PROLOG

2K 50 5
                                    


THALIA

"Tapi aku nggak mau jadi Ketua Osis Pah! Aku tau papa itu mantan ketua OSIS legendaris di sekolahku, tapi semua itu nggak ada sangkut pautnya sama aku. Jadi sekali lagi aku bilang, 'aku- nggak- mau- masuk- OSIS' titik."protes Thalia lalu melahap potongan roti terahirnya.

"Nggak perlu jadi Ketua Thal, kamu jadi sekretaris aja Papa udah puas kok. Gini ya nak, Papa itu sekarang udah jadi direktur di perusahaan. Itu semua karena pengalaman Papa selama menjabat jadi pimpinan Osis, dan Papa mau kamu nerusin itu."jawab Andre, Ayah Thalia.

"Bener juga kata Papamu Thal, kalau kamu masuk OSIS, kamu dilatih jadi pemimpin yang bertanggung jawab. Mama mau masa depan kamu lebih baik dari pada Papa dan Mama."

"Terserah"setelah meneguk susunya sampai habis Thalia bangkit dari kursi dan meraih tas ranselnya.

"Pergi dulu Mah, Pah"Thalia berpamitan dengan wajah lesu.

Sesampainya di sekolah, Thalia duduk merenung sambil memandang jendela kaca yang luas di samping bangkunya. Ia sudah kalah berdebat dengan Ayah Ibunya, mau tak mau keinginan kedua orang tuanya itu harus Thalia penuhi. Tetapi di hati kecilnya, ia tidak rela untuk ikut bergabung dengan Organisasi Intra Sekolah yang akan sangat menyibukkan dirinya itu.

Semenjak duduk di Sekolah Dasar, Thalia tidak pernah mau aktif dalam kegiatan ekstrakulikler apapapun, ia hanya suka menjalani hidupnya yang santai dan tenang tanpa kesibukkan yang membuat kepalanya akan segera pecah. Ia tidak bisa mengira bagaimana nantinya jika ia berada di OSIS, yang pastinya dirinya akan menjalani kehidupan yang super sibuk.

"Thalia, bisa ikut Ibu ke ruang OSIS sebentar?"seseorang menyadarkan Thalia dari lamunannya. Dia adalah Bu Fira, pembina OSIS SMA Rajawali yang menjabat selama 6 periode OSIS berturut turut.

RANDI

Sudah 2 menit Randi menunggu seluruh anggotanya berkumpul untuk mengadakan rapat. Sudah 2 menit pula ia duduk sendiri di tengah hampanya ruang Aula Sekolah yang cukup luas itu. Rasanya ia ingin memecat semua anggotanya yang ia anggap tak becus dalam menjalankan tugas dan perintah.

"WOY!"teriakan Randi memecah keributan yang memenuhi ruangan, membuat semuanya terperanjat dan diam membeku. Rapat sudah dimulai 5 menit yang lalu dan tak ada satu orang pun yang memperhatikan Randi di depan.

"LO SEMUA KALAU MAU BICARA, SINI! MAJU KEDEPAN! BIAR LO YANG GANTIIN GUE"suara Randi menggema di aula.

"Udah dari tadi gue nunggu dan kalian malah datang telat. Dan saat gue bicara di depan buat buka rapat, lo semua pada bicara gak jelas, sama skali gak hargain gue ada di sini. Gue tau, gue ngejabat baru beberapa hari yang lalu dan kalian juga sama! Tapi kalian semua pada nganggep remeh gue sebagai pimpinan di sini."

"Ya udah, gini aja. Mendingan PMR bubar aja, gimana? Biar gue langsung kasi tau aja sama Pak Romi kalo PMR resmi bubar hari ini"Randi sudah sangat kesal dengan tingkah laku anggotanya. Tanpa ada persetujuan, ia langsung keluar dari Aula menuju ruangan Pak Romi—pembina Palang Merah Remaja.

"Waduh mampus kita! Dilaporin sama Pa Romi!"kata salah seorang anggota.

"Emangnya kenapa sih?"

"Lo gak tau? Gini ya, yang gue denger dari senior- senior nih, Pak Romi tuh orangnya killer banget. Malahan lebih killer dari Pembina OSIS, ya setara lah dengan pelatih Paskib. Bisa bayangin gak?"

Kemudian seisi ruangan panik memikirkan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Tak beberapa lama Randi datang bersama Pak Romi yang menyusul di belakangnya. Randi memperlihatkan wajah dinginnya sedangkan Pak Romi menebarkan senyum ceria pada seluruh binaanya. Dan yang perlu kalian ketahui, justru senyuman itulah yang paling membahayakan dan dihindari oleh semua murid sekolah.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang