7. Kegilaan Sementara

128K 9.8K 416
                                    

REPOST

Part lengkap bisa dibaca di Karyakarsa. Tersedia juga di Google Playbook yaa ^.^

---

Ia pastilah sudah gila. Andra sangat yakin itu. Ia sendiri tidak tahu apa yang menyebabkannya melakukan ini. Membawa gadis lain ke makam Rena membuatnya merasa seperti mengkhianati Rena. Belum pernah ada orang lain yang ia bawa kemari. Bahkan adiknya sendiri. Andra tidak mau kenangannya akan Rena terganggu oleh kehadiran orang lain.

Namun, hari ini, ia seolah melakukan semua itu di luar akal sehatnya. Mencium Noura, membawa ke makam Rena, dan bahkan ia ingin memeluk gadis itu saat mengantarnya masuk.

Andra mengamati lampu apartemen Noura yang menyala dari balik kaca mobil. Entah apa yang membuatnyabertahan di sini. Seharusnya ia pulang. Namun, ia ingin di sini. 

Separuh dirinya masih ingin bersama Noura. Mungkin ia terlalu naif. Mungkin ia hanya terobsesi. Atau mungkin ini kegilaan sementara hanya karena melihat Noura telanjang tadi pagi. Andra memejamkan mata dan bayangan itu melintas lagi di kepala. Rambut pirang. Badan luar biasa seksi. Bibir bengkak setelah ia cium.

Oh God! Bahkan hanya mengingat itu saja membuat Andra kembali menginginkannya. Tidak, ini tidak boleh. Ia harus melupakannya. Ia bahkan sudah berjanji untuk tidak mencium Noura lagi. Namun ia ingin kembali merasakan bibir itu. Bilang dirinya munafik karena apa yang ia ucapkan berbeda dengan apa yang hatinya inginkan.

Andra menggelengkan kepala berusaha menepis keinginan gila itu. Namun lagi-lagi hatinya menginginkan hal lain. Sial! Sial! Sial!

Tanpa benar-benar berpikir, ia membuka pintu mobil dan menyeberangi jalanan kembali menuju apartemen Noura. Saat itulah pintu tiba-tiba terbuka dan ia langsung mencium gadis itu dengan rakus seolah tidak ada lagi hari esok. 

Ia mendekap tubuh mungil itu erat di dadanya. Noura terengah-engah saat ia mengakhiri ciuman mereka. Andra menatapnya tajam. Dahi mereka saling menempel sementara mereka saling mengatur napas yang tidak beraturan.

"Maafkan aku," Andra berbisik.

Noura tertawa kecil. "Kenapa kau terus-terusan meminta maaf? Apa yang kau lakukan padaku?"

Andra ikut tersenyum dan membelai pipi Noura tanpa melepaskan dahi mereka. "Karena aku menciummu."

Noura menatapnya, dan entah kenapa, matanya tampak terluka. "Kenapa kau menciumku?"

"Aku tidak tahu," jawabnya dengan jujur. Andra memang tidak mengerti arti dari kegilaan ini.

Noura mundur satu langkah. Andra menatapnya heran saat setetes air mata jatuh di pipi gadis itu.

"Mungkin ini hanya kegilaanmu. Dan besok saat kau bangun, kau akan melupakan aku dan semua ini. Selamat malam," ucapnya dengan suara penuh luka. Gadis itu bahkan langsung meninggalkannya tanpa sempat ia membela diri.

Namun, apa yang harus ia katakan? Kemungkinan, apa yang dikatakan Noura memang benar. Ini hanya kegilaan. Dan besok, ia pasti akan melupakannya.

Andra menatap jendela apartemen Noura untuk terakhir kali dan berbalik ke mobil tanpa menoleh lagi. Ia tahu dirinya brengsek. Noura pasti marah padanya. Dan itu pasti akan berpengaruh pada persahabatannya dengan Nayla. Seharusnya ia menahan diri.

Andra melajukan mobil ke rumah sakit. Sebenarnya ia libur malam ini, tetapi ia merasa kosong. Ia harus ke sana untuk menyibukkan diri. Sampai di rumah sakit, suasana cukup sepi. Sudah hampir pukul sepuluh. Sudah tidak ada jam besuk dan para pasien sudah beristirahat.

My Doctor, My Love (Tersedia Cetak Dan Ebook)Where stories live. Discover now