Thirteen

128K 6.8K 100
                                    

Aku mengerjapkan mataku berulang kali. Lalu aku beranjak bangun dari tidurku.

"Aww". Ucapku menyentuh kepalaku. Masih sangat terasa pusing.

"Lo udah sadar?". Suara laki-laki mulai terdengar. Aku menoleh ke asal suara. Munculah disana Bara membawa segelas teh hangat.

"Minum dulu". Ucap Bara memberiku tehnya. Aku mengangguk dan meminumnya.

"Makasih". Ucapku memberi gelasnya kepada Bara setelah meminumnya. Jantungku makin berpacu cepat dari yang sebelumnya.

Oh tuhan apa aku mencintai ketua osisku sendiri dan ketua basket sekolahku ini. Gumamku dalam hati.

"Hey?". Ucap Bara mengibaskan tangannya didepan wajahku.

"Eh?".

"Maaf soal bola basket tadi. Gue tadi bener-bener gak sengaja. Gue lagi main sama anak-anak tadi terus lo lewat". Jelas Bara.

"Gak pa-pa Bar. Gue baik-baik aja kok". Ucapku sambil turun dari kasur yang disediakan di UKS ini.

"Biar gue anter ke kelas ya". Ucap Bara menggenggam pergelangan tanganku. Aku melihat tanganku yang digenggamnya.

Gue butuh oksigen sekarang!

"Sorry". Ucapnya melepas genggamannya dari tanganku saat tau aku sedang menatap tangannya yang menggenggam tanganku.

"Gak pa-pa". Ucapku menundukan kepalaku. Wajahku mulai memanas kali ini.

"Jadi?". Tanyanya lagi. Aku menatapnya bingung.

"Jadi? Apa?". Ucapku mengikuti nada bicaranya.

"Jadi mau dianter gak ke kelas?". Ucapnya mengacak rambutku pelan sambil tertawa kecil. Lagi dan lagi aku melongo menatapnya.

"Ta-- Tapi--Gimana sama fans lo?". Tanyaku hati-hati. Bara tertawa mendengar perkataanku tadi.

"Gue gak peduli mereka. Niat gue kan baik mau anter lo ke kelas karena ini semua salah gue. Yaa, gue sebagai laki harus tanggung jawab". Ucapnya membuka pintu UKS.

"Yaudah deh". Jawabku tersenyum kearahnya.

Aku berjalan menuju kelasku bersama Bara. Berjalan saling beriringan. Suara sepatu kami membuat suasana tidak hening lagi. Banyak hal yang aku dan Bara bicarakan bersama saat menuju ke kelas. Hingga aku dan Bara tidak sadar saat sudah sampai lantai tiga.

"Sambal balabal sambal sambalado terasa pedas terasa panas. Sambal balabal sambal sambalado mulut bergetar lidah bergoyang cintaku seperti sambalado".

Aku mengeryitkan dahi bingung. Saat aku melangkahkan kakiku lagi terlihatlah disana anak kelas XII.

Key sedang bermain gitar sedangkan Viir sedang bernyanyi. Sisanya? Ferro sedang bermain handphone. Gennie dan Demi sedang memakai kuku pacar. Dan aku tidak tau lagi sisanya siapa karena aku memang tidak mengenalnya.

Bara menggenggam tanganku erat. Aku menatapnya bingung dan penuh tanya. Bara hanya melirikku lalu tersenyum tipis.

Jantungku makin berpacu cepat, keringat dingin mulai bercucuran dikeningku. Perutku terasa tergelitik hebat membuatku tak bisa menahan senyumku lagi.

"Ferr". Bisik Gennie menyenggol lengan Ferro membuat Ferro mengalihkan pandangannya yang tadinya melihat handphonenya menjadi melihat kearah Gennie.

"Liat tuh". Sambung Demi menunjuk kearahku dengan dagunya. Tanpa basa-basi Ferro melakukannya. Ferro menatapku kaget lalu wajahnya kembali datar.

"Misi gue mau lewat". Ucap Bara yang naik tangga lebih dulu didepanku. Aku mengikuti langkah Bara karena tangannya yang masih menggenggam pergelangan tanganku.

Osis Girl And Troublemaker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang