CHANA MENDAPAT PEMBEKALAN PUTRI MAHKOTA

Comenzar desde el principio
                                    

"Kau laksanakan saja dulu perintahku, mengenai Permaisuri akan ku atasi sendiri".

Kabar dinaikkannya status Chana menjadi Calon Putri Mahkota itu sontak saja membuat gempar seluruh negri. Bagaimana tidak, hubungan tidak harmonis antara ibu Chana dan Tan yaitu Permaisuri dan Selir Agung sudah tersohor ke pelosok negri. Apalagi di wilayah Hainan, tentunya kabar ini menjadi desas desus yang menyeruak baik yang nampak maupun yang mencoba untuk menyembunyikan.

Kekhawatiran yang sama juga dirasakan saudara ipar Selir Agung. "Suamiku, apakah ini akan menjadi baik-baik saja bagi kita dan kakak? Maksudku Permaisuri sangat benci pada Hainan dan sebetar lagi ia akan memiliki calon menantu orang Hainan. Ini sungguh mengkhawatirkan, suamiku". Sang suamipun menjawab dengan bijaksana, "Seorang raja haruslah mampu memimpin keluarganya dulu sebelum memimpin rakyatnya. Oleh karenanya, kita harus percaya pada Kaisar untuk menyelesaikan perseteruan ini jika memang beliau ingin mengambil menantu Chana".

"Permaisuri pasti tidak akan diam saja. Dia pasti melakukan sesuatu untuk menggagalkan pernikahan Chana dan Tan", sambungnya lagi. "Itulah yang aku takutkan, suamiku. Bagaimana jika kakak ipar tidak sanggup melawannya. Permaisuri pasti menggunakan cara yang licik". "Kakak ku itu pasti tak kalah licik dengan Permaisuri. Jika ia tidak licik, tidak mungkin ia bisa menjadi bagian dari istana".

Selir Agung bergegas menuju Balai Tabek, tempat Chana mendapat pembekalan sebagai Putri Mahkota. Dengan langkah pelan ia menyusuri pelataran balai itu hingga masuk ke teras balai itu. Chana tengah terududuk di sebuah bilik sambil membaca peraturan istana khususnya bagi Putri Mahkota. Putrinya itu memberi salam pada ibunya. Sang ibu dengan penuh kasih mendekati putrinya dan membelainya halus ketika Chana masih tertunduk memberi salam.

"Aku sudah berjanji untuk melindungimu meski aku membawamu dalam situasi yang sulit"

"Mohon hormat, Ibu". Sang ibu hanya tersenyum melihat putrinya itu. "Tak terasa sebentar lagi kau akan menjadi calon permaisuri negri ini". Chana tersenyum kikuk mendengar ucapan ibunya itu. "Ibu terlalu berlebihan".

"Tidak, nak. Inilah perasaan seorang ibu sesungguhnya. Meski kau tak lahir dari rahimku tapi membesarkanmu membuatku melupakan batasan nyata itu".

Selir Agung memang sengaja meluangkan waktu untuk mengunjungi Putri Agung yang tengah mendapatkan pembekalan Putri Mahkota. Memang penjodohan ini terkesan terburu-buru, tapi jika itu keinginan Kaisar ia tidak bisa ikut campur selain hanya melaksanakannya. Rasanya baru kemarin ia menimang bayi perempuan cantik yang ia beri nama Chana. Sekarang ia sudah harus menjadi milik orang lain. Orang lain yang tidak ingin Chana jatuh kepadanya. Ada kekhawatiran besar yang membulat di hati Selir Agung. Memberikan Chana pada Tan sama saja memberikan kelemahannya pada musuh. Bagaimana jika Chana mendapatkan perlakuan buruk dari Permaisuri?

Ia benar-benar menutupi kekhawatiran itu di depan Chana tadi. Sekarang ia sudah harus kembali ke kediamannya. Seorang kasim tiba-tiba menghampirinya sesaat ia berada di plataran Balai Tabek. Seorang kasim itu lalu membisikkan sesuatu. Raut wajah sang selirpun berubah menjadi menajam.

Derap langkah yang kasar menggaduhi lorong kediaman Kaisar menjelang senja itu. Dua dayang berbaju seragam biru setia mendamping tuannya itu. Seorang kasim pembantu setia Kaisar bergegas membukakan pintu. "Permaisuri telah tiiiiba!". Pintu jati itu terbuka. Masuklah Permaisuri yang sepertinya sedang marah itu. "Apa yang sebenarnya Yang Mulia lakukan?", teriak Permaisuri tanpa ba bi bu ketika menghadap si pemimpin negri itu. "Dimana etikamu Permaisuri? Kau bahkan tidak memberi salam padaku". "Omong kosong! Jangan mengalihkan pembicaraan!". Dada wanita itu kembang kempis menahan amarah.

"Tenangkan dirimu. Sekarang pelan-pelan ceritakan padaku apa yang sebenarnya maksudmu datang ke ruanganku dan membuat kegaduhan?", Kaisar sedari tadi tetap tenang. "Apa maksud Yang Mulia menjodohkan Putra Mahkota dengan Putri Agung? APA MAKSUDNYA?", berulang kali Permaisuri membentak suaminya itu. "Memangnya ada apa? Mereka saling mencintai. Ini juga demi kebahagiaan Putra Mahkota".

Empress KwonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora