Aku tahu semua ini akan terjadi. Aku tidak terkejut sedikit pun. Tapi, kenapa aku rela membiarkan semua ini terjadi pada diriku sendiri? Aku bahkan tidak begitu mengenal Taehyung.

Lalu aku membayangkan BTS.

Mungkin bukan karena aku hanya ingin membantu Taehyung.

Aku ingin membuat mimpi Taehyung dan 5 orang lainnya tidak surut begitu saja.

I didn't really know them.

But I decided to take the bullet for these Bangtan (bulletproof) boys.

Aku memuji diriku karena hal itu.

Aku harus bangga. Benar kan?

Tapi kenapa ini semua terasa begitu berat?

Dengan keadaan seperti kucing liar, badan bergetar karena kedinginan, dan kepala pening begini, aku tersenyum pedih, memeluk kakiku semakin erat, menundukkan kepalaku dan memejamkan mata sekali lagi.

---

Kesadaranku mulai muncul saat kurasakan getaran pada pintu yang kusandari.

Langit malam Seoul terpampang jelas didepan mataku.

Hujan juga sudah berhenti. Lantai semen rooftop basah dan memiliki beberapa genangan air di sudut-sudut tertentu.

Hal pertama yang kurasakan adalah kedinginan yang menusuk. Pakaian basahku sudah kering, tapi rasanya seperti seluruh tubuhku telah menyerap semua air dari pakaianku tadi.

Hal kedua adalah, perutku sakit bukan main.

Dan juga, kepalaku masih terasa pusing, tapi aku masih bisa berdiri.

Aku merasakan dunia seakan berputar.

Kakiku mulai goyah, tapi aku berhasil mempertahankan pijakan kaki ku.

Kutatap pintu itu dengan penuh harapan.

God, Please.

1 detik

2 detik

3 detik

..Alangkah bersyukurnya aku saat melihat engsel pintu bergerak.

Pintu terdorong, dan tekanan ingin menangis muncul dari dalam diriku saat melihat orang yang menyelamatkanku.

.

.

.

.

Kim Taehyung.

Dia menatapku dengan panik. Badannya bergerak naik-turun karena bernapas tidak teratur, mulutnya terbuka lebar.

Aku sendiri tidak bisa mendeskripsikan ekspresi macam apa yang sedang kupasang sekarang ini.

Lalu, Taehyung menutup mulutnya, ia membasahi bibirnya.

That Day.Where stories live. Discover now