2. Pengkhianatan

189K 10.6K 352
                                    

Noura mematikan ponsel dan membanting tubuhnya ke kasur. Lagi-lagi Edward sibuk. Akhir-akhir ini Edward jarang sekali punya waktu luang. Jadwal Edward memang sangat padat sekarang. 

Pria itu baru saja diterima bekerja di perusahaan elektronik besar di London. Saat ini dia sedang mengurus kepindahannya dari Jerman ke London. Ujian baru saja selesai, dan Edward sudah mendapatkan pekerjaan. Sedangkan Noura harus bersiap menjalani sebuah hubungan jarak jauh karena ia belum tahu akan bekerja di mana sesudah ini.

Sejujurnya, Noura berharap ia bisa tinggal bersama Edward di London. Dirinya dan Edward selalu bersama sejak dulu. Pria itu cinta pertamanya dan ... mungkin ... cinta sejatinya.

Bosan berdiam diri di kamar, Noura memutuskan untuk berjalan-jalan. Ia bekerja paruh waktu di sebuah kantor majalah sebagai seorang copy editor untuk mengisi waktu luang dan hari ini ia sedang libur. Tadinya, ia ingin menghabiskan hari liburnya bersama Edward, tetapi rupanya pria terlalu sibuk.

Memainkan ponselnya, Noura membuka kontak telepon dan melihat siapa saja 'kandidat' orang yang bisa ia 'culik' untuk hari ini. Matanya berbinar saat ia melihat sebuah nama. Nama yang selalu membuatnya bahagia.

"Ada apa? Kau mengganggu hari liburku," jawab orang itu dengan suara mengantuk.

Noura terkikik. Orang itu, Nayla Angelica Aditama, sahabat satu-satunya yang ia miliki."Bangun tukang tidur! Malas sekali kau ini. Coba saja jika Nathan tahu, dia akan mencari wanita lain."

Sebentar lagi, Nayla akan menikah dengan Nathan yang juga adalah sahabat dari kakak Nayla.

Nayla tertawa di ujung sana. "Nathan sudah tahu dan dia tetap mencintaiku."

Noura ikut tertawa. Nayla adalah gadis yang beruntung memiliki Nathan yang begitu mencintainya. Kadang iamerasa iri pada Nayla. Bukan berarti Edward tidak mencintainya. Bukan itu. Hanya saja... entahlah, ada sedikit rasa di hati Noura yang meragu pada Edward. Benarkah Edward masih seperti dulu?

"Ayo kita jalan-jalan. Aku bosan di rumah," katanya kemudian.

"Di mana kekasih abadimu?"

"Dia sibuk. Ayolah, Nay, aku bosan." Noura mencoba merajuk lagi. Biasanya gadis itu akan luluh jika ia merajuk.

"Oke, baiklah! Tapi kau ke sini ya? Dan bawakan aku sarapan."

"Hei! Kau pikir aku kurir!"

Nayla terkikik. "Käse brezel dan latte ya." Dan dengan kurang ajarnya, gadis itu langsung mematikan ponselnya. Dasar Nayla ini.

Ia dan Nayla sangat dekat sejak mereka mulai kuliah di sini. Bagi Noura, Nayla bukan hanya seorang sahabat. Nayla adalah saudara perempuan yang tidak pernah ia miliki sebelumnya. Noura adalah bungsu dari empat bersaudara. Kakaknya semua laki-laki. Dan Noura sangat menyayangi Nayla seperti saudaranya sendiri.

Noura bergegas mempersiapkan diri karena tidak ingin Nayla terlalu lama menunggu. Berhubung ini hari libur, tidak ada yang namanya dandan. Ia memang membiasakan kulitnya untuk 'bernapas' di hari libur.

Kaus oblong, celana panjang, dan sepatu kets menjadi pilihan outfit-nya hari ini. Rambutnya yang berwarna pirang itu, ia biarkan tergerai. Sebenarnya ia bosan dengan rambut itu. Ia ingin mengubah warnanya. Mungkin ia bisa mengajak Nayla ke salon saja hari ini. Ia ingin berambut coklat.

Noura berjalan menuju restoran favoritnya untuk membelikan pesanan Nayla. Restoran itu tidak jauh dari apartemennya tinggal. Biasanya ia dan Edward akan sarapan bersama di sana. Dirinya dan Edward memang tidak tinggal satu apartemen walaupun mereka adalah sepasang kekasih. Noura bahkan belum pernah bercinta dengannya.

My Doctor, My Love (Tersedia Cetak Dan Ebook)Where stories live. Discover now