"Ren-san.." gumam Hasekura.

"Baiklah. Aku akan kembali besok.
Ayo, Hasekura!"

Hasekura menganggukkan kepalanya. Sedangkan Akari pun juga berpencar dari mereka untuk meninggalkan Dunia Naria. Sesuai dengan petunjuknya, mereka bisa kembali melalui perantara apa saja, yang terpenting--percaya dengan sihir adalah yang terpenting.

Ren dan Hasekura berhasil keluar dari Dunia Pararel [Naria].
Mereka sudah sampai di depan gerbang bangunan angker itu. Saat mereka perlahan mulai meninggalkan tempat itu, ada salah satu pejalan kaki dengan rambut rapi beruban, berjenggot tebal serta pakaiannya yang terlihat kumuh itu bertanya kepada mereka berdua.

"Apa kalian habis masuk dari rumah angker itu?!"

"Ti..tidak.. kami hanya melewatinya saja," jawab Hasekura berbohong.

"Kalian harus tahu.." ucap kakek itu.

"Hm? Apa yang terjadi dengan bangunan itu?" Tanya Ren dengan nada bodoh seolah-olah dia tidak tahu dengan keadaan bangunan angker tersebut.

Kakek itu tidak menjawabnya. Melainkan dia malah menatap mereka berdua dengan sinis. Kakek dengan ekspresi yang terlihat cukup aneh itu pun akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua tanpa alasan yang jelas.

"Kakek itu aneh sekali ya," ucap Ren.

"Abaikan saja. Dia memang aneh," balas Hasekura.

Setelah bertemu dengan kakek yang mereka anggap aneh dan karena waktu sudah mulai larut sore, mereka memutuskan untuk pergi ke perusahaan yang mereka tempati untuk bekerja setiap harinya.

Sesampainya di perusahaan itu, mereka segera memasuki ruangannya masing-masing.
Namun, atasan dari perusahaan itu pun datang lalu memarahi Hasekura karena datang terlambat. Namun, Ren malah tidak dimarahi seperti Hasekura. Melainkan dia disuruh untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Hasekura! Kemana saja kau! Kau sudah telat seharian!" Bentak Atasan itu dengan mengenakan jas hitam rapi.

"Ma..maafkan aku, Shiori-sama. Aku tadi.." Hasekura menjawab gugup.

Atasan itu menunggu jawaban dari Hasekura mengapa dia bisa terlambat. Hasekura mencari ide dan alasan yang tepat agar atasannya percaya dengan dirinya. Walaupun Hasekura terbiasa jujur, tapi kali ini dia harus berbohong. Dia yakin jika Shiori akan percaya dengan dirinya, karena Shiori sudah mengenal Hasekura sejak lama. Sama sepertinya dengan Ren, mereka berdua ini adalah Desainer Grafis yang terbaik di perusahaan ini.

Hanya satu alasan yang terlintas dalam pikirannya.

Sakit.

Itu adalah satu-satunya cara untuk alasan yang tepat agar membuat Shiori percaya. Cukup logis dan mudah dipercaya.

"Tadi aku hanya sakit demam. Ren yang merawatku tadi hingga sembuh," jawab Hasekura.

"Nani?!! (Apa?!)" Kaget Ren dengan rasa tidak percaya kena dia menggunakan alasan itu.

"Oh.. jadi kau sakit. Kenapa kau tidak ijin saja. Mungkin aku bisa mengerti keadaanmu sekarang."

"Maaf membuat Shiori-sama khawatir!"

Shiori menolehkan pandangannyake Ren yang sedang sibuk mendesain poster film yang tidak lama lagi akan segera tayang di seluruh bioskop Jepang.

"Wah! Wah! Ternyata kau sudah selesai mengerjakan poster ini ya! Bagus!
Kau benar-benar pria teladan!"

"Ah yang benar saja..." gumam Ren dalam hati.

Sekitar pukul delapan malam, mereka berdua akhirnya berjalan pulang. Cuaca malam ini cukup dingin, tidak heran jika Ren kedinginan karena tidak mengenakan mantel.

"Dingin sekali...." gumam Ren dengan kedua lengannya melingkari di tubuhnya sendiri.

"...Hasekura.. apa kau tidak merasa aneh dengan kakek itu?" Lanjut Ren. Dia masih penasaran dengan sosok kakek aneh itu.

"Hmm.. tidak. Memangnya ada apa? Apa ada yang aneh?" Tanya balik Hasekura.

"Entahlah..."

"Baiklah.. kalau begitu aku pulang dulu. Sampai ketemu besok!" Ucap Hasekura.

"Ya! Hati-hati di jalan!"

***

Di Markas Akahito, dia masih mengeluh karena kekuatannya yang belun pulih sepenuhnya. Dia berceloteh, bergumam karena sudah tidak sabar ingin menghancurkan dunia.

Suasana di dalam Markas begitu gaduh dan ramai karena banyaknya para monster yang sibuk.

"Kapan aku bisa pulih dengan cepat!!" Gumam Akahito kesal.

Tidak lama kemudian, Goro sudah sampai di Markas Akahito. Dia terlihat murung dan tidak ingin diganggu oleh siapapun. Akahito yang tadinya bergumam tidak jelas, sekarang berbalik menatap Goro heran.

Penyihir Kegelapan yang terkenal dengan kekejamannya bisa menunduk sedih.

"Apa kau putus dengan pacarmu, Goro! Hahahaha!" Ucap Akahito.

"Diam.." jawab Goro santai.

"Beraninya kau melawanku!" Bentak Akahito.

"Aku bisa membunuhmu kapan saja! Jadi berhati-hatilah!"

"Apa katamu!"

Anak buah monster itu pun mulai melingkari Goro. Sepertinya Akahito tidak menyukai kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Penyihir Kegelapan tersebut.

Goro tetap terlihat tenang meski sudah diserbu oleh puluhan monster. Dia hanya bisa menatap Akahito tanpa kepastian.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?!"

"Pertanyaan yang membosankan! Minggir!"

Goro dengan kesal mendorong monster hingga terpental jauh.

Setelah melihat Goro pergi kembali, Akahito menyuruh salah satu monster untuk memata-matai Goro.

[Croja] monster buaya hijau dengan ukuran 5m mempunyai insting yang kiat. Elemen air yang menjadi dominan kekuatannya.

"Besok.. kau harus ikuti kemana Goro pergi!"

"Baiklah.. Yang Mulia.." Croja menunduk hormat.

Mystical SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang