=Jinyoung/Junior Ver=

245 26 0
                                    

"Mengapa kau begitu mudahnya mengatakan putus?"

Sepasang insan sedang beradu mulut di sebuah ruangan yang penuh dengan lukisan. Terlihat daritadi sang gadis yang selalu mengeluarkan makian-makian pada sang pria.

"Mengapa kau selalu dekat dengan Haera?! Kenapa kau selalu membela dia?! Sebenarnya siapa pacarmu?! Haera atau Aku?!" bentak Hyejin-sang gadis- sambil sesekali memukul-mukul dada Jinyoung-sang pria-.

"Sudah kukatakan berkali-kali bahwa Haera adalah teman kecilku, wajarkan jika kami dekat" ucap Jinyoung dengan sabar menanggapi Hyejin.

"Wajar?! Kau bilang itu wajar?! Yeah, itu memang menjadi hal yang wajar, tetapi sadarlah kau sudah berpacaran denganku! Kau pikir aku tidak cemburu?! Kau kira aku akan diam saja membiarkan pacarku bersama dengan gadis lain meskipun dia adalah teman kecil?!" Hyejin tak mau kalah dia tetap saja membentak Jinyoung.

"Kau kira aku juga tidak cemburu jika kau berdekatan dengan Junhoe? Kau selalu bilang bahwa Junhoe adalah temanmu dan aku mengerti jika kau bersama Junhoe, tetapi bagaimana denganku? Kau selalu marah padaku jika aku bersama Haera, harusnya kau mengerti!" Jinyoung mulai jengah, dia sudah tidak tahan dengan Hyejin yang terus-terusan marah padanya.

"Jadi sekarang kau marah padaku karna aku tidak mengerti?! Kau marah padaku karena aku selalu saja memarahimu jika kau bersama Haera?! Baiklah aku mau kita putus!" kali ini Hyejin berteriak keras sambil menangis.

"Kenapa kau selalu saja mengatakan putus setiap kali kita bertengkar?! Tidak bisakah kita membicarakannya dengan kepala dingin?" ucap Jinyoung yang mulai takut.

"Tidak bisa! Aku tidak bisa Jinyoung-ah. Aku sudah lelah, tolong biarkan aku pergi. Aku mau kita berakhir sekarang!" Hyejin menangis terisak dan berlari pergi menghiraukan Jinyoung yang memangilnya berkali-kali. Sekarang Jinyoung hanya bisa mengacak rambutnya dengan frustrasi. Jantungnya berdegup kencang, badannya melemas, kakinya sudah tidak sanggup menopang beban tubuhnya dan akhirnya Jinyoung terduduk dengan bersandar di tembok. Wajahnya datar, sama sekali tidak ada ekspresi. Dia mengambil bola baseball yang entah sejak kapan mengelinding di sampingnya. Dia melemparnya asal lalu bola itu kembali lagi karena terpantul dinding dan dengan mudah Jinyoung menangkap bolanya. Kegiatan itu berulang kali ia lakukan dengan kepala yang penuh dengan harapan bahwa Hyejin tidak benar-benar memutuskan untuk putus dengannya. Dia masih berrharap Hyejin akan meneleponnya dan menyuruhnya untuk menjemputnya di taman seperti yang biasa Hyejin lakukan setiap kali mereka bertengkar. Beberapa detik kemudian ponselnya bergetar menunjukkan notif pesan di layarnya. Jinyoung lega tetapi masih ada rasa takut saat membuka notif pesan itu. Jinyoung membaca huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat pesan yang ternyata dari Hyejin itu. Seketika jantungnya serasa berhenti berdetak, wajahnya pucat pasi, tubuhnya yang tadi lemas semakin lemas lagi, matanya berkaca-kaca dan bersiap mengeluarkan air setelah membaca kalimat singkat itu.

"Tidak perlu menemuiku lagi. Kita benar-benar sudah putus"

Matanya kabur saat dia kembali membaca pesan itu. Hyejin tidak pernah mengirim pesan seperti ini saat mereka bertengkar. Apa kami akan benar-benar berakhir? Pertanyaan yang daritadi hinggap di kepala Jinyoung terjawab sudah tetapi itu malah membuat kepala Jinyoung pening. Jinyoung mengenggam erat bola baseball tadi lalu melemparnya dengan kuat. Jinyoung mulai berdiri dan melempar semua lukisan-lukisan hasil karyanya dengan keras. Dia mengoyak semua lukisan yang ada. Seketika pandangannya tertuju pada sebuah lukisan yang besar dan berdiri tegak di tengah ruangan itu. Itu adalah lukisan wajah Hyejin yang ia buat. Ia tersenyum miris melihat wajah Hyejin yang tampak tersenyum senang.

"Cantik, sangat cantik" ucap Jinyoung seperti orang mabuk, dia lalu mengoyak lukisan itu dan rahangnya mengeras. Dia melihat lukisan yang dikoyaknya tadi dengan nafas tersenggal-senggal. Dia kembali terduduk lalu menangis pedih. Hatinya sakit, sangat sakit. Tetapi semuanya tidak ada gunanya lagi, sudah terlambat untuk memperbaikinya. Karena semuanya sudah berakhir.

Mad Got7 StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang