Jinhwan baru saja kembali ke dunia nyata kemudian ia mengerjapkan matanya beberapa kali saat menyadari Hanbin menatapnya dengan ekspresi yang cukup serius. Jinhwan kembali mengerjapkan matanya dikala Hanbin menatapnya cukup lama tanpa berkedip sekali pun. Ia sangat tidak nyaman di posisi seperti ini. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

"Kau tidak membalas sapaanku" kata Hanbin dengan menatap Jinhwan tajam. Ia masih menatap Jinhwan tanpa berkedip.

"Pagi Hanbin " Jinhwan membalas sapaan Hanbin dengan senyum yang mengembang.

"Kenapa wajahmu terlihat sangat menyedihkan?" Hanbin mengamati wajah Jinhwan yang tampak lelah walau ia sedang tersenyum, dan juga dapat ia lihat matanya yang sedikit sembab dan terdapat lingkaran hitam disana walau hanya sedikit hitam.

"Kau tampak tidak cantik sama sekali dengan wajah seperti itu."

"Tunggu, apa semalam aku melakukanya lagi?" Tanya Hanbin dengan tatapan menyelidik.

Jinhwan hanya tersenyum mendengar pertanyaan Hanbin. Pasti Hanbin tidak ingat sama sekali, atau dia memang tidak sadar dengan apa yang telah dilakukanya kemarin.

Melihat Jinhwan hanya tersenyum tanpa berniat menjawab pertanyaanya, Hanbin mengalihkan pandanganya dan menjelajah ke seluruh ruangan.

"Tanpa kau jawab pun aku sudah tau. Ruangan ini benar - benar sangat kacau." Ia melepas pelukanya pada Jinhwan dan memposisikan tubuhnya terlentang dari yang awalnya miring menghadap Jinhwan.

"Apa aku melukaimu?" Hanbin menoleh pada Jinhwan.

Jinhwan masih setia tersenyum pada Hanbin. Ia menggelengkan kepalanya perlahan.

"Sepertinya kau harus segera mandi Hanbin. Bukanya kau harus bekerja? Kajja, aku akan memasak sarapan" Jinhwan berdiri dari ranjang dan menarik tangan Hanbin supaya ia bangun. Setelah Hanbin berdiri Jinhwan segera mendorong tubuh Hanbin ke dalam kamar mandi.

Saat sarapan

"Chagi" Hanbin meletakkan sendoknya dan meraih tangan Jinhwan yang berada diatas meja, sedangkan tangan Jinhwan yang satunya sedang menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Ada apa?"

Hanbin menatap tangan Jinhwan yang sedang ia pegang. Mengelusnya dan tatapanya kembali mengarah ke wajah Jinhwan.

"Maafkan aku. Karena aku kau jadi lelah seperti ini. Belum lagi kau masih akan membersihkan kamar yang seperti kapal pecah itu. Maafkan aku"

Jinhwan yang melihat ekspresi menyesal Hanbin langsung tersenyum. Hanbin kembali menjadi Hanbn yang lembut lagi. Walaupun sekelebat bayangan ketika Hanbin merubah menjadi monster kemarin malam masih terlintas di pikiran Jinhwan, tetapi pagi ini Hanbin menjadi sangat lembut padanya. Ia sangat bahagia dan senang melihatnya. Moment seperti ini sangat jarang Jinhwan temui setelah ia menikah dengan Hanbin. Dulu, saat Hanbin dan Jinhwan masih berstatus orang yang disukai, moment seperti ini memang selalu terjadi. Hanbin tidak pernah menjadi monster seperti kemasin malam, bahkan Jinhwan jga tak menyangka. Di balik sikap Hanbin yang lembut, ternyata yang sesunguhnya adalah monster yang sangat menyeramkan. Jinhwan bersyukur moment seperti ini dapat ditemuinya lagi.

Tangan satunya Jinhwan memegang tangan Hanbin yang sedang memegang tanganya. Ia tersenyum sangat manis pada Hanbin yang menatapnya menyesal.

"Tidak apa - apa, aku senang melakukanya. Kau tidak usah khawatir"

Hanbin tersenyum mendengar jawaban Jinhwan. "Baiklah, nanti akan kubelikan bunga saat pulang kerja, aku berjanji"

"Terima kasih" Jinhwan tersenyum sangat manis. Ia merasa senang Hanbin memperhatikanya. Ia sangat menyukai bunga. Dan ia tidak menyangka Hanbin akan ingat itu walaupun ia telah beberapa kali menjadi monster yang artinya dia tidak akan ingat hal - hal semacam itu.

"Um, Hanbin. Boleh aku bertanya?"

"Apa? Tanyakan saja"

"Sebenarnya seperti apa pekerjaanmu?" Pertanyaan yang sudah sangat ia ingin ketahui jawabanya. Ia bahkan sudah penasaran saat ia masih belum menikah dengan Hanbin. Sebenarnya ia ingin menanyakanya dari dulu. Tetapi ia menunggu saat yang tepat. Karena jika Hanbin tersinggung ia pasti akan berubah lagi.

"Kenapa kau menanyakan hal itu?" Wajah Hanbin kembali menjadi datar. Senyum yang tadi terukir walau sangat tipis menghilang begitu ia mendengar pertanyaan Jinhwan.

"Entahlah. Aku sangat ingin tahu tentang pekerjaan mu dan semua tentang mu"

"Aku malah berharap kau tidak pernah tahu tentang pekerjaanku. Kenapa kau tiba - tiba menanyakanya? Apa karena uang yang kuberikan padamu kurang?"

"Bu-bukan begitu, hanya saja.." Jinhwan menyesal telah menanyakanya. Ia tau Hanbin sedang marah karena pertanyaanya. Terlihat jelas dari nadanya berbicara barusan.

"Hanya apa?!" Bentak Hanbin sambil melempar sendok dan garpu yang ia pegang.

Jinhwan tidak berani menjawab. Ia hanya menunduk ketakutan. Ia benar - benar bodoh telah menanyakannya.

"kau tidak perlu tau tentang pekerjaanku. Kau tidak perlu tau tentang kehidupanku diluar sana. Jangan sekali - sekali kau menanyakanya atau kau akan menyesal" ucap Hanbin dengan nada sedikit membentak.

"Aku beeangkat" Hanbin mengambil tas yang ada di kursi sebelahnya dan berjalan hendak keluar.

Jinhwan mengantar kepergian Hanbin hingga di sepan pintu apartemen mereka. Jinhwan masih setia menunduk dan tidak berani mmenatap Hanbin. Setelah Hanbin pergi, Jinhwan segera memulai aktivitas rutinya membersihkan rumah. Walau pikiranya sedikit kacau karena perkataan Hanbin, ia mencoba untuk melupakanya.


# '-'
Gimana? Kelamaan ya alurnya? -_-
Terima kasih buat yg udah baca. Kritik dan saranya juseyo,,, masih pemula kakak xD
Terimakasih juga yg sudah vote :D

You'll Always Be My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang