Wattpad Original
This is the last free part

Chapter 5 - Trying To Forget You

572K 11.1K 123
                                    

CHARLINA:

Sudah beberapa minggu berlalu sejak kejadian di Plaza Hotel waktu itu. Aku selalu mencoba melupakannya, tapi terbayang selalu wajah Andrew Heaton menatapku dengan mata abu-abunya. Suaranya yang berat ketika menyebut namaku. Hampir setiap malam aku memimpikannya. Oh, aku bisa gila! Aku harus fokus dengan kuliahku! Emily tidak tahu kejadian malam itu. Itu membuatku merasa bersalah, tapi aku ragu. Bagaimana kalau kemudian Emily memberi tahu Carla?

Sekarang hari Sabtu. Tadinya aku ingin mengajak Emily hangout, tapi dia ada kencan entah dengan siapa. Rasanya dia menyebutkan nama yang berbeda setiap kali dia bercerita pengalaman kencannya.

Akhirnya aku memutuskan untuk di apartemen saja seharian. Aku sedang menekan tombol remote control mencari-cari tayangan yang seru di TV ketika ada wajah familier di layar TV-ku. Acara gosip selebriti.

"Kemarin malam, Andrew Heaton, CEO Heaton Airlines yang termasuk sepuluh perusahaan pesawat terbesar di dunia, terpergok oleh beberapa wartawan, dia sedang makan malam bersama seorang model cantik di restoran mewah di New York City. Mereka diketahui kemudian bermalam di Plaza Hotel. Apakah wanita itu spesial? Atau hanya sebatas friends with benefits? Kal—" Aku langsung mematikan TV.

Menyebalkan! Aku di sini tidak bisa melupakannya, sementara dia sudah mendapatkan perempuan baru. Buatnya, aku sama seperti semua perempuan yang dia kencani. Hanya sebatas one night stand.

Benar. Bagaimana mungkin Andrew Heaton menyukaiku?

Aku harus melupakannya! Ah, emosi berlebihan seperti ini membuatku ingin ngemil. Aku beranjak ke dapur dan membuka lemari dapur. Makan apa, ya? Setoples besar Nutella di rak paling atas tampak menarik, dan tanpa pikir panjang aku mengambil sendok lalu mulai menyuap.

Semoga Nutella ini bisa membuatku lupa pada iblis itu!

Baru ku makan beberapa sendok, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan di pintu depan. Apa itu Emily? Tumben, cepat sekali kencannya berakhir.

Aku segera membukakan pintu dengan semangat dan langsung menyesal. Harusnya aku mengintip dulu siapa yang datang.

Dan di situ lah, Andrew Heaton berdiri di depan pintuku. Jasnya disampirkan di bahunya. Kemeja putihnya sedikit berantakan dan dasinya terpasang longgar. Dan kenapa dia harus tampan sekali?

Tiba-tiba aku teringat tayangan di TV tadi. Sadar, Charlina! Dia cuma mempermainkanmu! Tanpa pikir panjang aku langsung menutup lagi pintu apartemenku dengan keras dan menguncinya, sebelum berjalan kembali ke arah sofa untuk duduk sambil memakan Nutella-ku.

Tok tok tok tok!

Pasti Andrew. Biarkan saja.

"Charlina! Jangan begitu, ayo kita bicara!" teriak Andrew di depan pintu. Aku tidak memedulikannya dan tetap asyik dengan Nutella-ku.

Dia terus mengetuk pintu sambil memanggil-manggil namaku. Tapi aku tidak ingin berbicara lagi dengannya. Masa bodoh! Aku tidak peduli.

Setelah beberapa lama, tiba-tiba sunyi. Sepertinya dia pergi.

Bagus lah.

Sebenarnya hati kecilku berharap dia terus di sana, tetap berusaha untuk membuatku membuka pintu.

Ah, kau bermimpi, Charlina!

BRUUKKKKKKK!

Aku menjatuhkan sendokku, kaget. Apa itu tadi? Aku berlari ke ruang depan. Suaranya berasal dari sana.

Yang pertama kali kulihat adalah Andrew, berjalan bermenceletuk melangkahi—

PINTUKU?!

"APA KAU GILA? KAU MEMBOBOL PINTU?" teriakku.

"Kalau aku tidak melakukannya, kau tidak akan pernah membukakan pintu untukku," jawab Andrew sambil menatapku. Seperti biasa tatapannya membuatku seperti terbakar. Kakiku terasa lemas.

"Tapi kau tidak harus melakukannya juga! Oh, God. Aku tinggal sendirian di apartemen ini dan sekarang pintuku rusak. Sama saja kau membuatku tidak aman di apartemenku sendiri!" tukasku padanya dengan tatapan tajam.

"Nanti kubetulkan," sahutnya sambil lalu.

"Kita harus bicara!"

"Tidak! Aku sudah tidak mau bicara lagi denganmu. Sekarang keluar atau aku panggil polisi!" ancamku. Aku berbalik hendak meraih telepon, tetapi tiba-tiba Andrew menyergap dari belakang. Sebelum aku sadar apa yang terjadi, dia sudah membopongku. Aku melotot begitu lebar.

"Apa yang kau lakukan?!" tanyaku panik.

"Menggendongmu, kau pikir apa?" tanyanya tenang. Dengan mudahnya dia membawaku keluar menuju lift, tanpa menurunkanku sedetik pun.

"Apa kau mau menculikku?!" tanyaku makin panik.

"Ya, Ms. Spencer, aku sedang menculikmu," jawabnya sambil tersenyum simpul. Setelah lift sampai di lantai satu dia berjalan keluar.

"Apa kau gila? Turunkan aku sekarang, Mr. Heaton!" bentakku. Dia hanya menyeringai.

Sekilas aku melihat limosin terparkir di depan lobi. Aku yakin itu punya Andrew. Benar saja. Seorang sopir membukakan pintu. Andrew memasukanku terlebih dahulu kemudian menyusul masuk. Limosin pun langsung melaju.

"ANDREW! APA MAUMU?" bentakku. Bisa gila aku gara-gara lelaki ini. Aku berusaha keras melupakan kejadian malam itu, melupakan dia. Tapi sekarang? Apa yang dia lakukan di sini?

"Kita harus bicara!" katanya.

"Kita sekarang sedang bicara, Mr. Heaton." Aku memutar bola mataku.

Dia hanya tersenyum santai.

Aku tambah panik karena mobil melaju ke arah luar kota. "Mau ke mana kita?" tanyaku. Dia tidak menjawab. Aku menghela napas pasrah.

Kepalaku menoleh menatap keluar jendela, perlahan mengenali jalan yang dilalui. "Jangan bilang kita akan ke bandara?" tanyaku. Dia mau membawaku ke mana?

Dia menatapku. Setelah itu, dia memalingkan wajahnya dariku. "Ya, benar."

"Kau! Kau!" Aku memukul-mukul tubuhnya sekuat aku bisa. Dia tampak geli.

"Benar-benar keterla—" ucapanku terpotong. Karena Andrew tiba-tiba mencium bibirku, seolah dia ingin menghentikan ucapanku.

Aku berusaha mendorongnya menjauh, tapi tangannya melingkari pinggangku. Sampai akhirnya dia melepaskanku. Namun, yang dia katakan kemudian membuat duniaku runtuh.

"Aku tidak memakai pengaman saat itu," ucapnya sambil menatapku. Andrew terlihat tenang menunggu reaksiku. Ada beberapa detik keheningan. Dan dalam beberapa detik itu aku tidak yakin apa yang sudah ku dengar. Apa aku salah dengar? Andrew pun mengulang kalimatnya.

"Ketika kita tidur bersama malam itu, aku lupa memakai pengaman," jelas Andrew sekali lagi dengan lebih jelas.

"Apa?!" Aku terbelalak. Tidak percaya dengan apa yang sudah aku dengar.

icon lock

Show your support for Yessy N. Utami, and continue reading this story

by Yessy N. Utami
@Y_E_S_S_Y
Hidup Charlina Spencer berubah seluruhnya begitu ia terbangun di suat...
Unlock a new story part or the entire story. Either way, your Coins help writers earn money for the stories you love.

This story has 51 remaining parts

See how Coins support your favorite writers like @Y_E_S_S_Y.
The BAD BOY In SuitWhere stories live. Discover now