Sesaat setelah mendengar kabar kematian paman Elijah, seluruh anggota keluarga Waterhouse dikerahkan untuk mencari jasadnya, dengan atau tanpa menggunakan kekuatan sihir. Setelah lama melakukan pencarian, yang mereka dapatkan hanya bagian tubuhnya saja, tidak dengan kepalanya yang sampai dengan hari ini belum diketahui keberadaannya.

Setiap paman Elijah pulang ke rumah, dia selalu disambut dengan makanan, yang menurut keluarga Waterhouse menggiurkan. Sejak matahari belum menumpahkan cahayanya, Lumpa-lumpa telah ditugaskan mencari ribuan kelabang di dalam tanah. Kabarnya paman Elijah sangat menyukai bubur kelabang selama masa hidupnya. Dan jangan tanya bagaimana caranya dia makan setelah menjadi hantu. Itu sulit untuk dijelaskan.

Setelah semua piring terisi penuh oleh makanan favorit masing-masing, giliran Emily yang bertugas memimpin doa. Mereka semua berdoa dalam keheningan dan kebisuan yang luar biasa khidmat.

"Jadi, bagaimana kabar terakhir kepulauan Solomon?" Tuan Evanders berkata sebelum menggigit roti berisi siput berlendir.

Karena kita semua tahu paman Elijah tidak mempunyai kepala, yang secara otomatis tidak bermulut, maka dia menjawab menggunakan gerakan tangan, yang tentunya hanya dimengerti oleh keluarga Waterhouse.

"Oh, sayang sekali perang saudara masih terus berlanjut." Ekspresi Tuan Evanders berubah prihatin. "Padahal mereka mempunyai pantai-pantai yang sangat indah. Bukan begitu, Sayang?" gumamnya lalu menggenggam tangan sang istri, menciumnya dengan mesra di depan beberapa pasang mata.

Si sulung Elliot menegur tindakan kedua orang tuanya, yang dinilainya tidak tahu malu, sambil memutar bola mata. "Eww ... tidak bisakah kalian menunda dulu aksi lovey-dovey kalian?"

Wajah Nyonya Eveline merah merona, sedangkan Tuan Evanders kembali menunjukkan wibawanya sebagai kepala keluarga.

"Bukannya aku ingin membela Elliot si homoseksual, tetapi untuk menjaga perdamaian dunia aku setuju dengannya," sahut Elena sembari memberi senyuman palsu kepada Elliot, yang langsung dihadiahi tatapan membunuh dari sang kakak. "Omong-omong, terima kasih atas tumbuhan langka yang kau berikan padaku, Paman. Semua itu sangat berarti untukku."

Karena paman Elijah tidak mempunyai kepala untuk mengangguk, maka dia menjawabnya dengan mengangkat kedua ibu jarinya tinggi-tinggi kepada Elena.

"Kau ingin tambah makanannya lagi, Elijah?" Nyonya Eveline memberikan kecoak goreng garing kepada kakak iparnya itu. "Kau harus makan sebanyak mungkin. Traveling membuatmu kehilangan berat badan."

Karena paman Elijah tidak dapat mengucapkan terima kasih, maka yang dia lakukan hanyalah bertepuk tangan tanda sukacita.

"Aku senang kau datang, Paman. Setidaknya aku tidak perlu bersusah payah lagi menangkap hantu yang bokongnya sulit ditebas," ujar Elliot diselingi seringaian. Kedatangan paman Elijah tentu membuat pekerjaan anak itu menjadi jauh lebih mudah.

Karena paman Elijah tidak bisa merespon ucapan Elliot, maka dia hanya melemparkan salam persaudaraan sesama laki-laki di udara, yang hanya Tuhan dan laki-laki yang tahu apa artinya.

"Sepulang sekolah nanti aku berencana untuk membuat ramuan ajaib bersama Lumpa-lumpa. Aku sudah lama tidak bereksperimen menggunakan bahan-bahan alami," pekik Elena tidak sabar. Anak itu memang senang melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan. Dia selalu ingin menunjukkan kehebatannya di depan publik, dan berusaha tampil paling menonjol di antara saudara-saudarinya.

"Itu bagus, Sayang," puji Tuan Evanders tampak senang. "Tetapi kerjakan dulu perkerjaan rumahmu sebelum datang ke ruang uji coba."

Elliot mencondongkan tubuhnya ke samping untuk berbisik di telinga adiknya. "Seharusnya kau membuat ramuan lupa ingatan untuk ayah, atau tidak ramuan untuk menambah tinggi badan, itu pun kalau kau menyadari kalau tubuhmu tidak ada bedanya dengan manusia kerdil," ejeknya disertai tawa.

Arabella & The Waterhouse FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang