Philophobia Part 3 : Jungkook's Hidden Stories

Start from the beginning
                                    

"aku.. aku sama sekali tidak menyangka Jungie –hiks.. kasihan anak itu." Taehyung kini sudah melepaskan air mata pertamanya, membuat Seokjin bangkit dari duduknya untuk meraih tubuh bergetar sang Kekasih.

"hiks.. Jungie..hiks.. bagaimana –hiks.. bagaimana jika ia selama nya sendirian? Ia pasti kesepian, Hyung. Dan aku dengan tega nya malah ingin meninggalkannya..hiks.."

"sstt.. jangan berbicara seperti itu, Sayang. Jungkook takkan sendirian jika ia sendiri mau menyembuhkan trauma nya."

"hiks.. pantas saja –hiks.. pantas saja dulu ia yang terlihat begitu terpuruk bahkan sampai masuk rumah sakit saat.. saat aku berakhir dengan mantan Kekasihku dulu.. hiks.. aku tidak tahu bahwa dia sangat ketakutan saat itu.. hiks.. aku memang jahat.. hiks.."

"sstt.. kau tidak jahat, Baby. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri seperti ini.Kau 'kan baru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Jungkook. Sstt..sudahlah.. jangan menangis, ya."

Taehyung menggeleng nanar, kemudian kembali berkata disela isakannya.

"hiks.. tidak, Hyung. Aku memang jahat. Hiks..aku sangat jahat pada Jungie.. hiks.."

"ssttt.. uljima, Baby. Jungkook tidak akan menilaimu seperti itu, jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

"hikss.. Jungie..hiks.."

Seokjin hanya mampu mengusap lembut punggung mungil sang Kekasih, sementara Taehyung masih sibuk menangis terisak dalam peluknya.

"aku.. aku harus membantunya untuk sembuh, Hyung.. harus.. hiks.."

"tidak ada yang mampu menyembuhkannya kecuali ia memiliki keinginan kuat untuk sembuh, Tae. Semua pengidap phobia harus seperti itu untuk sembuh."

"hiks.. t-tapi, Hyung.. sepertinya Jungie sama sekali tidak mengetahui tentang penyakitnya. Ba-bagaimana caranya ia bisa sembuh?"

"maka dari itu, kita harus memberitahukannya."Bujuk Jin lembut seraya mengusap sayang kepala Taehyung.

Taehyung menatap lekat Jin yang masih menatapnya lembut.

"entahlah, Hyung. Aku tidak yakin. Jungie..ia pasti takkan percaya. Jika pun ia percaya bahwa ia mengidap penyakit itu, ia takkan mau disembuhkan. Aku yakin itu."

Jin menghela nafas panjang, kemudian menerawang ke langit-langit ruang praktik nya.hingga ia kembali menatap sang Kekasih, kemudian menghela berat.

"jika seperti itu.. kita pakai extreme treatment."

"e-extreme? Ma-maksudmu, Hyung?" bingung Taehyung, sedang Jin mengangguk mantap.

"eum, extreme treatment. Cara penyembuhan yang dinilai paling beresiko. Karena kita akan menghadapkan Jungkook pada trauma yang dialaminya, cinta. Kita akan membuat Jungkook berhadapan sendiri, merasakan sendiri bagaimana cinta itu bekerja. Tapi..ia harus dibantu seseorang untuk menghadapi trauma nya, seseorang yang begitu mencintainya setulusnya." Jelas Jin, membuat Taehyung tertegun –berpikir.

"seseorang yang mencintainya setulus hati? Dari mana kita bisa mendapatkan orang yang akan mencintai –tunggu.."

Taehyung dan Jin saling bertukar pandang, hingga mereka berseru kompak.

"PARK JIMIN!"

Taehyung tersenyum lebar, kemudian menepuk-nepuk antusias bahu lebar sang Kekasih, sementara Jin hanya tersenyum lega melihat sang Kekasih akhirnya bisa tersenyum kembali.

"ah, mengapa aku tidak terpikir Park Jimin ya tadi?" gumam Taehyung, Jin hanya mengusak gemas surai sang Kekasih.

"tapi.. apakah kita harus memberitahukan Jimin tentang penyakit Jungkook?"

Philophobia (JiKook / MinKook)Where stories live. Discover now