Setelah menjemput kembali putrinya di panti asuhan, akhirnya mereka kembali ke rumah dengan menggunakan taksi. Walaupun pikiran Fay masih saja berkecamuk dengan hal-hal yang baru ia temukan, namun ia memutuskan untuk menahannya untuk sementara waktu dan kembali mencari tahu esok hari. Sebelum meninggalkan rumah sakit pun, ia sudah menitipkan pesan untuk Febian pada salah satu Resepsionis agar kakaknya segera menghubunginya kembali.

Alis Fay bertaut bingung ketika sadar bahwa mobil suaminya sudah terparkir di depan pintu besar. Fay mengecek jam tangannya dan menyadari bahwa masih terlalu pagi Ivar pulang dari kantornya, pria itu selalu pulang di atas jam 9 malam, namun waktu masih menunjukan pukul 6:25 mobil Ivar sudah berada di rumah.

Menyadari sesuatu Fay langsung menarik tangan Clara agar melangkah lebih cepat menuju rumah utama, ia takut terjadi sesuatu pada Ivar. Clara yang melihat tingkah ibunya hanya pasrah dan mengikuti ibunya dengan tersok-seok, karena sepertinya bocah itu sudah mulai mengantuk. Seharian tenaganya sudah ia habiskan bermain dengan anak-anak panti sebayanya.

Masih dengan menyeret putrinya masuk, Fay menyusuri ruang besar menuju ruang keluarga untuk mencari tahu. Langkahnya terhenti ketika melihat Oscar sedang serius dengan tontonan berita di hadapannya. Fay memutari kepala ke sisi ruangan mencari sosok yang ia khawatirkan dan tidak menemukannya. "Where is Ivar?" tanya Fay suaranya terdengar gusar.

"Kalian sudah pulang? Kenapa tidak menghubungiku, aku bisa menjemput kalian," ujar Oscar tidak mempedulikan pertanyaan Fay dan wajah cemasnya.

"Where's Ivar?" tanyanya lagi.

"Im here." Suara Ivar terdengar bersamaan kecupan ringan di pipi kirinya.

Sontak membuat Fay memutar tubuhnya ke belakang dan menemukan Ivar yang berdiri di hadapannya sedang tersenyum lembut khasnya. Tanpa ia sadari pun helaan nafas lega keluar dari rongga mulutnya, terlalu lega karena apa yang ia pikirkan tidak terjadi.

"Daddy..." Suara manja Clara terdengar. Bocah itu mendekat dan memeluk tubuh ayahnya erat.

"Oh..sepertinya hari ini sangat menyenangkan. Sampai-sampai batreimu habis." Ivar mengangkat tubuh putrinya ke dalam gendongannya. Sang putri langsung saja mencari posisi nyaman pada ceruk leher ayahnya. Dengan pelan ia mengusap-ngusap punggung ayahnya, hal yang sama ayahnya lakukan pada punggungnya. "Kau harus menganti pakaianmu dulu sebelum tidur, Clara."

"Clara mau Daddy yang mengantinya," ucap Clara pelan masih dengan suara manjanya.

"Daddy masih punya urusan dengan paman Oscar, Sayang."

Clara menggeleng, ia mengeratkan tangan mungilnya pada leher ayahnya, bersikukuh agar ayahnya tetap menjalankan keinginannya.

"Aku yakin paman Oscar akan menunggumu sampai kapanpun. Sedangkan kau tahu Clara tidak pernah bisa menuggu."

Ivar mencium pipi putrinya, selain memiliki Fay ia juga memliki Clara yang sama-sama berkepala batu, pada akhirnya ia harus terus mengalah untuk keduanya. "Baiklah. Daddy akan membantumu."

"Thank you, Daddy," seru Fay mengecup pipi kiri Ivar. "Aku juga akan membersihkan tubuhku."

Ivar dan Clara kemudian berlalu dari hadapan Fay, ia manatap punggung Ivar dengan kegusaran yang besar. Dalam hati ia berharap apa yang akan ia cari nantinya tidak akan membuat kebahagian yang baru saja keluarga kecilnya rasakan berakhir dengan kepedihan. Walaupun foto itu tidak membuatnya percaya bahwa Ivar adalah anak dari ayahnya, namun ia tetap ingin mencari tahu tentang kebenaran yang selama ini keluarganya sembunyikan darinya. Ia akan mencarinya sendiri...

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang