Part 16 : Akhiri denganya, mulai denganku

Mulai dari awal
                                    

Kenapa rasanya menjadi seperti ini?

Seharusnya mereka bisa menikah dan hidup bahagia. Namun kenapa takdir tak pernah berpihak pada kisah mereka. Panji dengan kesederhanaan mencintainya. Berandai waktu’kan berlutut dan membiarkan mereka bersama.

Panji menarik napas panjang sembari mencuri pandang pada tubuh Melody yang di penjara Langit dalam sebuah pelukkan yang tak pernah bisa ia berikan. "Bukan mengalah yang menjadikannya kalah, tetapi jodoh yang membuatnya salah." Kemudian matanya memindai dan bertatapan lagi dengan Langit. "Aku nggak pernah berbohong waktu bilang kalau aku mencintainya. Sebab memang begitulah adanya. kami bersama atas dasar cinta, tetapi kepengecutanku untuk mempertahankannyalah yang membuat kami berpisah."

Cukup pertahanan Melody dalam menghalangi laju air matanya. Tubuhnya bergetar menahan isakan. Mengeratkan rahang juga bibirnya, Melody menumpahkan kesesakkan itu pada dada Langit yang menyelimuti wajahnya.

Nyatanya keputusan Panji untuk menyerah tetap tak bisa membuat ia bertahan. Kepingan luka yang memang tak pernah sembuh langsung terburai. Memberinya lagi pemandangan dimana kisah mereka bersemi dan indah.

Mas..., Melody merintih dalam hati.

Kenapa harus dirinya dan panji yang mengalami ketidak beruntungan ini?

Mengapa harus mereka yang jatuh bangun untuk mengukir bahagia?

Mereka sempurna untuk menjadi sepasang sejoli. Mereka serasi untuk tetap bertukar mimpi. Tetapi garis Ilahi tak pernah memberkati. Jodoh bukan milik mereka. sebab Tuhan hanya menuliskan pertemuan dan bukan penyatuan.

"Maafin Mas, Mel." Serak dari suara Panji memukul kesedihan yang lebih dalam lagi untuk Melody. Kegetiran dalam suara itu membuat Melody larut dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Inilah akhirnya. Akhir kisah mereka. "Maafin Mas yang nggak bisa membawa kita sampai di akhir cerita."

Oh...
Hiks…

Melody menekan dadanya pilu saat ingatan akan masalalu membawanya pada awal cerita ketika mereka memutuskan untuk menulis kisah berdua. Di iringi keindahan dan tawa, mereka sepakat untuk merajut apa yang di sebut bahagia.

Kenapa perasaannya seperti ini?

Setiap ucapan yang terlontar dari bibir Panji seolah mengirim sakit yang serupa untuknya.

Langit merasakan bagaimana tubuh Melody lunglai di dalam dekapannya. Merasakan juga gemetar dari sesak yang sengaja di tahan wanita itu. Tiba-tiba sengatan kecemburuan menyerang hatinya. Langit merunduk hanya demi mendapati kepala Melody yang menyuruk di dadanya. Hangat dari air mata tersebut merembes melalui sela kemeja yang ia kenakan. Air mata itu milik Melody. Ya, benar, itu air mata Melody.

Ingin mengumpat saja rasanya, saat sisi negatif di kepalanya mendendangkan omong kosong tak mengenakan mengenai gadis dalam pelukkannya ini. Langit bersiap menyumpah serapahi setiap orang, tetapi kemudian sisi rasionalnya kembali. Dan meyakini airmata Melody adalah bentuk kesakitan wanita itu terhadap masalalu yang sempat di retas Melody dan Panji dulu.

Menyabarkan dirinya, Langit menarik napas panjang demi mengusir cemburu yang meraung mengejek ketidak berdayaannya.  Mencoba berdiri layaknya lelaki sejati yang tengah memantaskan cinta, pelan-pelan Langit bertusaha untuk berteman dengan keadaan. Setidaknya biarkan malam ini menjadi akhir dari kisah Melody dan Panji. Karena Langit sudah meyakini dirinya, bahwa ia akan menerima Melody sepaket dengan masalalu wanita itu. 

"Beri tanda titik pada kisah kalian, sebab aku tak sabar mengukir tanda petik untuk kisah kami." Langit mengurai pelukkan. Kepalanya tertunduk demi melihat wajah Melody yang tersimpan di dadanya sejak tadi. Memandang sendu sang juwita malamnya, kemudian senyum terukir maklum saat mendapati air mata disana tak juga berhenti. "Simpan rasa itu di dalam kotak bernama kenangan, karena kita akan memulai cerita baru dengan kisah bernama masa depan."

A Million TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang