Dua Puluh Delapan

Mulai dari awal
                                    

"Benarkah?" suara tawa Fay terdengar. "Mungkin karena sudah lama aku tidak menggunakannya."

"Kalau kau sadar akan itu, maka pakailah setiap hari."

Fay mengangguk, "Aku akan memakainya kembali." Lagi-lagi Fay memperlihatkan senyum cerah itu.

Tanpa penjelasan pun, Oscar tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi. Senyum itu...dulu selalu ada karena Ivar yang membuatnya. Dan ia yakin apa yang ia lihat saat ini pasti ada hubungannya dengan pria itu kembali. Oscar menolah ke arah tempat tidur Ivar, ia tersenyum sedih yang samar. Memikirkan apa yang terjadi hari ini...ia kembali berpikir apa Fay benar-baner masih bisa memakai senyum itu lebih lama? Yang ia takutkan setelah apa yang terjadi nantinya, senyum itu kembali tersembunyi oleh kelamnya kesedihan pemiliknya.

"Maka seperti permintaannya, aku akan segera menceraikannya."

Perkataan Ivar kembali terngiang di telinganya, dua sisi yang kembali tak bisa menyatu ataukah mungkin bisa membuat Ivar merubah kembali pikirannya tentang perpisahan dengan melihat senyum Fay hari ini.

"Paman boleh istirahat sekarang? Aku dan Clara akan menjaga Ivar malam ini."

Oscar mengusap kepala Clara yang sejak tadi duduk diam dengan tontonan cartoon di hadapannya. Jika jalan yang mereka tempuh tidak berjalan dengan baik...jika apa yang mereka takutkan terjadi, Apa yang akan terjadi kepada kedua perempuan ini? Clara dan Fay, ketika Ivar harus pergi nantinya, apa yang akan mereka lakukan pada keduanya?

"Paman, Baik-baik saja?" Fay menyentuh pundak Oscar yang sedari tadi sepertinya tidak mendengarkan kata-katanya. "Pulanglah beristirahat," kata Fay lembut.

Oscar mengangguk, entah mengapa Fay 'hari ini' membuat hatinya menjelos sakit, lebih sakit ketika wanita itu berubah menjadi orang lain. Dan ia malah lebih memilih saat ini Fay masih membenci Ivar dengan sangatnya, agar hatinya tidak terikat apa-apa. "Paman akan pulang." Ia kemudian berdiri.

"Clara, jaga ayahmu dengan baik,"

Clara yang merasa namanya disebut, berdiri dan memeluk kaki Oscar erat. "Tentu saja, Kakek."

Sebelum beranjak pergi Oscar mengusap kepala Fay lembut dan tersenyum. "Paman senang kau sudah benar-benar kembali."

_______________________________

Cahaya ruang kamar sudah berubah menjadi temeram, yang dihasilkan dari bolam-bolam kecil di sisi-sisi dinding. Ivar membuka matanya berlahan, sayup-sayup ia mendengar suara cuap-cuap dari arah TV. Namun, hal yang membuatnya tertegun adalah suara lain yang lebih nyata dan hangat di telinganya. Ia masih dalam posisi semula, berharap cahaya temeram tidak membuat dua perempuan beda usia itu mengetahui akan dirinya yang sudah kembali terjaga.

Secara berlahan Ivan kembali menutup matanya, bukan untuk kembali terlelap. Tapi ia ingin meresapi suara keduanya lebih dalam, ingin merekam setiap desibel di dalam pikirannya sebelum ia benar-benar lupa atau tidak memiliki lagi kesempatan untuk itu. Sebelum ia mengirim keduanya untuk hidup jauh dari kehidupannya suatu hari nanti.

"Mom, Clara senang ulang tahun Clara tahun ini Mom bisa hadir."

"Maaf...selama ini Mom terlalu sibuk."

"Tapi tidak apa-apa, kan Mom selalu memberikan hadiah."

Hening sejenak, tak ada lagi percakapan yang terdengar. Ivar tersenyum, saat ini Fay pasti sedang kebingungan untuk menjawab hal itu. "Aku yang melakukannya untukmu, Fay. Maka nantinya, kau yang akan melakukan itu untukku," saut Ivar dalam hati.

"Ah...yaa. Tentu saja...Mom tidak mungkin lupa tentang itu. Kau senang dengan hadiahnya?"

Hal tersebut lagi-lagi membuat Ivar tersenyum, ia yakin Fay sudah tahu tentang kado-kado itu.

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang