"Damian, bisa kita keluar sebentar?" kata Jimmy yang tersenyum semringah di depan ruangan Damian.

Seketika degup jantung Damian menjadi cepat. Ada sesuatu yang aneh dalam wajah Jimmy yang ia lihat, tetapi ia tidak takut kalau pun kecurigaannya benar. Tanpa banyak mengeluh Damian menyanggupi ajakan Jimmy. Ia mengikuti Jimmy masuk ke lift. Mereka berdua berada dalam lift sempit itu tanpa kata-kata. Namun, ada senyuman aneh di bibir Jimmy. Kecurigaan Damian langsung terbukti saat Jimmy memencet angka tertinggi yang artinya mereka bergerak naik ke lantai teratas.

"Bukannya kita akan ke luar?" tanya Damian bingung.

Tanpa kata-kata lagi, Jimmy dengan segera menghantam wajah Damian dengan tinjunya. Ia segera mencengkram erat kerah Damian dan mendorong pria itu ke pojok lift dan menekannya. Ekspresi marah tertampil pada wajah gagah Jimmy. Damian hanya memandangnya walau tetesan darah sudah keluar dari ujung bibirnya.

"Bagaimana rasanya?" gertak Jimmy.

Seringai muncul di bibir Damian. "Nikmat. Tunanganmu benar-benar bisa memuaskanku. Dia menyukaiku, kau bisa apa?" ucap Damian dengan nada mengejek.

Wajah Jimmy semakin geram, memerah dengan tatapan semakin tajam terhunus ke mata Damian yang tampak tidak berubah. Damian sama sekali tidak ingin membalas perlakuan Jimmy yang telah menonjoknya begitu keras, dia tahu betul kelemahan Jimmy, memperolok-oloknya di depan wajahnya akan membuat Jimmy semakin terbakar.

Benar saja, saat lift terbuka. Jimmy menarik Damian ke tangga. Pria itu membawa Damian ke atap gedung di mana hanya ada antena-antena dan alat-alat lain. Ia melepas Damian dan kemudian menghajarnya lagi hingga Damian jatuh tersungkur.

"Kau sudah kalah dariku, Jimmy," kata Damian sembari meludah darah. "Walaupun kau membunuhku, dia tidak akan pernah mencintaimu," tambahnya dengan pandangan menantang ke arah Jimmy.

"Diam kau!" ucap Jimmy yang kembali dengan tinjunya menghantam wajah Damian.

"Pukul aku sampai kau puas!" tantang Damian yang tertawa begitu keras.

Jimmy membuat Damian berdiri dan kemudian menghantam perut lelaki itu dengan lututnya. Tak puas melihat Damian kesakitan ia melancangkan hantaman keras dengan tangan kekarnya ke bagian telinga sampai Damian terjatuh menyamping di atas tumpukan debu. Jimmy melangkah perlahan dengan wajahnya yang masih geram. Ia menempelkan sepatu hitamnya menginjak kepala pria brengsek yang telah meniduri tunangannya itu.ti

"Aku bisa melakukan apa pun terhadapmu! Jika saja istrimu tidak sedang hamil aku akan menghabisi nyawamu! Semoga kau cukup tahu diri agar aku dak perlu membuang waktu lagi untuk mengotori tangan demi pengecut sepertimu," gertak Jimmy menekankan injakannya pada kepala Damian sebelum ia pergi meninggalkannya.

Damian tak mendengar perkataan terakhir Jimmy. Tubuhnya terasa remuk dan rasa sakit menjalar di mana-mana. Ia tak sanggup untuk bangkit, tak terasa air matanya menetas bukan menangisi kesakitannya, tetapi menangisi kebodohannya. Tak pernah ia merasa begitu bodoh seperti ini.

"Aku suka tinggal di sini, kita akan membesarkan anak kita bersama. Kita bisa melakukannya berdua selamanya, bukan, Sayang?" kata-kata Firanda terngiang di kepalanya.

"Tentu saja, kita akan hidup bahagia di sini. Suami tampan, istri idaman dan anak-anak yang rupawan, betapa sempurnanya keluarga kita nantinya," gumam Damian mengikuti jawabannya bertahun-tahun lalu.

Senyuman manis yang terlontar untuknya, usapan tangan halus di pipinya, ciuman hangat di bibirnya dan pelukan erat ditubuhnya. Seharusnya ia tak perlu menginginkan yang lain. Seharusnya ia tak perlu kembali pada masa lalu. Seharusnya wanita itu tak pernah ia pikirkan lagi sesuai apa yang dikatakan ayahnya. Seharusnya dia tahu dan mau mengerti mana miliknya dan mana yang bukan.

Saat ia berhasil bangkit dan berdiri, ia duduk di pinggir atap gedung yang landai sembari menatap Kota Kingston yang dipenuhi gedung-gedung tinggi dan berbagai kesibukan di dalamnya. Hanya saja, ia tengah memikirkan di mana Firanda. Istrinya yang malang itu sudah cukup trauma dengan membunuh seorang gadis, betapa pedihnya perasaannya saat tahu suaminya melakukan hal itu di ranjang sama dengan wanita yang berbeda.

Suara langkah kaki mendekat membuat Damian menoleh. Sahabatnya datang dengan wajah khawatir. Roby terkejut melihat Damian yang tampak buruk dengan luka-luka di wajah. Ia menggeleng dan Damian hanya tersenyum kecil ke arahnya.

"Jimmy yang melakukan itu padamu?" tanya Roby.

Damian mengalihkan pandangannya kembali ke pemandangan kota. Roby segera mengerti, Jimmy memanglah yang melakukan itu pada sahabatnya. Ia kemudian ikut duduk di samping Damian dan bersama-sama memerhatikan pemandangan kota.

"Sekretarismu melakukan hal yang baik, ia bisa membantu pekerjaanmu. Kau tidak usah khawatir," kata Roby.

Damian tak menanggapi perkataan Roby tentang perkerjaan, ia memilih menanyakan hal lain. "Apakah aku gagal, Rob?" tanya Damian tanpa menoleh ke arah Roby. "Apakah aku gagal sebagai seorang suami?"

"Jujur aku rasa kau sudah gagal saat kau mengatakan padaku bahwa kau ingin menjalin hubungan dengan wanita lain, tetapi aku rasa kegagalanmu bukanlah sesuatu yang benar-benar fatal. Kau belum terlambat untuk memperbaikinya," kata Roby. "Menurut artikel yang aku baca, perselingkuhan bukanlah faktor utama runtuhnya sebuah keluarga, justru uanglah nomor satunya. Bersyukurlah karena kemungkinan Firanda masih bisa memaafkanmu," lanjut Roby.

"Dia ada di apartemen kami, bukan?" tanya Damian.

"Tentu saja, kau bahkan tahu dia ada di mana. Seharusnya kau juga tahu apa yang harus kau lakukan sekarang," ujar Roby mencoba menarik Damian untuk melakukan hal yang tepat.

"Aku akan ke sana," kata Damian langsung segera berdiri.

Apa pun yang akan dilakukan dan dikatakan Firanda nantinya, ia tidak akan berhenti. Ia butuh maaf dan ia harus menjaga istrinya yang tengah mengandung anak keduanya dan pilot kecilnya, Bobby. Rasa tanggung jawabnya menguat, meretakkan kepingan-kepingan emosi naifnya untuk berbahagia dalam menjalin hubungan dengan gadis masa lalunya.

***

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang part ini?

2. Mana bagian favorit kalian di part ini?

 Mana bagian favorit kalian di part ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Red Affair 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang