"Kau memang takut pada istrimu, tapi aku tidak," bisiknya segera melangkah kembali ke kamar Bobby.

Damian terdiam, ia terkejut sekaligus bingung. Kata-kata Alena sangat misterius, tapi ia mengerti maksud di balik kata-kata itu. Firanda memang membuatnya takut dan itu memang alasan satu-satunya kenapa dia tidak mau menuruti perintah Alena untuk kabur bersama. Alena tidak takut berarti gadis itu memang sudah mantap untuk tidak melepaskannya, ia tak gentar untuk segera meretakkan rumah tangganya dan mengambil dirinya dari istrinya.

Tangan Damian sedikit bergetar, matanya memantau Firanda. Ia takut jika sang istri melihat kecupan tadi. Untung saja Firanda masih sibuk memasak. Dengan memberanikan diri, ia masuk ke dapur dan menemui wanita yang telah memberinya anak lelaki itu.

"Sayang," panggilnya.

"Iya, Suamiku," jawab Firanda tanpa menoleh ke arah suaminya.

Damian memposisikan tubuhnya untuk berdiri tepat di belakang Firanda kemudian ia mengangkat kedua tangannya menuju pinggang istrinya. Kepalanya ia dekatkan ke sisi wajah istrinya. Itu ia lakukan dengan gemetaran. Sebelum kemunculan Alena, dia sering melakukan itu. Mengganggu istrinya yang tengah memasak, menyapu, mencuci atau pun pekerjaan lain, kemudian bibirnya akan menggoda istrinya dengan lembut, bermain kata untuk melambungkan hati istrinya. Ia ingin melakukannya lagi agar Firanda tidak menaruh rasa curiga atas perubahan yang dikarenakan terbaginya kapasitas otaknya dengan berbagai pikiran baru.

"Sayang, kautahu betapa besar aku mencintaimu?" tanya Damian.

"Sebesar dunia?" jawab Firanda.

Damian menggeleng, menyentuhkan jambang tipisnya ke pipi tirus istrinya.

"Sebesar jagad raya?" Firanda mencoba jawaban lain.

"Sebutir berlian," sahut Damian.

"Sangat kecil," kata Firanda dengan nada kecewa.

"Ya. Kecil, namun kuat dan begitu berharga," jelas Damian.

Firanda tersenyum lebar dan kemudian membalikkan badannya untuk mencium suaminya.

"Aku akan memancing bersama Derek," kata Damian.

Wajah Firanda berubah penuh tanya. "Lagi?" tanyanya.

"Ya. Kali ini kami akan memancing di laut. Aku akan membawa Bobby. Kau ingin ikut?" tanya Damian yang sejatinya tahu jawaban Firanda.

"Tidak. Aku ada janji dengan Alice," kata Firanda memunculkan senyumnya.

"Alice?"

"Ya. Aku juga akan mengajak Alena. Kautahu? Kami bertiga sudah menjadi teman. Bahkan kami saling bertukar rahasia," kata Firanda.

"Wah, semoga saja kalian para wanita tidak bersekongkol berbuat sesuatu," sahut Damian terkekeh.

"Kau ini ada-ada saja!" kata Firanda membalikkan badannya untuk kembali memasak.

Damian memundurkan badannya dan memerhatikan istrinya memasak. Ada perasaan aneh yang ia rasakan, namun segera ia enyahkan. Ia ambil segelas air putih dan diteguknya dengan cepat. Tatapannya yang tidak berfokus pada apapun menunjukan bahwa ia tengah berpikir. Sebuah rencana memang sudah ia pikirkan, rencana yang akan segera ia realisasikan. Mengungkap misteri yang mengusiknya selama ini.

Setelah sarapan dan mandi, Damian membawa Bobby yang juga telah bersiap ke mobilnya. Ia juga kembali ke rumah untuk mengambil peralatan memancingnya yang ada di gudang. Saat melihat Firanda tengah menggunakan penyedot debu di ruang tengah, Damian tampak kaget.

"Sebelumnya kau tidak membawa peralatan memancingmu, bukan?" tanya Firanda mematikan alat penyedot debunya.

"Ya. Aku lupa," jawab Damian sekenanya. "Aku rasa aku tidak harus meminjam lagi sekarang," tambahnya dengan senyum yang dipaksakan.

The Red Affair 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang