"Uarggh!!" Ren merintih kesakitan.

Dia mencoba bangkit kembali. Kedua monster itu sudah melemparkan fuuma shuriken ke arah Ren. Ren benar-benar tidak bisa berkutik karena sekujur tubuhnya terasa sakit. Kecepatan Ren dengan mudah diimbangi oleh kedua monster [Duo Tighan] dari Louis.

Ren melakukan kesalahan lagi. Dia lengah kembali.

Monster itu sudah melesat kembali, dia sudah berada di sisi kiri yang sudah bersiap untuk memenggal kepala Ren. Ren dengan sigap menunduk lalu mencoba menendang perut monster raksasa itu.

"Tidak mempan ya?!" Ren bergumam kesal. Pukulannya tidak terasa sama sekali bagi monster itu.

Monster itu berhasil mencekik Ren. Dia mengangkatnya ke atas lalu melemparkannya ke arah monster yang sudah ada depannya.

"Akhiri segera!!" Teriak Louis.

Pedang dari monster itu sudah siap untuk memotong tubuh Ren.

"Oh.. tidak.." Ren pasah sambil memejamkan matanya.

Tiba-tiba monster yang sudah membawa pedang itu tergeletak tewas

Penonton menatap kaget ketika monster itu sudah mati tertusuk perutnya oleh Ren. Louis masih meniupkan serulingnya dan tidak peduli jika monster itu sudah mati.

Monster sekarang tersisa satu lagi.

"Monstermu lengah karena tidak mengambil pedangku, Louis." Ledek Ren.

"Menopangkan pedangmu keatas lalu menusuknya ya. Lumayan."

"Kalau begitu tunjukkan kemampuan terbaikmu..
Aku akan menghadapinya dengan senang hati."

"Baiklah.." Louis mulai meniupnya dengan nada yang berbeda. Tadi dia menggunakan nada yang pelan dan santai. Sekarang alunan itu menjadi cepat dan rumit.

Monster itu tiba-tiba merasa kesakitan lalu berubah menjadi agresif. Pergerakannya jauh lebih cepat dari sebelumnya.

"Uaarrggghhh!!!!" Teriak monster itu.

Tidak hanya pergerakannya saja yang berubah. Tampak tubuh monster itu berubah dengan ukuran yang lebih besar lagi, berukuran sekitar dua puluh meter.

Monster itu semakin menggila, dia juga mengeluarkan aura merah dari dalam tubuhnya.

Ren masih mengamati monster itu. Ren tidak terfokus pada Louis yang tengah memainkan serulingnya. Terlebih lagi, saat ini lawan Ren adalah monster raksasa itu.

Meskipun begitu, Ren tidak bisa melakukan pergerakan itu lagi karena staminya yang sudah terkuras habis.

Dia merasakan hempasan, hempasan monster itu yang sudah ada di hadapannya begitu cepat. Monster itu mulai mengayunkan tangan kirinya lalu memukul Ren dengan kerasnya.

Baaammm!!!!!!

Hampir saja, pukulannya begitu cepat serta kekuatannya yang juga bertambah akan aura merah dari monster itu. Ren berhasil melompat ke belakang sembari berpikir untuk mengalahkan monster yang agresif itu.

Ren membutuhkan sebuah rencana baru lagi. Jika monster itu pun dikendalikan oleh alunan seruling itu. Secara otomatis, jika pengguna seruling itu [Louis] tidak meniup serulingnya, sudah pasti monster itu akan diam ataupun lenyap.

"Baiklah.. aku harus mengecohnya terlebih dahulu."

Ren melesat cepat ke arah monster itu dengan cepat. Bertubi-tubi Ren mengayunkan pedangnya dan menebaskannya ke monster raksasa itu.

Setelah berhasil menebas bagian depan monster itu. Ren mulai membelakangi monster itu. Dia mencoba mengabaikan monster itu lalu berlari ke arah Louis.

Selama Ren masih bisa berdiri, dia tidak akan menyerah. Dia sudah berjanji, dia akan melindungi dunia ini. Dia juga sudah mempunyai tujuan dalam hidupnya.

Monster itu menoleh ke arah Ren dan segera mengejarnya. Kurang sedikit Ren sudah sampai ke arah Louis.

Ren sudah menyiapkan pedangnya dan segera menebas Louis.

"Menyerahlah!! Louis!!" Ren berlari dan mengayunkan pedangnya tepat ke depan Louis.

"Ren mulai mendekati Louis dan segera mengakhirinya. Apakah dia akan berhasil mengalahkan Louis?" Ucap pembawa acara itu.

Ren terlambat. Pakaian belakang Ren sudah dipegang oleh monster itu. Monster itu sudah berhasil lebih cepat dari Ren. Monster itu menarik Ren lalu membantingnya ke bawah hingga tanah dibawahnya retak. Setelah membantingnya ke bawah dia lalu memutar-mutarkan Ren lalu membantingnya ke belakang.

Baaamm!!

Ren merintih kesakitan.

"Bahkan aku belum bisa menggunakan sihirku. Yang aku andalkan hanya pedangku saja. Sial!"

Ren terkapar dibawah. Dia masih belum bangkit. Tubuhnya terasa remuk saat terbentur.

"Masih belum menyerah?" Louis yang mulai berhenti meniup serulingnya.

"Aku tidak akan menyerah!"

"Hmm?"

"Berjuanglah! Ren-san!
Kau bukan pria lemah kan!" Teriak Hasekura dari bangku penonton.

"Ha..hasekura.." Ren menolehkan wajahnya ke Hasekura.

Duaar!!!

Sebuah ledakan terjadi di arena tersebut. Terlihat di sebelah kanan arena sudah hancur terkena serangan yang tidak diketahui penyebabnya.

"Apa yang terjadi disini?! Apa kau yang melakukannya?" Tanya Nola.

"Tidak. Itu bukan aku," jawab Ren singkat. Dia mencoba bangkit kembali.

Para penyihir yang menonton pun tiba-tiba lari ketakutan karena ledakan itu mulai menyebar di berbagai penjuru arena.

"Nola!" Panggil Hana.

"Semuanya! Cepat lari dari arena dan cari tempat yang aman!" Teriak Nola kepada penonton.

Penyihir Kegelapan, Goro Daiki menyusup dan menghancurkan sebagian arena. Para Penyihir yang menonton pertandingan Ren melawan Louis berlari ketakutan.

"Goro Daiki.." gumam Hana.

"Hana! Lindungi Pasukan Mistis!" Perintah Nola.

"Aku mengerti!" Hana segera membawa Ren, Hasekura serta Akari menuju ke tempat aman.

"Louis! Kau ikut denganku!" Ajak Nola.

"Baiklah!" Jawab Louis.

Goro Daiki tidak merasa ketakutan sama sekali. Dia tidak merasa gentar walaupun lawannya saat ini adalah penyihir yang cukup kuat.

Nola sudah mengetahui semua tentang Goro Daiki. Sesuai informasi dari Hana, dia berhasil mengambil tongkat miliknya. Tidak hanya itu saja, dia juga mempunyai pedang kegelapan yang sangat kuat.

"Sebenarnya apa tujuanmu untuk menghancurkan Dunia Naria?!" Tanya Nola.

"Tujuanku? Aku hanya ingin membalaskan semuanya kepada kalian."

"Apa maksudmu?" Tanya Louis.

"Sekarang bolehkah aku bertanya kepada kalian berdua?"

"Apa itu?"

"Sejak kapan kalian diciptakan untuk menjadi manusia yang serakah?"

Mystical SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang