3. Kehilangan

144K 9.6K 486
                                    

Note: Saya bukan orang medis, jika ada reader yang kebetulan orang medis dan menemukan kesalahan mohon bantu saya ya...^^

¥¥¥

"Dokter Aditama, ke ruang operasi sekarang! Ada pasien gawat!" Suara Anne -asisten pribadi Andra- membuat Andra segera bangkit dari duduk dan meninggalkan buku The Canon of Medicine yang tengah ia baca begitu saja. Ia berlari mengikuti Anne menuju ruang operasi.

"Dokter Aditama! Aku butuh bantuanmu!" Teriak dr. Frederick begitu Andramemasuki ruang operasi. "Korban kecelakaan. Ada penggumpalan darah di otaknya," jelas dr. Frederick kemudian.

Anne dengan sigap memakaikan baju operasi pada Andra.

"Sudah berapa lama?" Tanyanya sambil mengambil alat bedah.

"Kecelakaan terjadi hampir dua jam yang lalu," Eva -asisten dr. Frederick- menjawab pertanyaan itu.

God! Itu sudah terlalu lama dan itu bisa berakibat fatal terjadi di sisi samping kepala pasien. 

Andra segera memeriksa kondisi pasien dan sesuai dugaannya, pendarahan terjadi di sisi samping kepala karena pembuluh darah yang pecah di selaput lapis otak hingga pasien mengalami epidural hematoma* karena tekanan yang berlebihan pada arteri meningeal. Darah masih terus mengucur dari kepala dan telinganya. Dokter Frederick terlambat menyadarinya. Pendarahan itu sudah hampir menekan jaringan otak.

"Ambilkan bor!" Perintah Andra yang langsung dilakukan Anne dengan sigap.

Ia harus mengebor lubang-lubang kecil pada tengkorak untuk mengurangi tekanan dari darah atau cairan lainnya yang terus terkumpul. Tujuannya adalah untuk mengurangi tekanan pada otak dan mencegah agar arteri tidak menjadi lebih lemah.

Please, help me, God! Hanya itu mantra yang selalu ia ucapkan di saat-saat seperti ini. Tidak ada satu kekuatan pun selain Tuhan yang bisa menyelamatkannya.

"Dokter! Detak jantung pasien semakin melemah!" Eva berteriak.

Oh God! Please, please, please! Sekuat tenaga Andra melakukan suction untuk mengurangi darah yang masih saja keluar.

"Berapa skala kesadarannya saat dia datang?" Tanyanya pada dokter Frederick yang membantumengurangi pendarahan pasien.

"Kurang dari delapan. Dia sudah hampir koma saat tiba di sini."

Tuhan, aku hanya butuh keajaibanmu. Untuk pasien yang mengalami koma sebelum pembedahan, resiko kematiannya jauh lebih besar.

"Dokter! Kita kehilangannya!"

Selesai sudah. Perjuangan mereka hanya sampai di sini. Andra menatap wajah pasien itu. Seorang gadis yang masih sangat muda. Maafkan aku.

Ia keluar dari ruang operasi dengan gontai. Dilihatnya dokter Frederick sedang menenangkan keluarga sang pasien. Satu lagi tugas besar bagi mereka, dokter yang gagal menyelamatkan nyawa pasien adalah memberitahukan hal itu pada keluarga.

Tidak sedikit orang yang pada akhirnya menyalahkan dokter saat nyawa pasien tidak bisa diselamatkan. Mereka kadang lupa jika dokter juga hanya manusia biasa. Sekuat apapun mereka berusaha, jika Tuhan berkehendak untuk mengambil nyawa orang itu, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan.

Andra masuk ke ruangannya dan langsung menatap foto Rena. Satu lagi orang tua kehilangan anaknya. Satu lagi seorang kakak kehilangan adiknya. Satu lagi seorang adik kehilangan kakaknya. Satu lagi seorang sahabat kehilangan sahabatnya. Dan satu lagi seorang kekasih kehilangan cintanya. Seperti ia kehilangan Rena dulu.

My Doctor, My Love (Tersedia Cetak Dan Ebook)Where stories live. Discover now