Part 1 : Melody untuk Langit

48.6K 3.4K 141
                                    

Hai buat yang tanya di prolog kemaren apakah Melody dan Jihan adalah orang yang sama? maka jawabannya adalah tidak. begitu juga sama Oanji dan Langit. Mereka juga beda. Panji itu mantannya Melody, sementara Jihan perempuan yang di taksir Langit. Nah uda jelas kan. Dan sekarang, ini part 1 nya yaa...

***

Kehidupan memang bukanlah sebuah naskah drama ataupun dongeng dimana seorang putri selalu akan bertemu dengan pangeran impian. Hingga kata Happily Ever After selalu menjadi judul yang paling laris untuk di nanti.

Namun hidup juga tidaklah terlalu sulit. Hanya saja terlalu rumit.

***

Aroma rokok dan kerlap kerlip lampu disko yang membias kesegala ruang gelap, tak membuat manusia-manusia bermerk laknat untuk bergegas pergi dari ruangan yang sama sekali tak memberikan kenyamanan ini. Atau musik menghentak telinga juga pemandangan-pemandangan tak senonoh seperti yang ada di depan sana, tak juga membuat para umat—yang konon terbuat dari tanah liat itu mengeluh.

Tidak.

Tentu saja. Karena sesungguhnya inilah yang memang mereka cari. Di tambah lagi dengan label weekend, jadi sudah tak mengherankan mengapa para makhluk yang bernapas tampak tumpah ruah di tempat ini.

Melody mengerang ketika mengangkat gelas keempatnya. "Cinta itu seperti puisi. Kita menulis bersajak-sajak syair agar terdengar indah. Padahal belum tentu kita sendiri paham pada apa yang kita tulis." Wanita berambut hitam itu meneguk minumannya sampai habis. Kembali mengerang, ketika cairan setan tersebut meluncur panas di tenggorokannya. "Tapi sebenarnya, cinta itu apa sih?"

Tawa mengudara menanggapi racauan bodohnya. Melody tak menghiraukan. Ia hanya mengibaskan sebelah tangannya keudara, sebelum kembali memungut botol Vodka yang masih tersisa setengah.

"Kalau kata Ti Pat Kai ‘Cinta itu deritanya tiada pernah berakhir’, Mel." Sindir Renata sambil tertawa.

Melody tersinggung. Ia menggeser gelas Renata sampai jatuh. Beruntung ada karpet tebal yang menutupi lantai dan akhirnya tak membuat gelas Kristal tersebut menjadi serpihan.

"Yang lagi patah hati, sensitif ya Ree?" Sarah turut menggoda. Ia menggelengkan kepalanya melihat Melody yang sudah mulai larut dalam minumannya.

Melody tak terlalu tahan dengan alkohol, kadar toleransinya terhadap minuman-minuman sejenis Vodka, Martini, atau bahkan Wine sangat rendah. Namun tampaknya malam ini, ia melupakan batas toleran itu dan menyebrang dengan sengaja demi mencapai hilangnya kesadaran sendiri.

A Million TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang