"Fiona baru pulang hari ini?" tanya Damian.

"Iya, tadi pagi."

Damian melebarkan senyum seraya ikut senang dengan ekspresi mertuanya yang begitu bahagia. Seorang ibu pastilah sangat senang jika anaknya pulang, sama halnya dengan anaknya akan memberikan cucu lagi baginya. Terbesit ide di kepala Damian untuk memberitahukan ibunya juga tentang kehamilan Firanda.

Tidak sampai dua jam, Damian memilih untuk segera pulang membawa Bobby. Di mobil, tibalah dia untuk mengajukan pertanyaan pada anaknya yang masih saja sibuk memainkan pesawat kayu buatan kakeknya. Dengan mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, Damian siap untuk bertanya.

"Bobby, jawab dengan jujur pertanyaan Papa, ya," ucap Damian.

"Iya," jawab Bobby tanpa memerhatikan ayahnya.

"Bobby yang merobek buku Papa? Lalu menulis dongeng di dalamnya?" tanya Damian.

"Papa punya buku?" Bobby balik bertanya. "Aku tidak tahu," tambahnya.

"Pilot tidak pernah berbohong, Bobby," ujar Damian agar anaknya mengakui tindakannya.

"Bukan aku yang melakukannya," kata Bobby.

"Jawab saja dengan 'iya', Sayang!" tegas Damian.

"Bukan aku! Bukan aku! Bukan aku!" teriak Bobby marah.

Damian menghentikan interogasinya pada anaknya. Gertakan tidak akan mempan untuk membuat Bobby buka mulut, namun bukan berarti ia percaya sepenuhnya kalau anaknya berbohong. Jika yang dikatakan anaknya benar maka orang lain lah yang melakukan itu. Buku catatannya sudah diketahui oleh orang lain. Entah Alena atau Firanda. Dia hampir menyerah untuk menyimpulkannya.

Ia sadar bahwa sendirian dia tidak akan pernah tahu. Ia harus mencari seseorang yang bisa diajak bicara, mengeluarkan segala yang ada di benaknya. Ada dua pilihan, Roby atau Derek. Baginya Roby adalah sahabat sejati, namun pria itu terlalu jujur dan mudah sekali mengeluarkan apa yang ada di otaknya. Jadi, ia harus memilih Derek. Sepupunya itu cukup pendiam, pandai menyimpan rahasia dan lagi dia sedikit banyak punya banyak ilmu di bidang psikologi. Ada ratusan rahasia kecilnya yang sudah ia bagikan pada Derek, tak harus malu untuk membeberkan satu rahasia lagi. Tanpa harus tertulis, ia akan menuju ke Rosemary hari minggu besok selain menemui Derek ia juga akan menemui ibunya untuk menyampaikan berita kehamilan Firanda.

***

Sesampainya di rumah, Damian membawa Bobby yang ketiduran ke kamarnya. Setelah itu, ia menghampiri Firanda yang tengah duduk di sofa sembari ditemani semangkok popcorn.

"Sayang, kau sudah tahu adikmu sudah pulang?" tanya Damian.

"Aku 'kan sudah bertemu dia sebelumnya," ucap Firanda dengan pandangan fokus pada televisi. "Aku sudah tahu dia akan pulang."

Damian mengingat lagi kebohongan Firanda. Padahal Alice sudah mengkonfirmasi kebohongan istrinya, tetapi kenapa dia masih merasa seakan-akan dia tidak berbohong? Istrinya memang misterius, dan terlalu mantap menjalankan rencananya. Walau Damian tidak tahu apa rencana istrinya, akan tetapi setelah tahu kebocoran dari plot misi Firanda, ia merasa harus lebih berhati-hati.

"Bobby tampak senang karena ayahmu membuatkannya mainan baru," kata Damian mencoba memulai obrolan lain.

"Benarkah?" tanya Firanda tetap fokus pada layar kaca.

"Ya," jawab Damian singkat karena sudah tak tahu ingin berkata apa lagi.

"Aku tadi melihat berita, Alena menghilang bukan?" tanya Firanda kini menoleh ke arah suaminya.

Damian hanya mengangguk dengan lesu.

"Aku pikir kau harus menemukannya," kata Firanda.

"Apa maksudmu, Sayang?" tanya Damian.

"Alena menginginkanmu, dia pasti ingin bertemu denganmu. Kau harus menemuinya untuk meyakinkannya bahwa kau adalah milikku seorang. Putuskan hubunganmu dengannya. Ia bisa melakukan apa pun yang bahkan kau tidak akan pernah menyangkanya," jelas Firanda.

Muncul getaran di sekujur tubuh Damian. Ia mengingat isi dongeng di buku catatannya. Si tamak tidak akan mendapatakan apa pun. Ia harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa wanita yang ada di depannya ini tidaklah bersalah, Firanda adalah miliknya dan juga sebalilknya. Ia bukanlah si tamak. Ia harus meyakinkan itu.

"Perselingkuhan selalu menimbulkan masalah, Damian. Aku ada di sini untuk setia. Satu hal yang kuminta padamu. Selesaikan urusanmu dengan wanita itu dan kembalilah padaku setelahnya," kata Firanda tersenyum kecil. "Demi aku, kau, Bobby dan anak ini," tambahnya sembari mengusap perutnya.

Kata selesaikan menjadi sesuatu yang menakutkan bagi Damian. Istrinya mengatakan bahwa Alena tidak akan pernah berhenti dalam berusaha mendapatkannya, namun sekarang wanita itu menyuruhnya untuk segera menyelesaikan urusannya dengan Alena. Bisa ditarik kesimpulan bahwa Firanda secara implisit telah menyuruhnya untuk menghabisi Alena.

Ponsel Damian bergetar dan ia segera mengambilnya dari dalam saku celananya. Sebuah pesan masuk dari Alena membuatnya terkejut bukan main.

Firanda ingin membunuhmu, kau jangan bodoh! Selagi kau punya waktu kau harus kabur atau kau bisa menghabisinya saja bila kau cukup bernyali. Dia tidak akan menyerah sebelum kau mati.

Kau mungkin akan menganggapku gila, tetapi aku tahu bahwa tidak ada bayi di dalam perutnya.

Dua wanita sama-sama menyuruhnya membunuh? Apa yang sedang terjadi? Damian hanya bisa terdiam sembari memerhatikan istrinya yang tengah fokus menonton televisi sembari menyantap popcorn-nya.

***

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang part ini?

2. Mana bagian favorit kalian di part ini?

 Mana bagian favorit kalian di part ini?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Red Affair 「END」Where stories live. Discover now