Untitled part

25.4K 1.1K 30
                                    

Itu bukan Mom. Yang menyiapkan sarapan dan mengurus kehidupanku di Jakarta bukanlah Ibuku. Wanita yang menyiapkan semuanya adalah Bibiku, Bibi Marry.

Aku adalah Jessica Amstrong. Anak dari Harry Amstrong dan Ana Amstrong. Aku anak tunggal dan pewaris tunggal dari perusahaan Amstrong telecommunication. Orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan Jessy. Usiaku sudah 22 tahun. Selama hidupku, aku selalu tinggal di Inggris bersama Grandfa dan Grandma disana. Hal ini membuat aku kesulitan untuk beradaptasi dinegara tropis, Indonesia. Dan selama itu pula aku selalu berjauhan dengan orang tuaku, sehingga membuat aku kekurangan kasih sayang orang tuaku. Orang tuaku terlalu sibuk untuk mengurusi anak semata wayangnya ini.

Dad dan Mom terlalu sibuk mengurusi urusan mereka masing-masing. Dad adalah keturunan Inggris sedangkan Mom adalah orang Indonesia yang memiliki suku Jawa. Gen yang berbeda itu pula yang membuat wajahku menjadi setengah bule. Dengan mata hijau yang aku warisi dari Dad dan kulit pucat yang berasal dari Mom serta hidung mancung dan warna rambut coklat yang aku dapatkan dari Dad juga. Dad sedang berada di Singapura, dia disana untuk mengurusi kerjasama antara perusahaan SMITH. Perusahaan tersukses pertama di Asia. Meskipun Dad mempunyai perusahaan telekomunikasi yang cukup sukses di Indonesia. Tetapi Dad tidak cukup puas dengan kesuksesannya, Dad ingin menambah kesuksesannya di dunia Internasional. Sudah menjadi sifat dari keturunan Amstrong yaitu gigih dan pantang menyerah. Aku pikir, aku juga memiliki sifat seperti itu hanya saja kadarnya tidak terlalu tinggi. Sedangkan Mom sedang sibuk mengurusi dunia sosialitanya yang ada di Jepang. Aku rasa keluargaku sedang berkeliling dunia. Ini begitu miris. Dimana aku sebagi anak tunggal yang kurang perhatian dan kasih sayang. Bahkan aku dapat menghitung dengan jari, berapa kali aku bertemu dengan mereka beberapa tahun ini. Ketika di Australia pun mereka jarang menjengukku, bisa dibilang hanya beberapa kali. Dan kunjungan terlamanya adalah saat hari kelulusannku. Berbeda dengan Bibi Marry, dia lebih memiliki sifat keibuan yang sangat mendominasi daripada Mom. Dunia teras berbalik.

"Tidak, Bi. Aku ada janji breakfast dengan April. Maafkan Jessy, Bibi." Aku mencium kedua pipi Bibiku tersayang. Aku tahu dia sedikit kecewa. Tapi, janjiku dengan April lebih penting.

"Hmmm... baiklah Miss Amstrong." Bibi berlalu didepanku. Dia memasuki ruang tamu sendirian.

"Aku janji. Lunch nanti bersama Bibi." Aku berteriak dari ruang tamu.

"Ya ya ya, Amstrong." Jawab Bibi.

"See you, Aunty."

Aku segera memasuki garasi dan menaiki mobil merah darah kesayanganku. Oh tuhan, betapa aku mencuintai mobil ini. aku rasa sore nanti aku perlu membawanya ke door smeer.

"Hai, Red. Sekarang kita akan memulai rekor dipagi ini. Are you ready?" tanyaku pada Red. Aku langsung melajukan mobilku. Mobil ini begitu cepat dan nyaman. Jalanan bebas hambatan semakin membuat aku menggila untuk menambah kecepatanku. Tak lupa menyanyikan lagu EXO yang berjudul Growl dengan suara yang cukup kuat. Jangan salahkan aku, walaupun aku blasteran dari Inggris dan Indonesia namun aku tetap menyukai boyband korea yang ganteng dan imut-imut.

Hanya butuh waktu dua puluh menit bagiku untuk berada di pusat kota Jakarta. Sekarang aku sedang memarkirkan mobilku di parkiran Starbuck. Aku melihat mobil Jason sudah terparkir disana. Saat keluar dari mobil, aku melirik jam tanganku.

"Sial, telat lima menit." Aku berlari menuju pintu masuk.

Lima menit terasa lama bagiku. Karena aku tahu Jason baru membeli mobil R8 nya kemarin. Dan aku yakin Dia akan mengejek Redku yang membuatnya harus menunggu. Aku dan Jason sering bertengkar karena mobil. Pertengkaran itu terkadang membuat aku membencinya meskipun aku tahu Jason adalah pacar dari sahabatku.

Mataku menyapu seluruh isi Starbuck ini. hingga aku menemukan gadis berkacamata minus yang sedang asyik memainkan iphonenya. Aku langsung berlari ke meja April. Kemudian langsung duduk didepannya. April menghentikn aktivitasnya. Dia mendongak.

"Wow.. kantung pandamu semakin terang, Amstrong." April mengejek kantung pandaku.

Pagi ini dia begitu menyebalkan. Aku heran, kenapa dia terkadang terlalu jujur dalam berbicara. Kejujurannya membuat aku menjadi tidak nyaman.

"Hentikan itu, April. Kau sudah tahu dari dulu, bukan? Bahwa kantung ini adalah ciri-ciriku."

Seharusnya aku tidak perlu mengingatkannya. Aku sudah menceritakan semuanya kepada April tentang mimpi-mimpi aneh itu. Mimpi yang sudah aku alami sejak aku di Ausi pada semester terakhir. Dan mimpi yang setiap malam aku alami selama aku diJakarta.

"Ya, aku tahu. Aku pikir ketika kau pulang keJakarta mimpi itu akan berakhir.."

"Kau salah. Mimpi itu justru setiap malam aku alami. Dan hari ini mimpi itu mempunyai durasi yang cukup lama. Sampai pagi, April" aku memotong pembicaraanya dengan cepat.

"Aku pikir kau butuh liburan. Bagaimana jika kita liburan? Kau, aku dan Jason?" tanya April dengan mimik yang manis saat mengucapkan nama Jason

Aku berpikir sejenak. Liburan? Sepertinya itu terasa menyenangkan. Dan aku pikir tidak ada salahnya liburan. Toh kami sudah menyelesaikan S1 kami.

"Hmmm, sepertinya menyenangkan. Tetapi dimana? Aku tidak ingin ke luar negeri."

April menjitak kepalaku dengan tangan kanannya. Dan aku meringis kesakitan. Dia terlalu kasar padaku.

"Dasar bodoh. Kau pikir diIndonesia itu tidak ada pulau yang menarik dan pantas untuk dikunjungi?" tanya April yang langsung aku balas dengan gelengan.

My Man Is AlphaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon