5. Malaikat Berambut Pirang

145K 9.8K 675
                                    

Holy shit!

Sial. Sial. Sial. Apa yang ada di pikiran Noura hingga gadisitu membuka pintu kamar mandi dalam keadaan telanjang seperti itu??

Ya Tuhan, apa Noura tidak berpikir bahwa dirinya bisa masuk sewaktu-waktu?? Gila! Dan bodohnya, ia malah terbengong menatapnya. Noura sialan seksi!! Andra tidak pernah melihat wanita seindah itu. She's just like an angel.

Lalu seolah siksaannya belum cukup, tiba-tiba Andra merasakan sesak di celananya. Double shit!! Ini aneh! Andra tidak pernah 'on' semudah ini dengan wanita. Ia adalah pria yang paling mudah mengontrol emosi. Tidak, tidak, tidak. Ini tidak boleh.

Andra bergegas menuju lemari Nayla dan mengambil handuk besar. Lain kali, akan ia pastikan adiknya yang ceroboh itu menyimpan handuk di dalam kamar mandinya. Ia menyerahkan handuk pada Noura tanpa berani memandang gadis itu. 

Ia takut akan kehilangan kendali dirinya. Andra takut akan 'menyerangnya'. Ia tidak pernah seperti ini dengan seorang wanita manapun. Bahkan dengan Rena.

Rena. Rena. Rena. 

Astaga. Andra bergegas keluar dari kamar itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Otaknya kacau.Bayangan tubuh indah Noura tidak mau pergi dari kepalanya. Ia harus mandi dan menghilangkan tubuh sialan seksi itu dari pikirannya.

Andra menghidupkan shower dan berdiri di bawahnya. Berharap tubuh sintal itu menghilang dari kepalanya. Namun bukannya pergi, bayangan dewi kecantikan itu malah semakin menari-nari di kepala. Oh, God!! What the hell is going on??

Lama sesudahnya, ia baru keluar dari kamar mandi. Itupun setelah ia berendam dengan air yang disetel super dingin hingga rasanya tubuhnya membeku. Ia lebih baik berdiam diri daripada harus... kalian tahu apa itu.

Andra turun dari kamar dan dapur masih sepi. Ia menjerang air dan membuat coklat hangat. Noura pasti malu untuk turun. Sebenarnya ia juga begitu. Iamalu bertemu dengannya lagi. 

Andra takut juniornya akan kembali bangun saat mengingat tubuh sintal itu. Andra mengerang saat mulai merasakannya lagi. Segera ia mengambil koran untuk mengalihkan pikirannya sambil menunggu Noura turun.

Namun sampai selesai ia membaca koran dan hampir menghabiskan satu cangkir coklat panas, gadis itu belum muncul juga.Ini sudah hampir pukul sepuluh. Kasihan jika ia belum makan.

Andra naik menuju kamar adiknya. "Noura, kau tidak ingin sarapan?" ia bertanya tanpa mengetuk pintu.

"Eh... oh... iya. Aku turun sebentar lagi," jawabnya dengan gugup dari balik pintu.

"Baiklah. Aku tunggu di bawah. Kita sarapan bersama."

Andra segera turun dan memilih menunggu gadis itu di balkon yang menghadap ke pemandangan belakang rumah. Sungai Neisse mengalir tepat di belakang rumah. Ia menyukai pemandangan di balkon ini sejak masih kecil. 

Andra selalu bisa duduk atau berdiri berlama-lama di depan pagar ini tanpa melakukan apapun. Hanya memandang apa yang ada di hadapannya. Mengagumi indahnya lukisan Tuhan. Karena itulah, sewaktu mereka akan pindah ke Indonesia dulu, Andra membuat ayahnya berjanji untuk tidak menjual rumah ini. Ia mencintai rumah ini dan suasananya. Ia tidak akan pernah bisa berpisah dari rumah ini.

Andra baru saja menghabiskan tegukan terakhirnya saat mendengar suara terbatuk-batuk. Ia melangkah mendekati Noura yang ternyata sudah duduk di ruang makan. Gadis itu pasti sengaja makan cepat-cepat agar tidak ketahuan olehnya. Andra memijit leher Noura pelan. Kulit lehernya bahkan terasa sangat halus dan lembut.

My Doctor, My Love (Tersedia Cetak Dan Ebook)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ