Chapter 1

60.7K 1.4K 44
                                    

-Author POV-

"Lia, Liooo! Bangun cepat!! Nanti terlambat lagi lho." Teriakan cempreng Mama Ika, mama dari Lia dan Lio yang khas pun menjadi awal pagi di setiap hari bagi Lia dan Lio si kembar yang sangat kompak. Terbukti, salah satu kekompakan dari si kembar ini adalah selalu bangun kesiangan.

"Iya Mam!!" sahut Lia dan Lio serempak.

Akhirnya, setelah selesai mengumpulkan nyawa, Lia dan Lio segera memasuki kamar mandi untuk memulai ritual mandi mereka.

Namun jangan salah.

Mereka ini bukanlah anak kecil, melainkan remaja kelas X SMA yang dari lahir selalu bersama di mana pun dan kapan pun. Tentunya itu adalah hal yang wajar bagi si kembar ini, juga bagi kedua orangtua mereka. Jadi jangan omes duluan. Ekhem.

"Eh, Yo ..." panggil Lia sembari menatap Lio dari pantulan kaca wastafel yang sama-sama sedang menggosok gigi.

"Hm," jawab Lio seadanya.

"... CEPETANNN!!" teriak Lia tepat di telinga kanan Lio.

"Woi kuprett! Awas aja ya lo!!" maki Lio keras melebihi suara toa di masjid.

"Huahahahahaha," tawa membahana Lia menggelegar di rumah yang hanya dihuni oleh si kembar, Mama Ika, dan para ART. Sedangkan papa mereka selalu berpergian untuk bisnis.

Selain Lio yang naik darah, terdapat mama mereka yang tengah mengelus dada sabar. "Haduh ... anak-anak itu udah gede, tapi masih aja bertengkar terus," batin Mama Ika.

Setelah bersiap-siap, si kembar pun turun dari lantai dua dan segera menuju ke ruang makan untuk sarapan bersama mama mereka.

"Pagi Ma," sapa Lio kemudian mencium pipi Mama Ika dan segera duduk di kursi seberang Mama Ika.

"Paaaagiiii Maamm!!" Heboh Lia sebelum mencium pipi Mama Ika dan menyusul Lio untuk duduk berhadapan dengan Mama Ika.

"Aduh Lia, kamu mau bikin Mama budek sebelum waktunya? Huh?!" protes Mama Ika yang hanya mendapat cengiran dari si pemilik suara toa tersebut.

"Hahaha rasain!! Makanya jadi cewe tuh yang feminiman dikit. Jangan pencilakan kek Dora," ejek Lio yang berhasil membuat si empunya kepala sakit akibat toyoran keras dari Lia.

"Hush!! Diem lo kampret. Ga sopan banget sih sama kakak lo yang jelas-jelas cantik, anggun, dan feminim kek gini," bela Lia dengan berkacak pinggang.

''Udah ... ini mau makan atau mau jadiin Mama penonton bayaran untuk perdebatan kalian, sih?!" ucap Mama Ika yang entah dapat disebut sebagai gurauan, penengah, atau mungkin sebuah permintaan--tapi yang jelas sekarang si kembar sudah damai.

Mereka sarapan dalam diam, hingga Mama Ika kembali membuka pembicaraan. "Kalian sebentar lagi sudah kelas XI. Jadi usahain semua kegiatan buruk kalian segera kalian hilangkan."

"Hah?! Kenapa Ma?!" Lio tersentak kaget seperti baru mendapatkan berita buruk.

"Idih. Biasa aja, alay. Dengerin penjelasannya Mama dulu, napa?" timpal Lia dengan nada sok bijak.

"Hadeh. Maksudnya Mama, kalian harus menghilangkan kebiasaan buruk kalian seperti banyak main dan ga pernah belajar. Kan sebentar lagi kalian ujian, terus mau dapat nilai berapa kalau kalian ga pernah mau belajar? Mau ga naik kelas? Atau mau uang jajannya Mama stop? Tinggal pilih aja," ucap Mama Ika panjang kali lebar kali tinggi kali luas sama dengan volume yang berhasil membuat otak si kembar berdenyut-denyut karena berusaha mencerna apa yang Mama Ika sampaikan.

"Etdah Ma, udah di sekolah otak kita dipusingin sama rumus matematika, eh di rumah juga dipusingin sama rumus ocehannya emak-emak," protes Lia yang terlihat frustasi.

"Oh ... berarti mau uang jajan di-stop?" tantang Mama Ika sembari tersenyum penuh arti dan mengedipkan mata berulang kali.

"Mama kesurupan, ya?" tanya Lio dengan tampang yang dibuat-buat polos.

"Au ah! Capek ngomong sama kalian itu," ucap Mama Ika yang langsung direspon si kembar dengan--

--"Hahahaha berarti Mama KALAH!!" seru Lia dan Lio.

"Kalian ...." geram Mama Ika yang sudah bosan dijahili setiap hari oleh si kembar. Tetapi sebelum si kembar sempat mendapatkan azabnya, mereka sesegera mungkin bangkit untuk mencium tangan Mama Ika dan lansung berlari.

"Bye Ma!!'' pamit Lia dan Lio.

"Ampun, Gusti. Kok bisa punya anak yang sifatnya sama kaya Papanya semua ya?!" Mama Ika berucap frustasi.


To Be Continue ....





Author--
Ini cerita karangan gue sendiri, dan 100% ga me-copy dari cerita lain. So, meskipun nantinya ada kesamaan dialog, tempat, atau nama, maka semua itu hanya kebetulan. Thanks!

Note:
Sorry kalau masih ada kesalahan kata atau ejaan.

Salam dari Kak Thor :)

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang