Enam Belas

13K 1.1K 10
                                    

Please Baca...

Sebelumnya saya mau bilang banyak-banyak terima kasih buat yang udah  Vote dan comment dengan gencar-gencarnya. Terima kasih Banyak *Bow*

Dan Maaf mungkin beberapa hari kedepan saya akan sedikit terlambat buat ngasih updetan, karena kerjaan lagi numpul-numpuknya. Semoga kalian masih setia menunggu^^

Doakan semoga Hati Fay cepat luluh.....

_________________________

Fay membuka mata pelan ketika merasa bahunya digunjang oleh seseorang. Pupilnya mencoba untuk beradaptasi dengan cahaya dari jendela belakang sofa yang ditempatinya meringkuk sejak semalam. Senyumnya merekah ketika menyadari bahwa si pelaku adalah putri mungilnya yang kini memandangnya dengan senyum lebar memperlihatkan gigi susu rapinya. Fay mengucek matanya pelan, lalu mengambil posisi duduk.

Ia sempat bingung dengan selimut yang sudah menutupi separuh tubuhnya, jika tidak salah ingat semalam ia tidur tanpa menggunakan apa-apa, mungkin karena sedikit lelah sehingga tidak memikirkan itu. Pandangannya beralih pada tempat tidur Clara dan menemukan tubuh Ivar yang sudah meringkuk sempurna, tidak lagi dengan posisinya yang semalam. Ia yakin, Ivar pasti ada sangkut pautnya dengan selimut ditubuhnya.

"Clara kau baik-baik saja?" tanya Fay yang baru tersadar dengan putrinya.

"Tentu saja. Ini kan sudah pagi Mommy," ujar Clara polos sembari mengecup kedua pipi ibunya.

Fay tersenyum dengan tingkah putrinya. Ia lalu membalas kecupan pagi yang dihadiakan oleh putrinya tadi. "Lalu...apa hubungannya dengan pagi?"

"Clara sudah terbiasa bangun pagi. Jadi ya...tidak bisa tidur lagi. Mommy  ayo kita ke taman, pagi-pagi begini pasti udaranya sejuk," ajak Clara, menarik-menarik selimut tebal ibunya.

"Baiklah, sayang," kata Fay, mulai bangkit dari duduknya. "Sebaiknya cuci mukamu dulu dan sikat gigi," sambungnya lagi menarik tangan putrinya menuju kamar mandi.

Fay menuntun Clara menaiki tangga khusus untuk anak-anak pada westafel kamar mandi. Menyediakan sikat gigi beserta pastanya, lalu membantu Clara menyikat dengan tangan kiri putrinya. Walaupun terlihat kaku, namun Clara sanggup menyelesaikan acara sikat giginya dengan baik. Fay mengusap ramput Clara lembut, kemudian membasuh wajah Clara dengan air, menyisir rambut anaknya lalu mengikatnya rapi seperti ekor kuda. Clara tersenyum girang merasa puas dengan pekerjaan ibunya.

Setelah beres dengan Clara, kini Fay melakukan untuk dirinya sendiri dengan lebih cepat. Karena Clara sudah bergerak-gerak gusar, tidak sabaran. Melihat wajahnya yang sudah rapi, lagi...lagi Fay menuntun putrinya untuk turun, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.

"Mommy, wait!" ujar Clara ketika mereka akan menuju pintu keluar. Ia berlari menuju tempat tidur pasiennya, lalu memijaki kakinya di atas kursi, kemudian menaiki ranjang yang memang tinggi. Fay yang melihat ulah putrinya sempat kaget, ia takut kalau-kalau putrinya akan jatuh lagi dan membuat tubuh lainnya harus dibabat untuk kesekian kalinya. Fay baru akan mendekat, tiba-tiba berhenti ketika melihat Clara mencium seluruh wajah ayahnya yang tertidur pulas.

Terlihat senyuman tipis dari wajah Ivar, namun matanya masih saja terpejam. Ia mengangkat sebelah tangannya lalu meraih kepala putrinya. "Good Morning," ujarnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Good morning, Daddy. Kami akan pergi ke taman."

"Hmm...hati-hati," kata Ivar masih dengan mata yang terpejam. Clara tersenyum dengan tingkah ayahnya, lalu mengecup pipi ayahnya lagi sebelum turun menuju sang ibu.

Tapi lagi...lagi Clara terhenti di dekat sofa tempat ibunya tadi berbaring. Dengan cepat ia mengambil tempat pensil warna ibunya, lalu meraih tangan ibunya kembali.

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang