"Orang yang aneh," ucap Alice menegak sedikit sirup melonnya.

"Sesungguhnya semua orang itu aneh, aku rasa aku pun aneh," sahut Damian seperti tidak suka dengan pendapat Alice terhadap Tuan Ross.

"Benar juga dengan apa yang kaukatakan, Damian! Aku selalu mencuci mulut dengan air garam sebelum tidur, katanya itu bisa menguatkan gusi," terang Alice sengaja menunjukan rentetan gigi putihnya yang rapi.

"Aku seminggu sekali keramas dengan air soda agar rambut lebih halus," kata Damian dengan sengaja menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangan kanannya.

"Wah, itu justru akan membuat rambutmu lengket, Damian!" Alice menggeleng tidak setuju dengan Damian.

"Benarkah?" Damian terlihat kecewa.

"Kalian sedang membicarakan apa sih? Jujur saja aku sering lupa mengganti kaus kakiku selama berminggu-minggu," kata Roby seraya meringis pada Alice dan Damian.

"Sayang, kau jorok sekali! Besok aku belikan selusin kaus kaki untukmu!" Alice mendorong bahu Roby. 

"Itu sudah terkenal, setiap ada bau kaki di ruang kantor, Roby pasti menjadi sasarannya." Damian tertawa kecil menyaksikan pengakuan rekannya itu.

Obrolan mulai jarang di antara mereka bertiga, Damian sesekali menengok ke beberapa arah. Dia mencari Tuan Ross. Seharusnya makan malam sudah dimulai dan Tuan Ross akan berpidato panjang lebar mengenai keberhasilan target tahunan perusahaannya. Damian membenci pidato, tapi yang lebih dia benci adalah menunggu.

Sirupnya sudah habis dan sekarang Damian tampak bosan, terlebih melihat Roby dan Alice melemparkan kata-kata mesra dengan berbisik-bisik. Enggan sekali dia  memulai obrolan lagi dengan mereka berdua. Tak ada hal lain selain menikmati apa yang ada di atas panggung. Tepat saat dia menoleh ke arah panggung, pria tua penyanyi jazz menyelesaikan penampilannya lalu diganti oleh seorang wanita.

Wanita muda yang tampak begitu menarik. Mata Damian melihat wanita itu seperti melihat seorang bidadari. Memang benar wanita itu sangat cantik bahkan kata cantik kurang tepat mendeskripsikan penampilan wanita itu. Damian menggerakkan bibirnya seraya berkata 'sempurna' tanpa suara.

"Alena Borham memang sempurna, dia muda dan cantik, lelaki yang mendapatkannya pastilah begitu beruntung!" ucap Roby memandang Alena yang kini mulai bernyanyi.

"Aku setuju apa katamu, asal kan lelaki itu bukan lelaki yang sudah punya cincin di jari manisnya!" sahut Alice begitu sinis pada tunangannya itu.

"Sayang! Apa kau cemburu? Aku hanya berkata jujur," kata Roby menoleh pada Alice.

"Bagaimana menurutmu, Damian?" tanya Alice pada Damian yang sepertinya tidak mendengar ucapan Alice. "Damian?"

Damian menoleh. "Iya, aku setuju dengan Roby!" katanya gugup, "maksudku padamu, Alice!"

"Kau juga harus setuju denganku!" bentak Alice pada Roby yang cengengesan.

Damian kembali menghadapkan pandangannya ke arah panggung. Suara merdu nan serak-serak Alena begitu menggoda. Belum lagi bibir manis yang berada di depan mic, mata bening dan rambut panjang bergelombang yang digerai lepas itu. Sosok Alena dengan cepat masuk ke dalam pikiran Damian.

Dua tembang syahdu yang dikumandangkan Alena selesai dan digantikan oleh kedatangan tuan rumah yang tampak begitu bahagia. Seperti yang sudah diramalkan Damian, Tuan Ross berpidato panjang lebar. Satu kalimat pun tidak benar-benar didengarkan oleh Damian yang sibuk mencari ke mana wanita muda atau lebih pantas dipanggil gadis itu pergi.

"Aku akan ke toilet sebentar," kata Damian segera berdiri kemudian meninggalkan pasangan kasmaran itu berdua.

Damian tentu saja mencari Alena sembunyi-sembunyi, dengan tetap berjalan menuju pintu rumah agar tidak dicurigai oleh Roby dan Alice. Pintu rumah terbuka lebar dan ada beberapa orang di dalam sana, Damian bisa melihat Alena di salah satu ruang yang dia lewati saat menuju ke kamar kecil di belakang bagian rumah.

Alena tengah berbicara pada Nyonya Ross. Damian menyimpulkan ada hubungan dekat antara istri Tuan Ross itu dengan Alena. Tentu saja Damian tidak benar-benar ingin ke toilet. Ia menunggui Alena selesai berbicara pada Nyonya Ross dengan berdiri menempel ke tembok ruang utama. Dilihatnya sekeliling, tampak dalam rumah Tuan Ross yang begitu mewah dan terkesan klasik banyak terdapat ornamen mahal yang terpasang rapi di tempat-tempat tertentu.

"Alena!" panggil Damian saat gadis itu berjalan keluar dari ruangan Nyonya Ross.

Alena menengok dan memerhatikan lelaki yang memanggilnya itu. Diperhatikan betul-betul setiap inci penampilan Damian sambil mengingat-ngingat siapa sebenarnya lelaki berparas tampan itu. Alena kemudian tersenyum lebar saat ia meningkat Damian.

"Dam! Kau masih hidup?" ucap Alena begitu senang.

"Kaupikir aku sudah mati, hah?" jawab Damian terkekeh.

"Kau si brengsek perusak mainanku dulu!" Alena mengungkit kejadian masa kecilnya dengan Damian.

"Kau masih seorang gadis yang terjatuh dari pohon dan menangis tak mau pulang itu 'kan?" Damian ikut mengungkit kejadian masa kecil mereka berdua.

Alena segera memeluk Damian dengan senang, mereka serasa tengah reuni kecil-kecilan setelah sekian lama tidak bertemu.

"Siapa pria yang tidak beruntung mendapatkan gadis cengeng ini sekarang?" tanya Damian setelah Alena melepas pelukannya.

"Sayang sekali, aku begitu pemilih. Aku belum mendapat yang benar-benar cocok. Bagaimana dengan wanita kasihan yang menikahi si brengsek perusak ini?" Alena balik bertanya.

"Wanita itu bernama Firanda, kami sudah menikah hampir lima tahun, dan aku sudah mendapatkan bocah laki-laki cilik yang akan merusak mainan-mainan temannya, seperti yang dilakukan ayahnya dulu!" Damian tersenyum senang, walau ia sadar raut wajah Alena langsung berubah drastis.

"Kau membawa istrimu?" tanya Alena.

Damian menggeleng.

"Wah, semoga saja aku segera bertemu dengan istri dan anakmu," ucap Alena sembari tersenyum. "Sebaiknya kita ikut bergabung ke luar, tidak baik berada di sini!" Alena segera membalikkan badan dan hendak berjalan ke luar.

"Tunggu!"ucap Damian tiba-tiba, "maafkan aku, Alena!"

Alena menoleh dengan pandangan bingung melihat teman masa kecilnya itu "Kau bukan pria sentimen 'kan? Aku baik-baik saja!" jawab Alena melebarkan senyumnya.

Jawaban Alena benar-benar menguatkan pendapat Damian tentang perasaan gadis itu padanya. Gadis yang umurnya empat tahun lebih muda itu masih menyimpan rasa padanya. Damian pun harus menyadari bahwa ia juga masih menyimpan perasaan yang sama.

***

Question Time

1. Apa pendapat kalian tentang part ini?

2. Apa pendapat kalian tentang perselingkuhan?

 Apa pendapat kalian tentang perselingkuhan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Red Affair 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang