Ia kembali melajukan mobilnya dengan otak yang penuh akan banyak pikiran. Ia seharusnya tahu, anaknya sangat pintar, anak yang belum genap lima tahun itu sudah bisa membaca dan menulis, pastilah Bobby sudah membaca buku catatannya. Satu hal yang ia pertanyakan adalah kapan anaknya melakukan itu? Ia mencoba mengingat waktu paling pas untuk anaknya melakukan hal itu.

Anak-anak memang nakal, apalagi Bobby. Damian sudah terlalu sering mendengar Bobby mendapat omelan dari istrinya, akan tetapi kenalannya kali ini sungguh tidak wajar. Anak itu pasti punya tujuan. Menurutnya sangat konyol harus memikirkan hal semacam ini. Apakah itu hanya sebuah kebetulan semata? Damian lagi-lagi tak puas dengan segala teorinya, namun ada satu hal yang mungkin benar.

Ia merasa Bobby tidak sengaja menemukan bukunya di mobil. Waktunya mungkin ia tidak tahu, namun dari tulisannya, Bobby sepertinya ingin membantunya. Anaknya membuang halaman-halaman awal sebelum buku itu diketahui Firanda, lalu menuliskan dongeng kecil yang sengaja ia tulis untuk mengganti tulisan yang disobek. Walau belum yakin, untuk sementara dia menyimpan jawabannya itu sebagai sesuatu yang benar.

Sesampainya di rumah mertuanya ia segera memarkirkan mobilnya di halaman yang luas dan keluar dengan wajahnya mantap. Ia bertekad untuk membawa Bobby dan menanyakan pada anaknya itu masalah buku catatannya. Damian melangkah dan kemudian membunyikan bel ketika sampai di rumah mertuanya. Walau ada kemungkinan mertuanya sudah tahu bahwa dirinya ketahuan selingkuh, namun ia yakin pada Firanda kalau istrinya itu tak mungkin mengatakan pada orang tuanya.

Tidak lama kemudian, Desy Marshall membukakan pintu dengan wajah bingung. "Damian," katanya.

"Ibu. Apakah Bobby di sini?" tanya Damian.

"Iya. Dia ada bersama Fiona di ruang tengah," kata Desy seraya membuka pintunya lebih lebar agar menantunya itu masuk.

Damian terkejut. Fiona sudah kembali ke rumahnya? Benar-benar tidak ia duga secepat ini. Ia lega sekaligus khawatir, tetapi saat ia berjalan masuk dan melihat adik ipar dan anaknya tengah tertawa bersama ia tampak gembira.

"Fiona," panggil Damian.

Fiona menoleh dengan senyuman yang menunjukkan rentetan giginya. Bobby yang tengah memainkan sebuah pesawat mainan segera berlari ke arah Damian.

"Papa!" teriak Bobby. "Lihat! Kakek membuatkanku pesawat kayu," lanjut Bobby memamerkan pesawat mainannya.

"Wah, bagus sekali," kata Damian pura-pura memuji untuk membuat anaknya senang.

"Fiona, bawa Bobby ke dapur, yah. Ada makanan di kulkas," kata Desy Marshall menyuruh anaknya.

"Iya, Bu," jawab Fiona yang melempar senyum pada Damian sembari membawa Bobby ke dapur.

Damian mengamati adik ipar dan anaknya sebelum mertuanya menyuruhnya untuk duduk. Ia menuruti perintah Desy. Ia dan mertuanya duduk berhadapan. Wajah wanita itu tampak bingung dan gelisah.

"Apa yang terjadi dengan Firanda?" tanya Desy kemudian.

"Dia tidak apa-apa," jawab Damian mencoba menyembunyikan segalanya.

"Dia tampak berbeda saat ia menitipkan Bobby ke sini, aku pikir kau dan dia tengah bertengkar. Aku begitu khawatir tentangnya. Pastilah dia masih trauma karena pembunuhan itu," ungkap Desy.

"Firanda ada dalam lindunganku, dia tidak apa-apa. Ibu tahu dia sedang hamil 'kan?"

"Apa? Anakku hamil lagi?" wajah Desy tampak sangat bahagia, segala ekspresi kegelisahannya menghilang. "Fiona telah kembali dan Firanda akan punya anak lagi, betapa bahagianya hari ini bagi keluarga kita," lanjutnya mengekspresikan kebahagiaannya.

The Red Affair 「END」Where stories live. Discover now