Pada suatu hari di musim gugur yang damai dan tentram, seorang anak baru yang tidak diketahui namanya memberikan sebuah donat kepada Elena. Tanpa mengetahui siapa yang diajak bicara, bocah laki-laki itu dengan santainya duduk di sebelah Elena tanpa rasa curiga.

"Apakah kau mau donat?" tanya anak laki-laki itu kepada Elena sambil tersenyum cermelang: giginya putih, rapih, bersih dan menyilaukan penglihatan Elena. "Ini donat buatan ibuku."

Elena mengendus-ngendus aroma makanan yang berasal dari donat yang dijulurkan si anak baru. Itu bau buah stroberi. Sudah cukup jelas bahwa Elena sangat membenci buah terkutuk itu. Dia mengecam keras siapa pun yang menjadikan buah stroberi sebagai makanan pendamping. Jika kelak Elena menjadi seorang penemu hebat, dia berjanji akan membuat virus yang fungsinya membumi-hanguskan tumbuhan stroberi yang tertanam di seluruh dunia.

Anak-anak keluarga Waterhouse diajarkan tidak boleh menolak pemberian dari seseorang yang benar-benar memberikan dengan hati yang tulus. Karena itu Elena terpaksa menerima donat pemberian si anak baru, walaupun dia sendiri tidak tahu harus memulai memakannya dari mana. Elena mengangguk, tidak tega menyinggung perasaan calon teman barunya.

"Terima kasih," kata Elena sembari tersenyum. "Ini kelihatan sangat fantastic."

Di bawah pohon rindang yang berdiri tegak di tengah lapangan sekolah, Elena mempunyai rencana yang sedikit mengutungkan dirinya. Gadis kecil itu dalam sekejap mata merubah donat yang sebelumnya berselai stroberi menjadi donat yang berisi puluhan cacing tanah. Beruntung saat itu sihirnya tidak meleset. Elena memakan donatnya hidup-hidup tanpa perlu merasa jijik. Sedangkan si bocah malang yang duduk disampingnya tiba-tiba saja memuntahkan isi perutnya dalam sekejap. Bocah itu berteriak histeris seperti kesetanan sambil menutupi seluruh wajahnya dengan tangan. Seolah dia baru saja melihat hantu menari balet di tengah halaman sekolah.

Keesokan harinya, si bocah malang digosipkan mendadak mengidap sindrom *Charles Bonnet tingkat awal. Semenjak kejadian di bawah pohon beringin, tidak ada lagi yang melihatnya masuk sekolah sampai dengan saat ini. Bocah malang itu lenyap bagaikan hilang ditelan bumi.

(*Sindrom yang membuat pasien yang berhalusinasi tentang wajah orang, kartun, objek, dan pola berwarna.)

Lain hal-nya dengan Emily Waterhouse yang tampak selalu tidak tertarik dengan kehidupan sosial. Jangan terlalu banyak berharap bahwa kamu bisa melihat Emily tersenyum atau menggerakkan sedikit bibirnya. Gadis itu hanya akan berbicara jika masa depan yang menurutnya penting terjadi dalam waktu dekat. Di tambah lagi Emily memiliki kulit yang teramat pucat sehingga orang-orang di sekitarnya memanggilnya dengan sebutan mayat berjalan.

Karena keanehan yang dimilikinya, seorang anak laki-laki nakal yang menyebut dirinya sebagai The Flash--padahal bernama asli William Farrish--membuat tindakan yang keliru. William yang mempunyai terlalu sedikit otak memilih duduk di belakang Emily untuk pertama kali dalam hidupnya. Karena William sangat bodoh dan pernah tinggal kelas, dia sama sekali tidak menggubris materi pelajaran Biologi yang disampaikan oleh Mrs. Pope. William mencuri gunting yang diambilnya dari kelas prakaya, dan diam-diam menggunting rambut Emily dari belakang.

"Hey bau mayat ... rambutmu akan kujadikan bulu mata palsu," ejek William sambil mengibas-ngibaskan potongan rambut Emily ke udara.

Emily memutar tubuhnya menghadap ke belakang. Dia tidak bereaksi apa-apa kecuali menatap William dengan tatapan membunuh.

"Jika kau memotong rambutku lagi, akan kupotong habis kemaluanmu." Ketika Emily mengatakannya, suara gemuruh petir menggema di atas langit yang mendung.

"Coba saja kalau berani," tantang William, yang dengan bodohnya kembali menggunting sebagian rambut Emily. Seolah-olah sedang memotong ekor kuda.

Gosip menyebar dengan sangat cepat keesokan harinya. William--entah apa yang anak nakal itu lakukan setelah bangun tidur--kehilangan setengah kemaluannya. Emily masih berbaik hati meninggalkan separuh demi melancarkan bagian reproduksi William. Dia juga tidak terlalu memusingkan perubahan rambutnya. Karena dalam waktu sehari rambutnya sudah kembali normal seperti semula.

Arabella & The Waterhouse FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang