"Eh, Ndre. Kita ngapain ikut lari? Yang dikejar Pak Soleh 'kan Vino." Radit tiba-tiba berhenti.

"Eh, iya juga ya. Ngapain kita lari? Goblok!" Andre ikut menghentikan langkahnya. "Udah ayok lari lagi aja. Udah nanggung. Bentar lagi nyampe finish."

"Finish?" Radit menaikan sebelah alisnya. Di depannya Vino berbelok ke kanan lalu masuk ke dalam toilet khusus wanita. Si bego!

Andre menyeringai. "Ayo, Dit!"

Keduanya langsung berlari menyusul Vino yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam toilet sebelum pak Soleh muncul dari persimpangan. Beruntung saat itu koridor sedang sepi. Tak ada yang melihat mereka masuk ke dalam sana.

"Anjir! Gila! Gila!" Vino mengacak-acak rambutnya frustasi. "Hampir aja gue diterkam raja singa."

"Lo bikin masalah apa emang?"

"Gue nggak bikin masalah. Pak soleh aja tuh yang cari masalah sama gue. Resek! Gangguin orang pacaran."

"Si bego!" Desis Radit.

"Gimana nih keluarnya? Gue takut ada cewek yang masuk entar malah kita disangka yang iya-iya lagi." Vino panik.

"HUUUUAAAAAAAAAAA!!!!!" Jerit seseorang.

Andre yang pertama menoleh. Mendapati seorang cewek jangkung berdiri di ambang pintu bilik toilet paling pojok. Gadis itu melotot menatap tiga orang laki-laki yang berdiri tidak pada tempatnya.

"VERANDA? VE JKT48 'kan?!" Pekik Andre sambil menunjuk cewek di depannya. Sekarang, cewek yang tadinya melotot itu malah menahan tawa melihat ekspresi sumringah di wajah Andre.

"Tolol! Bukan, bego!" Vino mentoyor kepala Andre. "JKT 48 mulu yang ada di pikiran lo. Heran deh."

"Mirip banget. Apa sodaraan sama Ve JKT 48?" Andre masih terus berusaha memaksakan argumennya.

Radit geleng-geleng. "Si bego."

Perlahan terdengar derap langkah kaki seseorang seperti sedang berlari. Tanpa pikir panjang, Andre langsung menarik gadis itu masuk ke dalam bilik, Vino dan Radit mengikuti masuk ke bilik sebelahnya. Ia sangat yakin suara langkah kaki tadi adalah suara dari pak soleh.

Andre menyalakan keran air, menyamarkan suara grasak-grusuk yang ditimbulkan oleh gadis yang sekarang Andre bekap mulutnya.

"Sorry, ini buat kemaslahatan kita bersama kok. Gue bakal lepas kalau lo janji nggak akan teriak. Kalau teriak..." Andre menatap cewek itu tajam. "Gue bakal bilang ke pak soleh kalau di sini kita lagi pacaran, jadi lo pasti kena hukum juga." Ancam Andre.

"Janji jangan teriak?"

Cewek itu mengangguk. Andre langsung melepaskan bekapannya.

"Gue sama temen gue lagi dikejar pak soleh. Lo nggak keberatan 'kan bantuin kita? Oh, iya. Gue Andre" Andre menjulurkan tangannya.

Cewek itu menyambut tangannya. "Iya gue tau kok. Gue Akilla. Panggil aja Killa."

Tok! tok!

Suara ketukan dari bilik sebelah.

"Jangan berisik, Bego. Siaga 1!" Bisik Vino.

"Ada orang di dalam?" Andre menegang mendengar teriakan itu. Itu Pak Soleh! Nggak salah lagi!

Killa berdehem. "Ada. Jangan masuk lagi pada ganti baju." Teriak cewek itu.

Setelahnya derap langkah kaki itu terdengar menjauh. Andre langsung menghela nafas lega, dari yang tegang kini tubuhnya melemas. Lega rasanya begitu tahu dirinya sudah berhasil lepas dari kejaran singa tua sialan itu. Perhatiannya kini teralih pada Killa, cewek itu ternyata sedang memandangnya.

"Ka-Kayaknya kita udah bisa keluar." Ujar cewek itu, gugup.

Andre membuka pintu bilik, mendapati kedua temannya sedang menunggunya di depan wastafel.

"Lama amat. Hayo ngapain dulu tuh tadi di dalam?" Goda Vino. Manik mata Vino menatap Killa lekat, lalu sesaat kemudian cowok itu tersenyum.

"Gue duluan." Ujar Killa sambil berlalu pergi.

Sepeninggalan Killa, Andre langsung menghampiri cermin besar. Ia menatap bayangannya di cermin dengan teliti, memeriksa wajah dan rambutnya seolah takut ada yang tak beres di sana.

Radit mengernyit. "Ngapain lo?"

Andre menghela nafas lega lalu mengelus-elus dadanya. "Huft! Ternyata gue masih ganteng."

Dahi Radit makin tertaut melihat tingkah aneh Andre di depannya.

"Kenapa lo?" Tanyanya lagi.

"Enggak. Gue heran aja kok tuh cewek ngeliat gue biasa-biasa aja ya? Nggak ada senyum-senyumnya gitu."

"Cewek kayak Killa mau ngobrol sama lo aja itu udah untung banget kali."

"Lah, Vin. Lo kenal dia?"

Vino mengangguk. "Akilla Verera, XII IPA 2, sempet jadi gebetan gue. Tapi gue nyerah gara-gara dia ngacangin gue."

"Ternyata ada juga ya cewek yang nolak lo, Vin." Kata Radit takjub.

"Killa itu bukan cewek sembarangan, Dit. Bisa ngajak dia keluar buat ngedate aja udah keajaiban banget." Aku Vino. Andre hanya mengangguk-angguk mendengar perkataan cowok itu.

Killa, ya? Kata Andre dalam hati. Ia tersenyum seolah ada sesuatu yang menarik di hadapannya.

*

Hai guys!!! Tulisan ini awalnya cuma iseng-iseng aja. Ditulis hanya beberapa jam, makanya pendek. Di cerita ini aku bakal posting cerita pendek-pendek ya. Jadi jangan protes. :p

Cerita ini aku tulis kalau aku lagi stuck ngerjain i'm yours.

Penasaran sama kelanjutan kisahnya Andreas Sergio Lordion? Masukin ini ke library kalian !!!

Jangan lupa tinggalkan Vote + comment!!!

Love youuu :*

Bunga AmbrosiaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt