20

61.1K 4.3K 181
                                    

"The past cannot be changed, forgotten, edited or erased; it can only be accepted."
Anonymous–

•••

Suara jam weker berdering nyaring tepat di sisi telinga Rachel, bertepatan dengan itu, jingga mulai menampakkan sinarnya walau tak sempurna. Tangannya terulur untuk mematikan jam weker yang memekakkan telinganya. Ia mulai merubah posisi tidurnya menjadi posisi terduduk.

Perlahan, ia mulai membuka matanya. Di liriknya jam weker yang berada di sampingnya. Jarum panjangnya mengarah ke angka 12 dan jarum pendek mengarah ke angka 6. Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul, Rachel bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu bersiap–siap pergi ke kedai untuk kembali menjalankan rutinitasnya.

Rachel menatap pantulan dirinya di cermin rias. Rambut pirangnya di biarkan terurai indah dengan satu pita hitam untuk mengapit poni panjangnya. Tubuh jenjangnya terbalut seragam kerja yang berwarna hitam dan hijau. Terakhir, ia memasang name tag bernamakan dirinya di sisi kanan seragamnya. Setelah merasa sudah lengkap, Rachel memutuskan untuk turun ke lantai bawah.

"Pagi, sayang. Ayo makan dulu sini." Terdengar suara lembut milik tante Sandra dari lantai bawah saat melihat Rachel yang sedang menuruni tangga.

Rachel mengecup kedua pipi tante Sandra lalu duduk di samping tantenya. Setelah semuanya sudah berkumpul di meja makan, mereka bertiga mulai melaksanakan sarapan pagi dengan hikmat.

Setelah menghabiskan sarapannya, Rio bergegas berangkat ke sekolah dan Rachel akan di antarkan Rio sampai kedai. Kebetulan, kedai tempat Rachel bekerja searah dengan sekolah Rio. Jadi, mereka berdua bisa berangkat bersama setiap paginya. Sedangkan tante Sandra, ia akan tetap di sini karena arisan akan di adakan di rumahnya tepat jam 9 pagi. Jadi, tante Sandra harus bersiap–siap terlebih dahulu.

"Tan, aku berangkat dulu ya," pamit Rachel lalu mencium tangan lembut tante Sandra. Terakhir, ia mengecup kedua pipi tante Sandra dengan sayang. Tante Sandra mengusap pelan rambut Rachel, perlakuan hangatnya membuat Rachel merasa nyaman saat berdekatan dengan tantenya itu, ia benar–benar merasakan kasih sayang
yang di berikan tante Sandra untuknya.

"Ma, aku berangkat dulu ya," pamit Rio pada tante Sandra lalu melakukan hal yang sama seperti apa yang di lakukan Rachel.

"Iya, sayang. Kalian hati–hati yaa."

Rio dan Rachel berjalan beriringan menuju halaman rumah. Rio segera menyalakan mesin motornya dan melesat pergi saat Rachel sudah menaiki motornya.

•••

"Lo hati–hati ya," ucap Rachel seraya turun dari motor milik Rio. Rio mengangguk lalu pergi sampai akhirnya hilang dari pandangan Rachel. Rachel pun memutuskan untuk masuk ke dalam kedai untuk memulai pekerjaannya sebagai pelayan.

Tepat 1 bulan Rachel bekerja di kedai coffee ini. Ia pun sudah tidak pernah salah mengantarkan pesanan pada para pembeli karena ia sudah terbiasa melakukannya. Ia juga sudah hafal di mana letak meja–meja yang berada di kedai ini. Semua akan terasa mudah bila sudah terbiasa.

Terlihat Susi sedang berjalan ke arah Rachel. Susi memakai baju biasa dan bukan baju seragam kerja yang membuat Rachel sedikit kebingungan.

"Hel gantian dulu bisa, gak? Tapi sementara doang kok. Lo pegang kasir, gue mau pergi dulu soalnya. Ada urusan mendadak. Nanti lo di gantiin sama Salsa. Gue udah bilang sama bos," ucap Susi saat ia sudah berada di hadapan Rachel.

Broken HomeWhere stories live. Discover now