FIVE

8.3K 738 39
                                    

Mark terbangun jam dua dini hari karena merasakan hal yang tidak enak lagi dalam benaknya. Sudah beberapa hari ini, ia merasakan seperti itu, di karenakan adanya ikatan batin dengan anak-anaknya, terutama pada Megan.

Sejak mengetahui ada kawanan Rogue yang mengintai packnya, ia agaknya sedikit cemas. Ia khawatir, ramalan yang di jatuhkan pada salah satu anggota keluarganya akan di ketahui semua werewolf di dunia. Ia tidak bisa mengubah ramalan itu, karena ramalan sudah di tetapkan sejak berabad-abad yang lalu.

Saat sampai di dapur, Mark sedikit heran karena melihat lampu dapur dekat wastafel menyala, apalagi ini dini hari. Ada sebuah gelas yang di taruh di dalam bak cuci. Keluarganya tidak mempunyai kebiasaan yang unik, kecuali Megan.

"Kenapa dia terbangun dini hari? Apakah ada sesuatu yang mengusiknya?" tanya Mark di penuhi rasa ingin tahu, "Jangan-jangan perasaan ini...."

Dengan langkah tegap dan terburu-buru ia menuju lantai dua, dimana terdapat kamar Megan.

Rahang Mark mengeras, "Benar ternyata," katanya saat mendapati pintu kamar Megan terbuka, dan saat ia masuk ke dalam kamar, ia mendapati Megan tidak ada di kamarnya.

Mark dengan wajah keras segera membangunkan Julian dan James agar membangunkan beberapa anggota pack untuk mencari Megan di hutan. Mark menduga tidak salah lagi, bahwa Megan sekarang berada di hutan.

Julian menguap kecil, "Astaga, Kakak merepotkan sekali dari kemarin. Kenapa coba ia harus pergi lagi ke hutan," katanya saat masuk di ruang utama.

"Mungkin, Ayah harus lebih tegas padanya agar tidak pergi ke hutan diam-diam. Anak itu sudah cukup keterlaluan," balas Mark sambil menghisap cerutunya kala ia sedang di landa banyak pikiran.

Julian mengangguk mengiyakan, sedangkan James diam berdiri di dekat pintu sambil mendengarkan percakapan antara keduanya.

"Kenapa Ayah tidak memberitahu ramalan itu pada Megan? Madeline pun belum tahu juga akan ramalan itu," tanya Julian serius.

Mark mengeluarkan kepulan asap lewat mulutnya, "Dulu, Ayah kira ramalan itu akan jatuh pada Madeline. Ternyata Ayah salah. Ayah baru menyadari itu saat Megan sudah berumur delapan belas tahun," Mark berdiri memandang keluar jendela, "Jadi, sekarang kau harus mencari Megan sampai ia di temukan, karena perasaan Ayah semakin tidak enak."

"Baik Ayah."

Julian dan James pamit keluar dari ruangan Mark. Pria paruh baya itu masih memandang keluar jendela dan menampakkan bulan yang masih bersinar terang. Ia tidak ingin Megan dalam bahaya, semua bahaya mengintai dirinya.

Mark menoleh saat pintu ruang kerjanya berbunyi, di lihatnya Julie--Lunanya yang masuk sambil membawa nampan berisi teh hangat. Terlihat dari kepulan asapnya.

Julie menaruh nampannya di atas meja lalu mendekati Mark. Mark membuang cerutunya di tong sampah, karena ia tahu bahwa Julia tidak menyukai asap rokok.

"Kau merokok lagi." Julie mendesah lelah.

"Maaf, aku mencemaskan putri kecil nakal kita yang sudah dewasa," balas Mark.

Julie melingkarkan kedua tangannya di pinggang Mark, "Tenangkan lah dirimu. Jangan terlalu mencemaskan keadaan Megan, ia gadis yang kuat, kau tahu itu."

Mark tersenyum mendengar perkataan Julie, kemudian ia mencium kening Lunanya, "Ya, dia gadis yang kuat dan suka membangkang sepertimu. Sudah ku katakan jangan ikut terbangun saat dini hari!"

Rogue's Obsession - ROGUE CHRONICLESWhere stories live. Discover now