1. Apa?

67.6K 3K 16
                                    

“PAK SATPAM, GERBANGNYA JANGAN DITUTUP!” Aku berteriak dari jarak radius 10 meter saat kulihat gerbang SMA HARAPAN 1 sudah hampir menutup sempurna di sela kakiku tengah berlari kencang untuk bisa segera sampai kesana.

Tinggal sedikit lagi...

dan

Argh, SIAL... KETUTUP !

“Yah, bukain dong, Pak. Saya mau masuk, please?!” Aku mengguncang pagar besi tersebut sambil setengah memelas pada Pak Satpam yang kini sudah duduk di dalam pos jaganya.

“Maaf ya, Neng. Gak bisa. Neng kan udah telat.” Pak Satpam itu hanya mengeluarkan kepalanya dan tersenyum minta maaf.

“Yaelah, Pak! saya kan baru sekali telat. Bukain please! saya harus masuk jam pertama.” Aku makin memelaskan wajahku.

“Tetap gak bisa, Neng.”

Ugh, Bagaimana ini?

PIP..PIP...

Suara klakson mobil memekik kencang di belakangku membuatku terlonjak kaget dan berbalik. Mobil sport warna merah menyala berhenti tepat di depanku. Mobil dengan atap terbuka tersebut memperlihatkan sosok pengemudinya dengan jelas. Seorang cowok berseragam yang sama denganku dengan memakai kacamata hitam.

PIP..PIP..

Klakson mobilnya memekik kembali membuatku tergelak lalu menyingkir ke pinggir dengan mengumpat kesal. Mobil tersebut kini bergerak maju hingga berhenti tepat di depan pagar yang masih tertutup.

PIP..PIP...

Suara klaksonnya kembali memekik kencang dan tak lama Pak satpam di dalam posnya dengan sigap berlari mendekat lalu membuka gerbang tersebut.

“Eh, tunggu.” Cegatku saat cowok tersebut hendak menjalankan mobilnya kembali.

Cowok itu menolehkan kepalanya padaku yang berdiri disamping kemudinya. “Apa?” Sahutnya datar.

“Lo siswa di sekolah ini, kan?”

So?”

“Lo gak boleh masuk. Lo kan udah telat.”

Cowok itu terkekeh meremehkan tanpa memandangiku dibalik kacamata hitamnya kemudian segera melajukan mobilnya masuk ke halaman sekolah.

Eh?

Apa itu tadi?

Sombong sekali.

“WOI, LO GAK BOLEH MASUK!” aku meneriakinya sambil berusaha mengejar mobilnya yang sudah cukup jauh.

“Eh,eh, Neng gak boleh masuk.” Kakiku terhenti saat Pak satpam merentangkan kedua tangannya di depanku menghalangiku untuk masuk.

“Loh, Pak. masa cowok tadi bisa, kok saya gak bisa? Itu kan gak adil.” Protesku. Niatku tadi untuk mencegah cowok itu malah kepikiran juga tentang hal ini.

“Jelaslah, Neng. Itu kan Den Bian, anak pemilik sekolah ini.” Jelas Pak Satpam sambil kembali menutup gerbang.

Bian?

Anak pemilik sekolah?

Ugh, benar-benar gak adil. NEPOTISME INI !!

“Eh, Pak. itu ada Pak Kepsek lagi jalan kesini?” kutunjuk arah samping kanan gedung sekolah yang merupakan arah menuju ruang kepsek.

Reflek Pak Satpam tersebut menoleh “Mana, Neng?”

Aku tersenyum jahil dan dengan langkah seribu berhasil masuk ke dalam gerbang yang masih terbuka sebesar ukuran tubuhku. Aku terus berlari sekuat tenaga menuju ke arah kiri gedung sekolah dimana kelasku berada. Aku sempat mendengar teriakan Pak Satpam yang ingin mencegahku namun tak kuhiraukan. Yang penting sekarang aku harus segera sampai dikelas. Bisa gawat kalau sampai Pak Tio sudah masuk.

~~~~~~

Aku memperlambat langkahku dan berjalan mengendap-endap menuju ke kelas. Suasana koridor kelas sekarang sudah sepi. Pertanda semua guru telah masuk dan mengajar. Tinggal beberapa langkah lagi. Terdengar dengan jelas, suara Pak Tio menggema hingga keluar. Aku menelan ludah. Memikirkan hal apa yang akan menimpa diriku nanti.

Tidak mungkin aku harus bolos tetapi tidak mungkin juga aku akan dipersilahkan duduk dengan tenang ke bangku ku. Aku menyender dibalik dinding dan mencoba mengatur napas.

“Permisi, Pak!” sapaku sambil mengetuk pintu. Suasana kelas yang tadi ribut dengan suara Pak Tio kini kembali hening dan semua mata tertuju padaku. Pak Tio memandangiku tajam.

Mampus gue.

“KIARANA BELLA. ANDA TERLAMBAT 15 MENIT!” Suara Pak Tio yang memang bervolume diatas rata-rata langsung membuat jantungku mencelos ke perut saking kagetnya.

“Maafkan saya Pak. Saya---“ Kalimatku terhenti begitu merasakan sesuatu menabrak bahuku membuatku oleng kesamping hampir terjatuh. Aku meringis pelan sambil mengelus bahu kiriku dan mencari siapa pelakunya.

Seorang cowok yang sudah beberapa langkah didepanku, berjalan tanpa menoleh padaku maupun bersuara meminta ijin kepada Pak Tio. Dengan langkah santai, cowok itu duduk di bangku depan menaruh tasnya di atas meja lalu mengeluarkan headset dan memasangnya ditelinga.

Cowok itu?

NEPOTISME !

Ya, gak salah lagi..

Emosiku tertahan melihat tingkahnya. Cowok macam apa itu? sehabis melakukan kesalahan sama sekali tidak meminta maaf. Memandangiku pun tidak. SIAL.

“KIARANA BELLA, ANDA MENDENGARKAN SAYA TIDAK?” suara Pak Tio mengagetkanku.

“Eh, Iya Pak?”

“ANDA BOLEH DUDUK!”

Eh?

Benarkah?

“Baik Pak, Terima Kasih” Aku tersenyum lega kemudian sambil beranjak menuju bangku ku yang berada di barisan ketiga.

“Lo gak apa-apa?” Rere, teman sebangku ku langsung menanyaiku.

“Nope.” jawabku kemudian memandangi cowok NEPOTISME bernama Bian di depan sana dengan kesal.

Gue emang gak apa-apa..

Tapi ‘apa-apa’ banget sama cowok satu itu..

Sialan.. Sombong banget jadi cowok..

Ntar liat aja lo cowok brengsek..

🐰

SweetbreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang